Rabu 20 May 2015 14:00 WIB

HARKITNAS- Saatnya Pemuda Gerakkan Ekonomi Bangsa

Red:

"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pe muda, niscaya akan kuguncangkan dunia." Demikian kutipan populer dari prok lamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno. Ungkapan dari presiden kharismatik itu menggambarkan betapa hebatnya kekuatan bangsa apabila para pemuda bersatu.

Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh dan diperingati setiap 20 Mei sudah sepatutnya menjadi momentum bagi para pemuda untuk menggelorakan semangat kebangkitan. Tidak bisa dimungkiri, generasi muda ada lah peng gerak agenda pencerahan dan pe rubahan. Sehingga, perannya dalam men dorong berbagai aktivitas tak dapat diabai kan.

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan, pemuda merupakan aset bangsa. Sejarah mencatat, refleksi peran serta gerakan pemuda dimulai dari perjuangan merebut kemerdekaan, hingga keberhasilan menumbangkan rezim orde baru yang otoriter. Hasilnya, masyarakat hingga detik ini pun hidup di era reformasi yang lebih terbuka dan demokratis.

Rentetan sejarah tersebut mestinya menjadi pelecut semangat untuk membangun bangsa. Pemuda wajib mengambil peran penting dalam menciptakan perubahan di berbagai lini. Selain itu, pemuda adalah calon pemimpin bangsa.

Maka, sudah seyogianya para pemuda selalu meningkatkan kapasitasnya agar dapat berkontribusi kepada negara baik dalam bentuk pikiran maupun tindakan. Putra-putri daerah diharapkan mampu melahirkan ideide untuk mendukung pembangunan agar daerah lebih maju dan berkembang. Oleh karena itu, peran pemuda harus terus dimaksimalkan dalam mengisi pembangunan, tak terkecuali dalam bidang ekonomi.

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadahlia me ngatakan, generasi muda memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berkembang dewasa ini banyak ditopang generasi muda. "Sebagian mereka masuk ke industri kecil dan menengah sektor kreatif," ujar pria kelahiran tanah Papua ini.

Menurut Bahlil, jumlah pelaku UMKM saat ini diperkirakan telah melebihi 56 juta. Sebagian dari pelaku UMKM merupakan pe ngusaha pemula dengan ukuran usaha mikro dan kecil. Akan tetapi, ratarata masih kesulitan naik kelas menjadi pengusaha menengah yang lebih formal karena berbagai faktor.

Hal ini patut disayangkan, mengingat UMKM telah terbukti beberapa kali menyelamatkan perekonomian nasional. Namun, kontribusi UMKM atas Produk Domestik Bruto (PDB) baru sebesar 54 persen. Sementara, kontribusinya terhadap ekspor baru mencapai kisaran 30 persen.

Bahlil menyebut, para pengusaha muda masih menunggu affirmative action (tindakan afirmatif) dari pemerintah. Misalnya, peningkatan produktivitas UMKM, perluasan akses pendanaan dan tenaga kerja, serta perluasan akses ke pasar global. Pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics Hendri Saparini mengatakan, Indonesia menyimpan potensi masif di berbagai sektor.

Namun demikian, Hendri berpendapat, UMKM layak mendapat perhatian lebih karena berperan vital dalam menggerakkan ekonomi. Terlebih, lebih dari 56 juta UMKM yang ada, sebagian besar bergerak di sektor pertanian dan manufaktur. "Ini adalah suatu peluang yang cukup menjanjikan mengi ngat sumber daya manusia Indonesia yang melimpah," ujar dok tor ekonomi jebolan University of Tsukuba ini.

Geliat UMKM ini hendaknya jangan disia- siakan. Pemerintah perlu memfasilitasi dengan menyediakan pasar dan faktor-faktor produksi. Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil juga hendaknya berpihak pada kemajuan UMKM.

Ekonom Universitas Padjadjaran Ina Primiana Syinar mengatakan, di tengah menjamurnya UMKM yang digawangi anak muda, pemerintah harus memberikan saluran yang menghubungkan dengan industri besar. Selama ini, belum tercipta sinergi yang baik antara UMKM de ngan industri besar. Padahal, menurut Ina, sinergi dapat berujung peningkatan local content pada barang-barang yang diproduksi di industri besar. ¦ c88 ed: muhammad iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement