Kamis 08 Jan 2015 11:00 WIB

Telaah Kritis Nalar Destruktif Ibn Warraq

Red:

Fenomena kritik Islam yang menganggap Islam sebagai agama destruktif (destructive-criticism) sudah ada sejak Islam itu lahir. Bahkan dalam perkembangannya, fenomena kritisisme ini terus meningkat.

"Kritik itu tidak hanya muncul dari kalangan agama non-Islam, para modernis ateis, orientalis. Namun, kritik juga datang dari umat Islam sendiri yang tidak puas terhadap tafsir Alquran, As-sunah dan praktik keberagamaan umat Islam," kata Fahruddin Faiz (39 tahun), dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta, Selasa (6/1).

Ia mengungkapkan hal tersebut ketika mempertahankan disertasinya pada ujian terbuka di hadapan Tim Penguji Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa. Faiz mengangkat disertasi dengan judul "Konstruksi Nalar Destructive-Criticism tentang Islam-Studi Terhadap Pemikiran Ibn Warraq".

Faiz menjelaskan, dalam konteks pemikiran Destructive-Criticism Ibn Warraq merupakan salah satu pionirnya. Ibn Waraq merupakan seorang penganut Islam yang kemudian keluar dari Islam dan menganut jalan agnostis.

Dalam karier akademiknya, kata Faiz, Ibn Warraq banyak menulis karya-karya tentang kritik Islam yang dianggapnya destruktif terhadap peradaban. Seperti yang tertuang dalam salah satu karya bukunya, Why I Am Not A Muslim.

Untuk memahami bagaimana kritik tentang Islam, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga ini melakukan riset melalui pemikiran Ibn Warraq.

Dalam disertasinya, Faiz ingin mengungkap dua permasalahan. Pertama, latar belakang historis munculnya pemikiran destructive-criticism, yang ditelaahnya melalui pendekatan hermeneutika. Kedua, konstruksi pemikiran destructive-criticisme yang dikembangkan Ibn Warraq ditelaah melalui pendekatan filsafat.

Berdasarkan hasil analisis risetnya, Faiz berhasil mengungkap bahwa pemikiran destructive-criticism yang dikembangkan Ibn Warraq hakikatnya merupakan sejenis neo-orientalisme, yakni pengulangan kembali ide-ide destruktif para orientalis awal tentang Islam yang ditegaskan kembali dengan dukungan dari fakta-fakta baru dan argumen-argumen baru. Ibn Warraq membagi Islam menjadi tiga kluster, yaitu Islam pertama tentang Alquran dan kandungannya. Lalu Islam dua tentang Nabi Muhammad dan sunahnya. Dan Islam tiga tentang praktik keberagamaan umat Islam.

Ketiga kluster Islam tersebut mendapat kritikan keras dari Ibn Warraq. Islam pertama dikritisi karena kebahasaan Alquran yang dianggap mendapat banyak pengaruh dari luar Islam. Pada Islam dua Ibn Warraq mengkritisi moralitas Nabi Muhammad serta kepandaiannya mengarang ajaran Islam. Pada Islam tiga Ibn Warraq mengkritisi praktik keberagamaan sebagian umat Islam yang destruktif.

Faiz menjelaskan, secara hermeneutis, destructive-criticism tentang Islam yang diusung Ibn Warraq banyak dipicu kekecewaan  historis yang dialami Ibn Warraq sendiri. Situasi tanah airnya (Pakistan) yang sibuk dengan konflik antarmazhab, antara agama dan negara, serta kondisi keluarganya yang diwarnai tarikan-tarikan antara Islam konservatif yang diwakili oleh neneknya dan Islam modern yang diwakili ayahnya, juga model pendidikan madrasah yang dogmatis-militan, memberikan warna tersendiri dalam dirinya.

Pengalaman hidup di dunia Barat yang memiliki world-view, berkebalikan dengan kehidupan di tanah airnya, mendorongnya untuk membandingkan kedua hal tersebut. Akhirnya, ia memutuskan bahwa Baratlah yang patut ditiru dengan segala kesuksesannya pada masa kini. Peristiwa-peristiwa insidental, seperti fatwa mati untuk Salman Rushdie, kartun pelecehan Nabi Muhammad di Harian Jylland Postend Denmark, pengeboman WT,C dan berbagai fatwa sejarah Islam yang negatif, turut membentuk opininya tentang serba negatifnya Islam dan ajarannya.

Dari analisis risetnya, promovendus juga mancatat bahwa pergaulan Ibn Warraq dengan sesama mantan Muslim yang kemudian berbalik mengkritisi Islam serta keberpihakan terhadap semua kajian orientalis yang membenci Islam menjadi pendorong yang luar biasa bagi aktivitas Destructive-Criticism-nya. Hampir semua karya Ibn Warraq merupakan nukilan dan saduran dari karya para orientalis ini. n ed: muhammad fakhruddin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement