Selasa 18 Feb 2014 12:00 WIB
Pengungsi Kelud meminta bantuan perbaikan rumah rusak

Presiden Janjikan Bantuan

Kerusakan akibat letusan Kelud
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Kerusakan akibat letusan Kelud

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Situasi tanggap darurat akibat letusan Gunung Kelud ditinjau langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono. Rombongan Presiden yang didampingi para menteri itu pada Senin (17/2) mengunjungi posko pengungsian Gunung Kelud di Bale Pamitran, Desa Segaran, Kecamatan Wates, Kediri. Kepada pengungsi, SBY menjanjikan bantuan.

Kedatangan Presiden SBY ditunggu pengungsi di Bale Pamitran hingga hampir 10 jam. Warga diminta bersiap sejak pukul 07.00 WIB, tetapi SBY baru datang sekitar pukul 15.58 WIB. Sekitar 500 pengungsi berkumpul dalam satu ruangan. Sejumlah balita dan anak-anak terlihat di posko pengungsian saat menyambut SBY. Di posko pengungsian, SBY hanya berbicara kepada pengungsi sekitar lima menit.

SBY tidak memerinci bantuan yang akan diberikan pemerintah. Namun, SBY menilai pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dilakukan dengan baik. "Saya ingin lihat langsung kegiatan tanggap darurat yang dilaksanakan pemerintah dan BPBD. Alhamdulillah, apa yang dilakukan pemda saya lihat dalam keadaan baik," ungkapnya.

Adapun pengungsi di Bale Pamitran meminta pemerintah membantu upaya perbaikan rumah rusak akibat erupsi Gunung Kelud. Ribuan rumah rusak akibat tertimpa material erupsi. “Banyak rumah yang rusak karena pasir itu tebal di genting," ungkap Sunarti, pengungsi dari Dusun Ringinsari, Desa Sempu, Kecamatan Ngancar.

Kerusakan juga terjadi pada lahan perkebunan milik warga. Petani nanas dari Dusun Sumberpetung, Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Samilan mengatakan, pasir dari Gunung Kelud menutup lahan yang baru ditanami nanas. Sementara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri mencatat sebanyak 3.224 rumah rusak berat pascaerupsi Gunung Kelud. Sebanyak 2.192 rumah lainnya rusak ringan. Rumah-rumah rusak itu berada di 14 desa di empat kecamatan, yakni Kepung, Puncu, Plosoklaten, dan Ngancar.

Sama seperti di Kediri, para korban letusan Gunung Kelud yang berasal dari Kabupaten Malang mengharapkan bantuan perbaikan rumah dari pemerintah. Sri Wilis, warga Desa Maron, Kecamatan Ngantang, mengatakan, ia bersama suami dan anaknya langsung mengungsi sesaat setelah erupsi Gunung Kelud, Kamis (13/2) malam. Kecamatan Ngantang terletak dalam radius bahaya atau 10 kilometer dari pusat kawah erupsi Gunung Kelud.

Empat hari setelah mengungsi, ia kembali ke rumah untuk melakukan pengecekan kondisi rumah dan harta bendanya. Ketika ia meninjau rumahnya, ternyata sudah berantakan karena dipenuhi abu. “Atap rumah saya yang di sebelah belakang juga ambruk. Mudah-mudahan pemerintah memberikan bantuan,” kata dia.

Empat hari pascaerupsi Gunung Kelud, penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) paling banyak ditemukan di antara pengungsi yang sakit, khususnya di Kabupaten Kediri. Dari jumlah total 661 pengungsi yang sakit, 378 orang atau 57,19 persen menderita ISPA. Data tersebut dikumpulkan dari 24 pos kesehatan di enam wilayah puskesmas di Kediri pada Senin (17/2) hingga pukul 17.00 WIB.

Penyakit lain yang umum dirasakan pengungsi antara lain gastritis (mag) dengan 27 penderita dan hipertensi dengan 28 penderita. Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Adi Laksono mengatakan, pusing dan mag dikeluhkan karena daya tahan tubuh pengungsi mulai melemah. Pengungsi juga menderita gatal-gatal dan sakit mata. Kedua penyakit tersebut dipicu abu vulkanis Gunung Kelud. Sebanyak 38 pengungsi di Kediri menderita sakit mata dan 47 orang menderita gatal-gatal. Dari jumlah pengungsi yang sakit tersebut, enam pengungsi sudah dirujuk ke rumah sakit. n nur aini/rr laeny sulistyawati/antara ed: andri saubani

Informasi dan berita lainnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement