Selasa 21 Jan 2014 05:57 WIB
Pelanggan Industri

Subsidi Listrik Industri Dikurangi

Perusahaan Listrik Negara/PLN (ilustrasi)
Foto: Antara/Zabur Karuru
Perusahaan Listrik Negara/PLN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah bakal mengurangi subsidi listrik yang selama ini dinikmati 432 pelanggan industri PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun ini. Total pengurangan subsidi mencapai Rp 7,9 triliun.

Dari Data PLN yang dikutip, Senin (20/1), 371 pelanggan industri yang dikurangi subsidinya terdiri atas golongan I3 yang sudah tercatat di bursa saham atau berstatus terbuka (tbk). Mereka adalah pelanggan industri yang memakai listrik bertegangan menengah dengan daya di atas 200 kilovolt ampere (kVA). Sedangkan, 61 perusahaan lainnya merupakan golongan I4. Golongan ini memakai jaringan bertegangan tinggi dengan daya di atas 30 ribu kVA.

Pengurangan subsidi masing-masing golongan selama 2014 adalah Rp 1,3 triliun untuk I3 dan Rp 6,6 triliun untuk I4. Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengatakan, pemerintah berencana mengurangi subsidi listrik melalui kenaikan tarif bagi golongan I3 khusus terbuka dan seluruh pelanggan I4 secara bertahap hingga menuju keekonomiannya. Kenaikan tarif tersebut menunggu pembahasan pemerintah dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dijadwalkan pada Selasa (21/1).

Meski, dalam pembahasan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014 Badan Anggaran DPR sudah memberikan persetujuan rencana kenaikan tarif tersebut. Pemerintah mengklaim, rencana kenaikan tarif listrik untuk industri skala besar pada 2014 tidak akan terlalu berdampak pada perekonomian nasional.

Sementara itu, Nur mengatakan, pemakaian biodiesel untuk pembangkit listrik memberikan keuntungan bagi PLN. Sebanyak 15 persen anggaran PLN berhasil dihemat karena beralih menggunakan biodiesel dari bahan bakar minyak (BBM). Apalagi, peralihan itu dipermudah dengan tidak perlunya membangun pembangkit baru untuk menggunakan biodiesel.

Sayangnya, kata Nur, penggantian bahan bakar itu minim investasi. Alasannya, penggantian komponen pembangkit sangat sedikit. Ke depan, PLN akan mengarahkan untuk membangun mesin minyak kelapa sawit (CPO engine) untuk melistriki daerah-daerah pelosok yang berada di daerah terpencil, seperti Maluku, Mentawai, Nias, Simeuleu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, dan lainnya.

Kerja sama jual beli minyak kelapa sawit murni atau pure palm oil (PPO) untuk pembangkit diesel juga digencarkan. PPO sebanyak 6.720 ton akan dipasok PT Smart Tbk PPO ke Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Titi Kuning di Medan dengan volume 3.320 ton.

Kemudian, oleh PT Wilmar Nabati Indonesia ke PLTD Bagan Besar dan PLTD Bagan Siapiapi di Dumai dengan volume 1.250 ton. Selain itu, oleh PT Wilmar Cahaya Indonesia ke PLTD Sudirman, PLTD Sambas, PLTD Menyurai Sintang, dan PLTD Semboja Sanggau di Kalimantan Barat dengan volume 2.150 Ton.

Selain bisa mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) oleh PLN, penggunaan PPO ini akan memberikan keuntungan lainnya, seperti bisa menghemat devisa negara karena mengurangi impor BBM. Selanjutnya, mampu meningkatkan ketahanan energi nasional. Energi ini juga lebih ramah lingkungan.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengapresiasi langkah konkret PLN dalam mengurangi penggunaan BBM dan beralih ke biodiesel. Menurutnya, walaupun produksi minyak sawit tinggi akan tetapi, penyerapan dalam negeri rendah karena kebutuhan biodiesel belum besar. Konsumsinya sekitar 2,5 juta kiloliter (kl) dan sisanya diekspor. Saat ini, kapasitas produksi biodiesel sebesar 5,6 juta kl. n aldian wahyu ramadhan ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement