Senin 23 Dec 2013 08:12 WIB
Rekayasa Urai Kemacetan

Penutupan Pintu Tol Dihentikan

Penutupan pintu tol dalam kota
Foto: Republika/Deasy Amalia
Penutupan pintu tol dalam kota

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  — Setelah lima hari penutupan beberapa pintu tol di jalur Tol Dalam Kota, Ditlantas Polda Metro memutuskan menghentikan uji coba tersebut. Tiga pintu keluar tol dan satu pintu tol yang ditutup sejak Senin (16/12) hingga Jumat (20/12) pun kembali dibuka.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto mengatakan bahwa kebijakan uji coba penutupan sejumlah pintu masuk dan keluar Tol Dalam Kota dipastikan tidak akan dilanjutkan. “Hasil evaluasi lima hari kemarin, sementara ini uji coba tidak dilanjutkan,” ujar Rikwanto, Ahad (22/12).

Kepolisian dan Jasa Marga akan bersama-sama mengevaluasi secara menyeluruh kebijakan ini. Berdasarkan uji coba pekan lalu, pintu keluar alternatif dianggap tidak mampu menampung kendaraan. Meningkatnya volume kendaraan akibat ditutupnya pintu keluar Tegal Parang (Mampang), pintu keluar Bukopin (Pancoran), dan pintu keluar RS Dharmais (Slipi), membuat ruas jalur keluar alternatif mengalami macet parah.

Pihak Jasa Marga dan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya juga akan mengevaluasi perubahan jarak tempuh di jalur reguler dan jalan Tol Dalam Kota. “Evaluasi akan terfokus pada pintu Tol Semanggi I yang dinilai belum maksimal,” ujar Rikwanto. Termasuk juga, mengevaluasi secara menyeluruh titik kemacetan baru yang muncul ketika penutupan dilakukan.

Kepala Komunikasi Eksternal PT Jasa Marga Wasta Gunadi menilai kebijakan penutupan beberapa pintu tol itu tidak efektif. Misalnya, penutupan pintu masuk Semanggi I pada sore hari menyebabkan antrean panjang kendaraan di pintu masuk Semanggi II dan menimbulkan kemacetan di jalur arteri dan Tol Dalam Kota.

Akibat penutupan pintu keluar Tol Tegal Parang dan Bukopin juga membuat kemacetan berpindah di pintu keluar tol alternatif. Macet berpindah ke pintu keluar di depan Polda Metro Jaya dan pintu keluar tol di depan DPR.

“Jelas bahwa pintu keluar alternatif tidak mampu menampung banyaknya kendaraan yang keluar akibat ditutupnya pintu keluar sebelumnya,” kata Wasta. Hal itu menimbulkan masalah baru dan hanya memindahkan kemacetan.

Saat ini, kata Wasta, PT Jasa Marga dan kepolisian mengkaji cara lain untuk memperlancar arus kendaraan di ruas Tol Dalam Kota dan jalur arteri yang beriringan dengannya pada jam-jam sibuk. Di antaranya, kemungkinan penambahan gerbang tol di pintu keluar alternatif atau perubahan sistem pembayaran di pintu tol. “Semuanya masih dikaji lagi, langkah apa yang tepat untuk dilakukan ke depannya,” ujar Wasta.

Sejumlah pengguna jalan di Jakarta menyambut baik keputusan ini. “Saya setuju karena (penutupan pintu tol) malah membuat makin macet,” kata Dian, pengunjung Plaza Semanggi saat ditemui Ahad (22/12).

Ia menuturkan, sebelum ada rekayasa tersebut, ia hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk menempuh perjalanan Semanggi-Cawang dari arah Grogol. Namun, ketika rekayasa diterapkan, dibutuhkan waktu sekitar dua jam untuk sampai ke Cawang.

Saat penutupan berlangsung pada pagi hari, kemacetan sudah terjadi mulai dari Jembatan Pancoran dan lampu merah Tebet. Hal ini diperparah karena kendaraan tidak bisa masuk ke pintu Tol Semanggi I.

Selain itu, Makmur, salah satu pengendara motor yang ditemui di kawasan Mapolda Metro Jaya, berpendapat bahwa kebijakan pekan lalu cukup menguntungkan.

Menurutnya, penutupan pintu keluar tol arah Pancoran (depan Bukopin), Tegal Parang (yang menuju ke arah Kuningan), dan kawasan RS Dharmais pada pukul 08.00 WIB-10.00 WIB membuat perjalanannya lebih lancar. “Karena yang bikin macet yang mau keluar tol, ya mobil-mobil itu,” katanya.

Makmur mengatakan, selama penerapan rekayasa lalu lintas, Jalan Gatot Subroto sangat lebih lancar. Biasanya, kawasan Tegal Parang atau jalan yang menuju Blok M selalu mengalami kemacetan karena bertemunya kendaraan dari arah Cawang dengan kendaraan yang keluar tol.

Penghentian rekayasa ini, menurut Makmur, sama saja membuat kemacetan di Jalan Gatot Subroto kembali terjadi. Ia pun mengaku tidak segan untuk memasuki jalur Transjakarta jika kemacetan bertambah parah. n ed: wulan tunjung palupi 

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement