Jumat 15 Nov 2013 05:40 WIB
Dampak Banjir

Kiriman Sampah di Jakarta Meningkat

Sejumlah anggota Komunitas Peduli Ciliwung dan Greeneration Indonesia membersihkan sampah yang terdapat di bantaran Kali Ciliwung di kawasan Condet, Jakarta Timur, Senin (11/11).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Sejumlah anggota Komunitas Peduli Ciliwung dan Greeneration Indonesia membersihkan sampah yang terdapat di bantaran Kali Ciliwung di kawasan Condet, Jakarta Timur, Senin (11/11). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya curah hujan di wilayah Jabodetabek tak cuma meningkatkan debit air, tapi juga kiriman sampah dari wilayah hulu. Tumpukan sampah ini pun menambah buruk kondisi saluran air di Ibu Kota. Kiriman sampah ini bisa dilihat salah satunya di sekitar pintu air Kali Baru, Cililitan, Jakarta Timur. Setiap pekannya, empat RT di RW 15 wilayah ini direndam banjir.

Dari pantauan Republika, di pintu Air Kali Baru, sampah-sampah kiriman dari Bogor berdatangan selama 15 menit sekali. Kebanyakan, sampah yang menumpuk itu berupa plastik, dedaunan, styrofoam, sayur-mayur, dan batang-batang kayu.

 

Saat ketinggian air mencapai dua meter, Kali Baru pun meluap hingga ke rumah warga. Menurut warga sekitar, sudah tiga bulan sampah tidak diangkut oleh Dinas Kebersihan. Hal ini diutarakan oleh Kepala Operator Saringan Sampah Otomatis di Kali Baru Iwan Maulana. “Sudah tiga bulan sampah menumpuk di sini. Belum ada petugas yang datang untuk mengangkutnya,” ungkap Iwan. Saking banyaknya sampah yang datang, sampah pun dialihkan ke Kali Ciliwung.

 

Penumpukan sampah di pintu air Kali Baru menambah khawatir warga sekitar. Iwan terlihat dibantu sejumlah warga berupaya untuk menarik sampah ke atas agar tidak terjadi penumpukan yang lebih tinggi. “Karena sampah yang ada kian banyak, pintu air sementara kita tutup agar air agar tidak meluap,” ungkap Iwan yang ditemui pada Rabu (13/11).

 

Uun Nurdin selaku kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta menepis hal ini. Ia menuturkan, dalam sehari, sampah bisa menumpuk hingga ratusan ton. Menurutnya, tidak mungkin sampah bisa tidak terangkut hingga tiga bulan. 

 

“Tidak betul sampah di permukaan kali baru belum terangkat selama tiga bulan. Dalam sehari saja sampah bisa mencapai puluhan ton, bagaimana tiga bulan? Mungkin, kalau telat sehari atau dua hari wajar. Tapi, kalau tiga bulan, itu sudah mustahil,” ungkap Uun.

 

Menurutnya, banyaknya sampah di Kali Baru PGC akibat tingginya curah hujan yang ada saat ini. Sehingga, banyak sampah dari Pasar Kramat Jati terbawa masuk ke sungai. Ia mengaku, minimal seminggu dua kali dilakukan pengambilan sampah. Setiap ada pengaduan, dinas langsung menindaklanjuti.

 

Diakui Uun, pintu air di Cililitan juga sedang mengalami kerusakan. “Kami sudah koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU). Saat ini sedang diperbaiki. Dijadwalkan, pintu air sudah rampung pada Desember,” katanya.

 

Pada Kamis  (14/11), Dinas Kebersihan telah mengerahkan 40 orang dan armada sebanyak tiga unit di Kali Baru. Sedikitnya, satu kendaraan dihek karena sampah sedikit menyangkut di pintu air. Upaya pembersihan sampah di sungai ini memang harus konsisten. Masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan seketika. Untuk itu, perlu perawatan dan kesadaran dari masyarakat juga.

 

Saat ini, Dinas Kebersihan masih tetap mengawasi 500 titik liar yang ada di Jakarta. Uun memaparkan terdapat beberapa tempat pembuangan sampah (TPS) liar yang tersebar di Jakarta. Pihaknya akan terus melakukan penanganan.

 

Ia kian berusaha melakukan upaya agar masalah sampah ini tidak terus berlanjut. Ke depan, akan diberlakukan sanksi hukum yang jelas untuk orang yang membuang sampah sembarangan. “Nanti, kami ingin pasang CCTV agar langsung tertangkap orang yang membuang sampah seenaknya,” kata Uun.

 

Pintu air di Manggarai masih lebih beruntung. Setiap harinya, petugas dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta memantau keadaan air di pintu air tersebut. Dinas Kebersihan dan subkontraktornya siaga 24 jam untuk mengangkut sampah.

 

“Setiap hari, sedikitnya ada dua orang dari dinas yang pantau ke sini. Saya pun selalu siaga 24 jam mengawasi pintu air ini,” aku Agus Wahyudi (48), operator eskavator alat berat bidang sampah di pintu Manggarai.

 

Saat ini, pintu air Manggarai mengisyaratkan Siaga Tiga, yakni masih setinggi 800 cm. Sudah satu bulan pintu air Manggarai dibuka. Hal itu dilakukan demi mengantisipasi terjadinya banjir akibat sampah yang ada. Agus mengaku, bila pintu air ditutup, rata-rata sampah yang masuk di pintu air bisa mencapai 51 ton dalam sehari.

Banjir Karang Tengah Surut

 

Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Tangerang menyatakan banjir di wilayah Ciledug Indah, Kecamatan Karang Tengah, dan Puri Kartika, Kecamatan Ciledug, mulai surut. Kendaraan sudah bisa melewati sejumlah jalan dan jembatan sehingga arus lalu lintas mulai kembali lancar.

Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PU Kota Tangerang Yos Gundarno menyatakan, petugas masih terus bersiaga di lokasi banjir. “Sekarang masih kita bersihkan di sekitar kali ada 20 orang,” katanya.

Saat ini, sudah terlihat beberapa posko banjir untuk warga di beberapa titik. Petugas terus tetap mewaspadai lokasi tersebut karena dikhawatirkan sore atau malam air kembali naik.

“Ciledug Indah yang paling parah,” tuturnya. Dia mengimbau kepada warga agar terus waspada dan siaga terkait datangnya banjir. Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Tangerang sudah melakukan evakuasi terhadap 107 kepala keluarga (KK) dan 503 jiwa korban banjir warga Ciledug Indah, Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Karang Tengah.

Sebanyak empat buah perahu karet dan 20 personel diturunkan untuk siaga dan penyelamatan. Kepala Bidang Penyelematan Korban Damkar Kota Tangerang Endang Maturidi memaparkan, banjir di Ciledug Indah merupakan banjir kiriman dari Kali Pesanggrahan dan Kali Angke. n mg20/c12/c10 ed: wulan tunjung palupi 

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement