Senin 11 Nov 2013 07:10 WIB
Industri Syariah

Industri Syariah Perlu Kepercayaan

Syariah (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Industri perbankan syariah di Indonesia telah berusia lebih dari 20 tahun. Aset perbankan syariah telah tumbuh dari hanya Rp 7,85 triliun pada akhir Desember 2003 menjadi Rp 177 triliun pada akhir September 2013.

Kehadiran perbankan syariah seolah menjadi angin segar bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim. Menabung di perbankan syariah memberi kesempatan bagi masyarakat Muslim untuk menabung sesuai dengan syariat dan ketentuan di dalam agama.

Perbankan syariah dikenal sebagai industri yang tahan krisis. Ketika banyak bank yang dilikuidasi pada krisis moneter 1998, perbankan syariah tetap menjalankan bisnisnya seperti biasa. Tidak dimungkiri, krisis moneter memberikan dampak. Hanya dampaknya tidak sebesar di perbankan konvensional. Pun halnya pada krisis 2008. Perbankan syariah cepat pulih dari dampak krisis.

Ada beberapa hal yang membuat syariah tahan krisis. Pengamat ekonomi syariah sekaligus founder Karim Business Consulting Adiwarman Karim mengatakan, perbankan syariah tidak banyak bermain di valuta asing, terutama dolar. “Sehingga, ketika kurs dolar naik-turun, perbankan syariah tidak merasakan dampaknya seperti perbankan konvensional,” ujar Adiwarman pada sela bedah buku Bank Syariah Setelah Dua Dekade di Jakarta, Sabtu (9/11).

Selain itu, perbankan syariah merupakan bank ritel terbesar di Indonesia. Hanya sedikit dari total pembiayaan perbankan syariah yang disalurkan ke sektor korporasi sehingga dampak krisis tidak begitu dirasakan.

Sayangnya, hingga 20 tahun berkontribusi untuk ekonomi bangsa, pangsa pasar perbankan syariah baru lima persen. Adiwarman menilai, industri syariah tidak bisa hanya dilihat dari aset. Sebagai pemberi pinjaman ke sektor ritel, perbankan syariah harus dilihat dari jumlah nasabahnya. Ada sekitar 17 juta nasabah ritel yang mendapatkan pendanaan dari perbankan syariah. Nilai ini hampir 20 persen dari total nasabah perbankan di Indonesia.

Mantan deputi senior gubernur Bank Indonesia (BI) Anwar Nasution mengatakan, kecilnya pangsa pasar perbankan syariah disebabkan oleh kurangnya kepercayaan masyarakat kepada industri ini. Hal ini tidak hanya berlaku bagi perbankan syariah, tetapi juga konvensional. “Kalau tidak percaya, secantik-cantik apa pun, tidak akan laku,” ujar Anwar.

Karena itu, perbankan syariah perlu meningkatkan kepercayaan nasabah dengan meningkatkan kualitas layanannya. Selain itu, pemerintah juga diminta untuk memperbaiki sistem hukum yang akan berdampak pada kepercayaan masyarakat.

Untuk meningkatkan kepercayaan tersebut, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) meluncurkan Gerakan Ekonomi Syariah (Gres). Gerakan ini akan fokus untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan instrumen syariah, terutama perbankan. “Tahun depan, diharapkan bank syariah tumbuh ke arah yang berbeda. Jika efektif, permintaan kredit dan produk jasa keuangan yang baru moderat dan optimis,” ujar Ketua Umum PKES sekaligus Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah.

Direktur Eksekutif Perbankan Syariah BI Edy Setiadi mengakui industri syariah saat ini ikut merasakan dampak krisis global sehingga pertumbuhannya melambat. Namun demikian, pertumbuhan syariah masih di atas 30 persen.

Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil disalurkan perseroan tumbuh 29 persen menjadi Rp 171,9 triliun. Namun, pertumbuhan ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan year on year (yoy) tahun lalu, yaitu 31 persen.

Hal serupa juga dialami penyaluran pembiayaan. Hingga September 2013, perbankan syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 177,4 triliun atau tumbuh 32 persen. Pertumbuhan ini lebih lambat dari pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 40 persen.

Edy memperkirakan, hingga akhir tahun, pertumbuhan akan lebih lambat. Pada kuartal IV, industri lebih banyak meningkatkan DPK dibandingkan pembiayaan. “Mungkin pertumbuhannya sedikit di bawah moderat,” ujar Edy, belum lama ini.

Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Husnayain Karnaen A Perwataatmadja menilai, pemerintah perlu mendukung pertumbuhan industri syariah. Tidak hanya melalui kemudahan regulasi, perbankan syariah juga perlu didukung dengan memasukkan dana pemerintah, seperti dana haji dan dana umat. Setelah itu, baru diikuti oleh kementerian lain dengan memasukkan dananya ke perbankan syariah.

Menurutnya, banyak regulasi yang bisa dibuat untuk memudahkan pertumbuhan perbankan syariah tanpa menimbulkan dampak pada ekonomi secara nasional. “Industri syariah jangan lagi dipandang sebagai alternatif, tapi harus menjadi yang utama,” tegas Karnanen di Jakarta, Sabtu (9/11). n friska yolandha ed: irwan kelana

Grafis:

Pertumbuhan Aset Bank Syariah (Rp triliun)

Des 2003        7,85

Sep 2013        177

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement