Rabu 23 Oct 2013 05:30 WIB
Impor Beras

Bulog tak Impor Beras pada 2013

Impor beras (ilustrasi)
Impor beras (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perum Bulog optimistis tidak akan melakukan impor beras tahun ini. Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso menyatakan, pengadaan beras dalam negeri sangat cukup dan telah mencapai 3,205 juta ton hingga 21 Oktober 2013.

“Stok saat ini 2,5 juta ton dan setelah adanya penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) maka stok akhir tahun diperkirakan 1,87 juta ton,” kata Sutarto saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (22/10).

Menurut Sutarto, stok beras semakin berlimpah apabila tidak ada penyaluran raskin ke-13, ke-14, dan ke-15. Stok beras per 21 Oktober 2013 yang mencapai 2,5 juta ton tersebut mencukupi kebutuhan selama 9,3 bulan ke depan untuk penyaluran rutin. Penyaluran beras yang dilakukan Perum Bulog meliputi raskin, golongan anggaran, dan cadangan beras pemerintah.

Penyaluran terbesar untuk raskin didistribusikan melalui 58.226 titik yang hingga kini realisasinya mencapai 2,79 juta ton atau 92,2 persen dari rencana Januari sampai Oktober. Pengadaan 3,02 juta ton beras sudah termasuk raskin untuk rencana raskin ke-13, ke-14, dan ke-15. “Dengan kondisi ini maka sampai Desember diharapkan tidak perlu impor beras,” ujar Sutarto.

Pada tahun ini, kata Sutarto, produksi padi secara nasional ditargetkan sebanyak 69,27 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 43,46 juta ton setara beras. Pengadaan beras dalam negeri tahun 2013 selisih 170.350 ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Januari-21 Oktober 2012) sebanyak 3,37 juta ton.

Berdasarkan angka ramalan (Aram) I 2013, produksi padi nasional 2013 masih terpusat di Jawa yang mencapai 52,47 persen, kemudian disusul Sumatra 23,76 persen, Sulawesi 11,21 persen, Kalimantan, 6,87 persen, Bali dan Nusa Tenggara 5,23 persen, serta Maluku dan Papua 0,45 persen. “Tren produksi dan pengadaan masih positif.”

Kendati demikian, Bulog mewaspadai produksi padi tahun depan yang dihantui bencana banjir. Penyebabnya, puncak panen raya akan bersamaan dengan puncak musim penghujan. Kondisi tersebut bisa menyebabkan produksi padi menurun. “Ini akan terjadi di bulan Maret, April, dan Mei,” kata Sutarto.

Berdasarkan data sepuluh tahun terakhir, laju peningkatan produksi padi rata-rata sekitar 2,91 persen. Kondisi iklim yang mendukung membuat target luas tanam dan produksi tahun ini tercapai. Apabila kekhawatiran Bulog mengenai kendala iklim terbukti, perlu ada strategi agar kebutuhan beras tahun depan cukup. 

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rahmat Pambudi mengatakan, apabila musim pengujan datang bersamaan dengan musim panen, dipastikan produksi padi menurun. Bulog pun harus mempersiapkan diri dari sekarang dengan membeli beras sebanyak-banyakanya untuk cadangan.

Bagi petani, kata Rahmat, musim penghujan lebih meresahkan dibandingkan musim kering atau kemarau. Karenanya, petani perlu dipersiapkan dengan penyediaan pompa dan embung yang cukup di daerah-daerah produsen. Di India, pompa air terbukti membantu petani dalam menghadapi pergantian iklim. Masyarakat juga harus didorong membangun biopori agar cadangan air tanah cukup.

Ketua Kajian Strategis Nasional Sarikat Tani Indonesia (STI) Achmad Yakub mengatakan, potensi gagal panen di musim penghujan amat tinggi. Namun, hal ini bukanlah legitimasi untuk bersiap impor beras. “Sebaliknya, segera Bulog sekarang-sekarang ini menyisir dan membeli gabah dan beras petani,” ujarnya.

Petani juga berharap pemerintah segera merevisi harga pembelian pemerintah (HPP) karena dianggap sudah tidak mumpuni. Harga beras di pasar sudah mencapai lebih dari Rp 7.000 per kg. Akibat inflasi enam sampai delapan persen, sudah seharusnya HPP gabah kering panen, gabah kering giling, dan beras di tingkat petani direvisi. n meiliani fauziah/antara ed: eh ismail

Info Grafis

43,46 Juta Ton

Target produksi beras pada 2013 atau setara 69,27 juta ton gabah kering giling.

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement