Kamis 29 Aug 2013 08:15 WIB
Jaringan Masjid

Sertifikasi Majukan Masjid

Masjid Istiqlal
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Masjid Istiqlal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masjid membutuhkan manajemen mutu dalam memberikan pelayanan kepada jamaah. Tak hanya dalam pengelolaan, tetapi juga bagaimana memberdayakan jamaah masjid. Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, Jakarta Selatan, telah menerapkan hal itu.

Ketua Pengembangan dan Pengawasan Masjid Al Ikhlash M Furqan Al-Faruqiy mengatakan, masjidnya sudah mengantongi sertifikat manajemen mutu ISO 9001:2008. “Kami telah memperolehnya sejak tiga tahun lalu,” katanya, Rabu (28/8). Setiap tahun, ujar dia, ada auditor yang datang. Mereka menilai apakah masjid ini masih layak memegang sertifikat ISO atau tidak. Hari Rabu merupakan proses audit tahun ketiga. Auditor juga melihat apa saja yang dikembangkan Al-Ikhlas untuk meningkatkan layanan kepada jamaah.

Furqan mencontohkan, pada 2011 auditor ekstrenal merekomendasikan ke pengurus untuk memperbaiki penyusunan jadwal kegiatan. “Dengan sertifikasi ISO ini, kualitas layanan kepada jamaah diakui,” katanya. Menurut dia, Al-Ikhlas merupakan masjid pertama yang mendapatkan ISO 9001:2008. Sejumlah masjid besar kemudian tertarik untuk mengikuti jejak masjid ini. Salah satunya, kata dia, Masjid Al-Akbar milik Pemerintah Daerah Surabaya.

Mereka melakukan studi banding ke Masjid Al-Ikhlas dan beberapa tahun kemudian masjid ini pun juga mendapatkan sertifikat dari lembaga yang sama. Furqan mengatakan, pengurus Al-Ikhlas bukan hanya fokus pada kualitas manajemen, melainkan juga berusaha memberi solusi bagi jamaah. Ini berarti, apa yang menjadi kebutuhan jamaah dan apa yang disarankan dilakukan oleh pengurus. Furqan menyatakan, sertifikat ISO itu membantu meningkatkan kinerja dan kualitas manajeman pengurus masjid.

“Jadi, ini mendobrak budaya lama. Biasanya pengelolaan masjid hanya dilakukan ketika pengurus ada waktu senggang,” kata Furqan. Dengan pengelolaan yang profesional masjid bisa maju. Masjid tak sekadar sebagai tempat ibadah, tetapi juga tempat memberdayakan jamaah.

Ia beralasan, sertifikat ISO ini menerapkan standar yang perlu dipertanggungjawabkan pengurus masjid. Kinerja pengurus bisa diukur dan diperbandingkan dengan instansi profesional lainnya. Kondisi ini merupakan pembelajaran bagi para pengurus.

Adapun hal paling penting, yakni ISO meningkatkan kepercayaan dari publik dan masjid lebih berdaya. Kini di sekeliling masjid banyak berdiri kios sebagai penggerak ekonomi umat, TPA, TK, juga lembaga zakat, dan beragam kegiatan pemberdayaan yang lain.

Selain itu, kepercayaan umat juga melonjak. Mereka percaya ketika menitipkan dananya, seperti infak dan zakat. “Dalam setahun, bisa lebih dari Rp 1 miliar dana infak yang didapat.” Furqan mengatakan, seluruh kegiatan dan penggunaan dana diaudit secara profesional.

Dengan demikian, ia menambahkan, masyarakat yakin dana yang mereka berikan dapat dipertanggungjawabkan. Sertifikat ISO milik Masjid Al-Ikhlas diberikan oleh lembaga sertifikasi International Standards Certifications (ISC), Australia.

Leader auditor dari ISC, Rickman Mather, mengatakan, banyak tanggapan aneh mengapa sebuah masjid perlu mendapatkan sertifikat ISO. “Mereka tak tahu apa manfaatnya setelah mendapatkan sertifikat seperti ini,” katanya di sela-sela melakukan audit di Masjid Al-Ikhlas.

Ia mengakui, memang benar masjid inilah yang pertama kali mendapatkan sertifikat ISO. Mather mengungkapkan, sekarang pengelolaan masjid tersebut terlihat semakin baik. Ia berharap masjid dan tempat ibadah lainnya mengikuti jejak Masjid Al-Ikhlas.

Syarat memperoleh sertifikat, kata Mather, sudah dipenuhi Masjid Al-Ikhlas. Di antaranya, ada pengendalian dokumen mutu. Evaluasi pengelolaan juga menjadi perhatian. Juga, penanganan keluhan jamaah, pengukuran kepuasan jamaah, serta pemeliharaan dan perbaikan sarana. “Kami pun mengecek soal pengembangan sumber daya manusia, program kerja serta pelaksanannya, dan laporan pertanggungjawaban pengurus,” ujar Mather. n rosita budi suryaningsih /ferry kisihandi

DMI Sedang Merancang

Oleh Rosita Budi Suryaningsih

Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruqtni mengatakan, memang perlu ada sertifikasi masjid di Indonesia. Namun, ia tak merekomendasikan ISO adalah sertifikat yang utama. “DMI sedang merancang untuk membuat sertifikat sendiri.”

Kalau ISO, ia mengatakan, apa yang dinilai di luar sepengetahuan DMI. Selain itu, masjid yang disertifikasi harus mengeluarkan biaya dari kantong mereka sendiri. Sedangkan, sertifikasi oleh DMI biaya yang dikeluarkan berasal dari DMI. “Nanti masjid terbaik akan kami beri penghargaan,” kata Imam. Ia menjelaskan, ukuran masjid terbaik bukanlah sekadar bersih dan megah. Masjid perlu membawa misi lebih besar itu, yakni pemberdayaan masyarakat.

“Itu sesuai dengan misi masjid yang dimakmurkan dan memakmurkan umat Islam,” katanya. Pihaknya nanti akan membuat sebuah penilaian, bagaimana sebuah masjid bisa mengelola jamaahnya serta melakukan program kegiatan bersama jamaahnya. n rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement