Rabu 10 Jul 2013 06:49 WIB
Gadai Emas

Animo Gadai Emas Berkurang

Gadai emas
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Gadai emas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bisnis gadai emas diperkirakan sepi pada Ramadhan tahun ini. Animo masyarakat untuk menggadaikan emasnya diprediksi menurun akibat imbas turunnya harga emas. “Harga yang rendah membuat masyarakat kurang antusias menggadaikan emasnya. Kalaupun ada, kenaikan tidak sampai lima hingga 10 persen,” kata Direktur Bisnis PT Bank BNI Syariah Imam Teguh Saptono kepada Republika, Senin (8/7) malam.

Direktur Bank Danamon Syariah Herry Hykmanto menambahkan, merosotnya harga emas berdampak negatif pada bisnis pembiayaan emas. “Masyarakat terus memantau harga emas sepanjang bulan puasa karena kondisinya yang naik-turun,” kata dia.

Selain itu, Direktur Utama Bank Syariah Bukopin Riyanto menyebutkan, sebagai dampak dari penurunan harga emas, masyarakat cenderung mengalihkan investasinya ke instrumen lain. “Kalau harga emas turun, masyarakat justru membeli emas. Kalau harga naik, mereka menjualnya,” katanya.

Menurutnya, turunnya harga emas menyebabkan kecenderungan persaingan di bank meningkat. “Makanya tingkat margin naik karena banyak orang yang mengalihkan investasinya tapi margin masih dalam batas normal,” ujar Riyanto.

Pendapat berbeda disampaikan Direktur Komersial dan Syariah Bank CIMB Niaga Handoyo Soebali. Menurut Handoyo, meski harga emas turun namun tidak menghilangkan keinginan masyarakat untuk menggadaikan emasnya. Hal tersebut didorong kebutuhan konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat saat Ramadhan. “Tujuan masyarakat menggadai saat puasa bukan karena cari untung, tapi karena kebutuhan,” ujarnya.

Handoyo memprediksikan, gadai emas akan meningkat sepanjang Ramadhan. Kenaikannya bisa sampai 30 persen atau sama seperti tren bulan puasa tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa waktu lalu, Kepala Divisi Gadai Bank Syariah Mandiri (BSM) Jeffry Prayana mengatakan, akibat penurunan harga emas, sejumlah nasabah memilih tidak menggadaikan emasnya. Namun, sebagian besar masyarakat melakukan gadai emas karena dilatarbelakangi faktor kebutuhan dan bukan karena spekulatif. “Nasabah akan tetap menggadai emas tanpa melihat kondisi harga apalagi saat puasa,” kata dia.

Harga emas batangan di Unit Bisnis Pengolahan dan Penjualan PT Aneka Tambang (Antam) turun Rp 2.000 per gram menjadi Rp 492 ribu per gram. Harga emas di Jakarta dijual pada kisaran Rp Rp 452.600 hingga 492 ribu per gram. Harga terbesar untuk ukuran satu gram dan harga terkecil untuk ukuran 250 gram.

Sejak awal bulan tahun ini, bank-bank syariah di Indonesia sebenarnya kian agresif menawarkan produk investasi emas. Alasannya, emas merupakan instrumen yang sangat stabil dan cocok untuk investasi jangka panjang.

Instrumen emas memiliki beberapa kelebihan, di antaranya kebal terhadap inflasi, pelindung fluktuasi terhadap nilai rupiah, diversifikasi investasi, serta menjadi bagian dalam menyusun rencana masa depan, seperti biaya haji maupun biaya pendidikan anak.

Sejauh ini, investasi emas di perbankan syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pengurus Asosiasi Bank-Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Jeffry Prayana mengatakan, tren permintaan Gold Bar mengalami pertumbuhan sangat signifikan antara 2008 sampai 2011, yakni 600 persen secara ton atau 1.200 persen secara dolar AS atau 1.100 persen secara qardh beragun emas. “Ini menunjukkan tren emas sebagai alternatif solusi keuangan menunjukkan peningkatan signifikan,” ujarnya dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Jurnalis Ekonomi Syariah (JES), beberapa waktu lalu.

Hingga 2012, bisnis gadai emas mencapai angka Rp 165 triliun. Bisnis ini diproyeksikan meningkat rata-rata 100 persen setiap dua tahun sehingga pada 2015 diproyeksi mencapai Rp 306 triliun.

Potensi pembiayaan kepemilikan pun sangat besar. Jefri menyatakan, pada kuartal I 2013, penjualan emas PT Pegadaian mencapai 881 kilogram. Nilai tersebut setara dengan Rp 450 miliar atau bila disetahunkan, nilainya Rp 1.800 miliar. Diperkirakan produk pembiayaan kepemilikan emas di perbankan syariah akan mencapai sebesar Rp1.500 miliar pada akhir 2013.

Sebagai produk baru, investasi emas di perbankan syariah memiliki potensi menjanjikan seiring meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Namun begitu, perlu adanya penyempurnaan regulasi agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat yang dinamis. “Diperlukan sinergi dari semua pihak terkait, baik regulator, pelaku usaha, akademisi, media untuk meningkatkan awareness dan pemahaman masyarakat terhadap investasi emas yang sehat,” katanya. n qommarria rostanti ed: eh ismail

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement