Jumat 05 Jul 2013 01:14 WIB
Sambut Ramadhan

Jelang Ramadhan, Pedagang Ayam Ancam Mogok

Pedagang ayam potong
Foto: Antara/Reza Fitriyanto
Pedagang ayam potong

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK - Tingginya harga jual daging ayam yang diwarnai sulitnya pasokan membuat para pedagang menduga ada permainan dari para produsen daging ayam segar. Para penjual daging ayam di wilayah Jabodetabek pun mengancam pemasok ayam segar untuk segera memulihkan pasokan atau menerima konsekuensi tak ada ayam segar yang dijual.

Ketua Paguyuban Pedagang Ayam Kota Depok Widodo mengaku sudah mendapatkan arahan untuk seluruh pedagang ayam se-Jabodetabek melakukan aksi mogok berjualan sebelum puasa. “Jika harga ayam terus melonjak dari produsen maka kami melakukan mogok berdagang,” Kata Widodo, Kamis (4/7).

Menurut Widodo, harga ayam di pasar tradisional melonjak menjadi Rp 40.000 per kilogram (kg) disebabkan langkanya ayam di peternakan. Ia mengatakan, kelangkaan tersebut merupakan permainan dari usaha penetasan yang menghasilkan Day Old Chicken (DOC). Menurutnya, pengusaha penetasan sengaja menurunkan produksi sehingga harga ayam bisa naik di pasar.

Sesuai skenario, katanya, penjual daging ayam nantinya mengaku kesulitan mencari daging ayam karena terjadi kelangkaan di tingkat produsen. Sedangkan, peternak ayam mengaku mengurangi produksinya karena kenaikan harga pakan dan bibit ayam atau DOC. Saat ini, harga DOC naik dari sebelumnya Rp 4.000 menjadi Rp 6.500 per ekor.

Para pedagang ayam di Pasar Depok Jaya mendukung aksi mogok karena kenaikan harga daging ayam saat ini sudah tidak wajar. “Saya ingin harga daging ayam normal kembali,” kata seorang pedagang.

Hal senada juga disampaikan oleh peternak ayam yang memasok ke Pasar Kemirimuka Kota Depok, Jawa Barat, Andri, yang mengatakan bahwa kenaikan harga daging ayam sudah menyulitkan dirinya dalam menjual ayamnya. Padahal, harga pakan ayam juga mengalami kenaikan dari Rp 305 ribu menjadi Rp 320 ribu per karung. Ia berharap agar pemerintah bisa turun tangan mengendalikan harga ayam yang sudah tidak terkendali. “Saya sudah menderita kerugian karena melonjaknya harga daging ayam,” kata Andri.

Tingginya harga daging ayam tak hanya menimpa kawasan Jabodetabek saja, tetapi juga wilayah pinggirannya, seperti di Kabupaten Lebak, Banten. Harga daging ayam negeri di sejumlah pasar tradisional di Lebak yang sehari sebelumnya masih bisa dibeli Rp 30 ribu per kg kini naik drastis hingga menembus Rp 34.000 per kg.

Dua pekan lalu, harganya masih Rp 22 ribu per kg. Seorang pedagang ayam di Pasar Rangkasbitung, Lebak, Yanto bingung karena kenaikan harga daging sejak sepekan ini mencapai Rp 12 ribu. “Saya kira harga daging menjelang Ramadhan akan meroket karena permintaan konsumen cukup tinggi.”

Kenaikan harga daging ayam ini menyusul kenaikan harga telur ayam yang kini sudah menembus Rp 20 ribu per kg. Meski begitu, para pengusaha peternakan ayam pedaging dan ayam petelur berdalih bahwa kenaikan harga telur dan daging ayam mencapai 15 persen sampai 25 persen dari harga normal bukan hanya karena faktor psikologis pasar. Tetapi, karena selama 10 bulan terakhir para pengusaha unggas tersebut mengalami banyak kerugian.

Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) DKI Jakarta Don P Utoyo mengeluhkan naiknya harga tersebut karena selama 10 bulan terakhir pengusaha unggas tidak dipedulikan oleh pemerintah. Ia juga mengeluhkan banyaknya spekulan yang terdapat dalam jual beli daging ayam dan telur. “Kami sampai harus menjual live bird ayam dan telur hampir separuh dari harga pokok penjualan live bird,” kata Don di Balai Kota Jakarta, kemarin.

Menurutnya, harga normal untuk telur seharusnya berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 21 ribu per kg. Sedangkan, untuk daging ayam harga normal sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 32 ribu per kg. Namun, ia mengakui bahwa kenaikan harga ini juga sebenarnya dipicu juga oleh keinginan pengusaha untuk mendapatkan untung. “Mereka, kan juga ingin ikut berlebaran. Kalau tidak menaikkan harga, mana bisa mereka membayar hutang saat rugi?” tanyanya.

Ia juga menjamin bahwa stok telur dan daging ayam untuk puasa dan Lebaran cukup. Menurutnya, harga masih terjangkau jika dibandingkan dengan barang konsumsi lainnya. “Harga saat ini mulai membaik setelah harga daging ayam per kilogramnya mencapai Rp 37 ribu,” kata Don. n c72/antara ed: rahmad budi harto

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement