Sabtu 22 Jun 2013 08:24 WIB
Produksi Pangan

Biaya Produksi Bahan Pangan Tinggi

Pedagang mengupas bawang merah sebelum dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Ahad (29/1). (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Pedagang mengupas bawang merah sebelum dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Ahad (29/1). (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Tingginya biaya produksi mulai dirasakan petani. Anomali cuaca dan isu kenaikan bahan bakar minyak membuat harga sejumlah komoditas melonjak. "Naiknya bisa sampai 30 persen," ujar petani kentang di dataran tinggi Dieng, Mudasir, Jumat (21/6).

Di daerah Dieng, Jawa Tengah, misalnya, panjangnya jarak tempuh membuat petani harus mengeluarkan dana lebih. Biaya transportasi untuk mengangkut kentang mengalami kenaikan lebih dari Rp 3.000 per karung. Jarak tempuh yang jauh juga disebabkan oleh ditutupnya beberapa akses jalan karena sedang dibangun.

Ia menambahkan, tanah yang basah pun menyebabkan petani enggan melakukan penanaman karena risiko besar. Biaya untuk membeli pestisida juga harus ditambah hingga 30 persen agar tanaman kuat menghadapi kemarau basah. Dalam kondisi normal, bulan Mei dan Juni merupakan waktu ideal untuk mulai menanam. Belum dipastikan berapa jumlah kerugian yang diderita petani akibat faktor cuaca.

Saat ini, kentang di tingkat petani dihargai Rp 6.500 per kg. Satu hektare (ha) lahan biasanya mampu menghasilkan sekitar 12 hingga 15 ton kentang. Kini, produksi kentang pada satu ha lahan hanya sekitar 10 hingga 11 ton. Selain kentang, produksi bawang merah juga menurun akibat anomali cuaca. Iklim basah membuat lahan diserbu organisme pengganggu tanaman (OPT) bertubi-tubi. Satu ha lahan yang normalnya menghasilkan 15 ton bawang merah, kini hanya mampu memproduksi sekitar 8 ton bawang merah.

Ketua Asosiasi Bawang Merah (ABMI) Asmawi Isa mengatakan, petani harus mengeluarkan dana yang sangat besar untuk memberantas hama. Untuk satu ha lahan, petani normalnya mengeluarkan biaya obat-obatan sekitar Rp 20 juta. Kini, minimal Rp 35 juta harus dikeluarkan untuk satu ha lahan. "Ongkos pemeliharaannya mahal, kualitas bawangnya juga kurang bagus," katanya.

Satu kilogram bawang merah bermutu baik dihargai Rp 20 ribu hingga Rp 23 ribu per kg. Sedangkan, bawang merah minim mutu dihargai Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu per kg. Ismawi mengatakan, masih banyak petani kecil yang memilih melakukan penanaman daripada menganggur menunggu cuaca yang lebih baik.

Harga bawang di tingkat petani masih stabil, beda dengan tren kenaikan harga di tingkat konsumen. Di pasar, menurutnya, harga bawang merah sudah membengkak menjadi tiga kali lipat. Pemerintah pun diimbau agar membantu menstabilkan harga mengingat sebentar lagi datang bulan Ramdahan. "Tapi, bukan dengan jalan impor," ujarnya menegaskan.

Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan, produksi kentang harus dipantau ketat. Kemarau basah menyebabkan produksi merosot, termasuk di sentra kentang seperti Dieng. "Semestinya pasokan dalam negeri cukup, tapi di Dieng dan tempat-tempar lain agak basah. Nah, ini yang harus diantisipasi," katanya ditemui di Kemendag, Jumat (21/6).

Namun, pihaknya memastikan belum berencana membuka keran impor kembali untuk komoditas apa pun. Ia pun belum memastikan terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen. Kenaikan harga, menurutnya, akan terjadi apabila distribusi dan pasokan mengalami kekurangan. Untuk saat ini, pengusaha berkomitmen bahwa pasokan domestik cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. n meiliani fauziah ed: irwan kelana

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement