Ahad 16 Jun 2013 01:32 WIB
Djarum Indonesia Terbuka Super Series Premier 2013

Ahsan/Hendra Harapan Indonesia

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan
Foto: www.pbdjarum.org
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjadi satu-satunya harapan Merah Putih untuk meraih gelar di Djarum Indonesia Terbuka Super Series Premier 2013. Ahsan/Hendra lolos ke final usai menaklukkan pasangan asal Rusia Vladamir Ivanov/Ivan Sozonov lewat duel rubber game, 21-10, 20-22, dan 21-14, di Istora Senayan, Sabtu (15/6).

Ahsan mengaku memiliki beban tersendiri karena menjadi satu-satunya wakil Indonesia di partai puncak. Akan tetapi, dia berupaya tidak memikirkannya dan berjanji tampil semaksimal mungkin untuk memberikan gelar bagi Indonesia. "Siapa pun lawannya kami siap," kata Ahsan.

Sebelum turun menghadapi Ivanov/Sozonov, Ahsan/Hendra sudah merasakan beban berat. Sebab, tiga wakil Indonesia yang sebelumnya turun, semuanya gagal. Meski mengambil gim pertama dengan mudah, Ahsan/Hendra tertekan pada gim kedua. "Mereka lebih keluar di gim kedua sehingga kita tertekan. Namun di gim ketiga kami bisa keluar dari tekanan itu," kata Hendra.

Pada gim ketiga, Ahsan sempat mendapatkan perawatan medis karena jari kanannya lecet terkena karpet ketika dia terjatuh saat berusaha mengembalikan penempatan shuttlecock lawan. Setelah sempat dirawat, ternyata cedera ini tidak menganggu permainannya. Ahsan/Hendra mengambil gim ketiga sekaligus memastikan satu tempat di final.

Sebelumnya, harapan penonton untuk menyaksikan "all Indonesian final" di tunggal putra urung terwujud saat Dionysius Hayom Rumbaka ditaklukkan ganda nomor satu dunia Lee Chong Wei, 17-21 dan 14-21. Ini merupakan kekalahan kelima untuk Hayom. "Saya sudah bermain maksimal, tapi lawan memang bermain bagus," kata pemain peringkat ke-24 dunia itu.

Pada gim pertama, Hayom sempat memimpin kedudukan dengan 15-14. Namun, karena kurang percaya diri, dia gagal mendikte Chong Wei sehingga lawan berbalik unggul.

Hayom merasa masih banyak yang harus diperbaiki dari permainannya. Selain konsistensi dan rasa percaya diri, Hayom mengaku harus lebih berani bermain di depan net.

Tommy Sugiarto yang menjadi harapan terakhir untuk Indonesia juga gagal mendapatkan tiket ke final Djarum Indonesia Open. Tommy dikalahkan oleh pemain asal Jerman, Marc Zwiebler, dua gim langsung, 17-21, 10-21.

Sedangkan, ganda campuran yang diharapkan bisa menyumbangkan gelar juga harus kandas di semifinal. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dikalahkan oleh pasangan asal Jerman, Joachim Fischer/Christinna Pedersen, dua gim langsung, 15-21 dan 14-21. Untuk kali ketiga Tontowi/Liliyana gagal mengatasi tekanan besar di hadapan publik sendiri. "Kami mau menunjukkan kemampuan yang lebih, tapi malah akhirnya drop," kata Liliyana.

Liliyana merasa penasaran dengan kegagalan ini. Menurut dia, ini merupakan pelajaran berharga dan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Liliyana berjanji, bila masih diberi kesempatan bertanding di ajang ini tahun depan, ia akan mengubah pola pikir. "Ke depan, mungkin kita anggap saja main di sini seperti main di luar negeri," kata Butet, sapaannya.

Pelatih kepala ganda campuran Richard Mainaky menilai Tontowi masih labil dan belum bisa keluar dari tekanan serta beban yang disematkan kepada mereka. Sedangkan, Butet terlalu ngoyo ingin menunjukkan yang terbaik sehingga terkadang permainannya malah menurun.

Tak hanya itu, tampil di negeri sendiri membuat kedua pemain tersebut cenderung memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi dan ingin bermain dengan sempurna. “Ketika lawan mengubah pola permainan, mereka malah kewalahan dan permainannya menjadi menurun,” ujar Richard. Ia berharap, ke depan, keduanya bisa mengatasi tekanan itu dengan bermain lebih lepas. n rizky jaramaya ed: israr itah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement