Senin 10 Jun 2013 01:38 WIB
Kereta Rel Listrik

KAI Commuter Jabodetabek Akui E-Ticketing Perlu Pembiasaan

Rangkaian kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (23/1). (Republika/Wihdan Hidayat)
Rangkaian kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (23/1). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu pekan lebih sudah sistem tiket Kereta Rel Listrik (KRL) yang baru di wilayah Jabodetabek atau e-ticketing, mulai diperkenalkan ke publik. PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) memetik pelajaran bahwa penerapan sistem baru ini perlu pembiasaan dari penumpang maupun petugas stasiun.

Manajer Komunikasi PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan, belum begitu sempurnanya penerapan e-ticketing oleh pengguna KRL adalah hal yang lumrah. Ia menganalogikan perlunya pembiasaan penggunaan e-ticketing oleh masyarakarat, seperti halnya ketika seseorang memiliki sebuah perangkat komunikasi yang baru. Menurutnya, saat seseorang baru membeli telepon pintar, pasti orang itu akan mempelajarinya. Tidak mungkin, ia langsung tahu bagaimana cara mengoperasikan telepon seluluer itu.

“Ya wajar lah menurut saya. Sebab, ini kan barang baru. Jadi, oleh masyarakat perlu pembiasaan. Awal-awal pasti masih cari tahu, ini untuk apa sih, yang ini untuk apa. Tapi, lama-lama pasti sudah bisa,” kata Eva kepada Republika, akhir pekan lalu.

Eva pun menjelaskan, sebenarnya PT KCJ bisa saja memberlakukan e-ticketing sejak 1 juni, sebab gerbang elektronik atau e-gate sudah 100 persen terpasang di seluruh stasiun. Akan tetapi, KJC tak bisa memastikan apakah semua pihak sudah siap dengan sistem elektronik ini. Tidak hanya dari sisi penumpang, para petugas PT KAI dan KCJ pun perlu pembiasaan.

Tengok saja apa yang terjadi di Stasiun Depok Baru, Selasa (4/6). Kepala Stasiun Depok Baru Didin Wahyudin mengatakan, antrean penumpang di loket masih terjadi. Terlebih, antrean terjadi di pagi hari saat jam masuk kantor. Sedikit kendala juga terlihat saat penumpang yang turun di stasiun tujuan justru menempelkan atau men-tap kembali kartu. “Harusnya kan saat sudah turun di stasiun kartu dimasukkan ke e-gate, bukan di-tap lagi,” kata Didin.

Oleh karena itu, ungkap Didin, para penumpang pun harus bisa berlaku proaktif dengan mencari tahu proses penggunaan e-ticketing seperti apa, selain mendapatkan panduan dari para petugas. Tak hanya itu, saat masa sosialisasi e-ticketing berlangsung, para petugas di stasiun pun masih harus lebih berkenalan lagi dengan alat dan perangkat tiket yang ada. Dulu mungkin petugas bisa langsung memberikan karcis kepada penumpang dengan hanya menyobeknya dan memberikan cap. Kini, petugas di loket harus secara benar memilihkan di stasiun apa penumpang akan turun dengan sistem yang baru.

Eva menambahkan, seharusnya masyarakat juga memberikan dukungan positif seiring akan diberlakukannya e-ticketing secara total pada 1 Juli mendatang demi terwujudnya penyelenggaraan perkeretaapian Indonesia yang lebih baik. Ia berharap agar transisi di masa sosialisasi ini pun berlangsung cepat dan maksimal.

PT KCJ pun berharap, agar pada 1 Juli 2013 pemberlakuan e-ticketing dan tarif progresif benar-benar terlaksana. “Berharap juga, kartu berlangganan atau multitrip semoga bisa keluar. Kalau sudah ada itu, penumpang pun enak.” n alicia saqina ed: rahmad budi harto

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement