Kamis 23 May 2013 01:16 WIB
Wirausaha Islami

Dorong Wirausaha Islami

Pemilik Restoran Ayam Bakar Mas Mono, Agus Pramono memberikan materi kewirausahaan kepada peserta Bincang Bisnis Kreatipreneur Republika di Kantor Harian Republika, Pejaten, Jakarta Selatan, Selasa (3/1)
Foto: Republika/Aditya
Pemilik Restoran Ayam Bakar Mas Mono, Agus Pramono memberikan materi kewirausahaan kepada peserta Bincang Bisnis Kreatipreneur Republika di Kantor Harian Republika, Pejaten, Jakarta Selatan, Selasa (3/1)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Sebagian besar dari mereka berkecimpung membina usahanya sendiri, berwirausaha. Sayangnya, para wirausahawan Muslim tak banyak menerapkan kajian Islam dalam bisnis mandirinya ini.

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Komaruddin Hidayat mengatakan, padahal banyak nilai islami yang bisa dimasukkan untuk mengembangkan sebuah usaha bisnis. “Kejujuran, misalnya,” katanya.

Rasulullah juga seorang pengusaha sukses yang bisa menerapkan nilai-nilai islami dalam pengembangan bisnisnya. Nilai-nilai menonjol dalam Islam, yang menekankan kejujuran, kerja keras, keadilan, pemihakan terhadap orang tertindas, dan nilai Islam lainnya yang perlu dipegang teguh dan diterapkan dalam merintis bisnis.

Ia pun mengacungi jempol seorang wirausahawan sukses yang teguh menerapkan spirit keislaman yang mengindonesia dalam mengembangkan bisnisnya. Wirausahawan tersebut adalah Sukamdani Sahid Gitosardjono, yang kini telah sukses dan duduk sebagai chairman Sahid Group. “Pengusaha seperti ini langka,” kata Komaruddin.

Merintis usaha berbasis Islam dan budaya sebagai latar belakangnya, terbukti telah sukses dilakukan oleh Sukamdani. “Pengusaha yang peduli membangun budaya yang didasarkan nilai-nilai keislaman jarang. Umumnya, mereka melakukan sebagai bagian dari kapitalisme global,” ujar Komaruddin.

Sukamdani, menurutnya, telah sukses mengembangkan akar budaya setempat, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun merintis bisnisnya. Komaruddin menilai sosok pria berusia 85 tahun itu patut dijadikan contoh bagi anak-anak muda yang berencana merintis sebuah usaha. “Ini seperti yang dilakukan oleh orang Cina dan Jepang, yang mengaitkan bisnis dengan identitas lokalnya.”

Kini giliran Islam Indonesia. Para pengusaha Muslim sepatutnya menerapkan prinsip dan nilai keislaman agar ia merasa nyaman dengan bisnis yang ditekuninya.

Kepala Sub Direktorat Akademik Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama Mohammad Zein mengatakan, prinsip beriwirausaha sebenarnya adalah penumpukan modal. “Namun, agar lebih berkah, patutnya tak melanggar nilai islami,” ujarnya.

Nilai-nilai keislaman bisa menggambarkan keharmonisan dalam berbisnis. Sukses, prestasi, dan berkah yang bisa diraih menjadi tujuan wirausaha yang menerapkan nilai-nilai Islam. “Selain tujuan pribadi, tujuan mulia untuk menghidupi orang banyak juga bisa dicapai,” kata Zein.

Sukamdani Sahid Gitosardjono mengatakan, Islam merupakan ajaran yang menekankan pentingnya akhlak mulia, baik kepada Tuhannya maupun kepada para makhluk-Nya. Islam menunjukkan pentingnya kemampuan mengulurkan tangan untuk amal kebajikan dan menahan diri dari hal-hal tercela. “Islam merupakan sumber kebajikan dan kemakmuran umat,” katanya. n rosita budi suryaningsih ed: chairul akhmad

Berani Mengambil Risiko

Islam rahmatan lil alamin dan perpaduan budaya Indonesia merupakan pembentukan jati diri dan modal pembentukan masyarakat madani.

Budaya Islam Indonesia menjadi sumber kearifan dan keunggulan. Peran Islam dan budaya Indonesia sangat penting dalam pembentukan sumber daya manusia unggul, berbudaya, islami, dan tren budaya kekinian.

“Kita perlu melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang sesuai dengan prinsip kebersamaan, kegotongroyongan, dan kekeluargaan,” ujar wirausahawan Sukamdani Sahid Gitosardjono.

Tersirat dalama firman Allah SWT, yang menciptakan manusia di muka bumi sebagai khalifatullah, yaitu memercayai dengan kemauan yang bebas untuk hidup-menghidupi, mencapai kemajuan material, serta memuat moral dan nilai-nilai etika dalam suatu keharmonisan untuk memenuhi kepentingan diri dan masyarakat.

Menghidupkan jiwa kewirausahaan, menurut Sukamdani, bisa dilakukan dengan cara mendorong timbulnya ide-ide dari hal-hal kecil, baik berupa kreativitas maupun inovasi yang ada di sekitar kehidupan. “Untuk membangun semangat dan budaya wirausaha di Indonesia, diperlukan kemauan belajar dari pengalaman negara dan bangsa lain yang telah berhasil,” katanya.

Membangun kewirausahaan yang berdaya saing bisa dengan memiliki karakter sesuai nilai Islami, seperti pantang menyerah, berani mengambil risiko, kecepatan dan fleksibilitas, serta kemampuan keluarga dalam mendidik anak-anaknya. n rosita budi suryaningsih ed: chairul akhmad

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement