Sabtu 18 May 2013 08:23 WIB
HUT Jakarta

Menyelami Kisah 'Ariah' di Monas

Kawasan Monas di Jakarta
Foto: Antara/Wahyu Putro
Kawasan Monas di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, Tari kolosal yang melibatkan panggung termegah di Indonesia akan menyemarakan Jakarta dalam perayaan hari ulang tahunnya yang ke-486. Pertunjukan akbar ini akan melibatkan 200 penari, 120 musisi, dan lebih dari 15 ribu penonton.

Pentas Tari Musikal Kolosal bertajuk “Ariah” akan dipersembahkan bagi masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Pagelaran yang kental dengan nuansa kesenian Betawi ini akan dipentaskan di Area Selatan Monumen Nasional pada 28 hingga 30 Juni 2013. Berdurasi sekitar satu setengah jam, “Ariah” dimulai sejak 19.00 WIB setiap harinya.

Pertunjukan yang akan menjadi pentas termegah dengan latar Monas ini disutradarai oleh Atilah Soeryadjaya. Perempuan kelahiran Solo, 52 tahun lalu, ini mengaku bahagia akan mementaskan impiannya di panggung Monas.

Berawal dari permintaan orang nomor satu di Jakarta, Joko Widodo kepadanya. “Waktu itu, enam bulan lalu Pak Jokowi meminta saya untuk membuat pertunjukan khas Betawi untuk menyambut ulang tahun Jakarta,” ujarnya di Balai Agung, Rabu (15/5).

Ia mengaku ragu saat itu. Pasalnya, waktunya sangat sempit untuk mempersiapkan pertunjukan dalam waktu enam bulan. Padahal, pertunjukan yang ia sutradarai sebelumnya, “Mata Hati”, dipersiapkan selama dua tahun. Tapi, berkat keyakinan ia dan rekan-rekannya, Atilah pun mulai proyek akbar itu untuk Jakarta.

Riset mengenai Betawi selama tiga bulan membuatnya memilih “Ariah”. Naskah “Ariah” yang ia tulis akan bercerita tentang sesosok gadis muda dan perjuangannya di zaman kolonial dulu. Ia adalah Ariah, gadis sederhana dengan pergolakan keberanian dan perlawanannya terhadap penindasan di sekitarnya.

Berlatar sekitar 1860, Ariah adalah seorang gadis yang istimewa. Ia digambarkan sebagai gadis yang mempunyai semangat membara dalam mempertahankan kehormatan dan harga dirinya sebagai seorang Betawi.

Ida Sunaryono, penari profesional asal Solo, dipercayakan untuk memerankan sosok Ariah. Wanita muda yang sudah kenal menari sejak kecil ini mengaku bahagia dan bangga memerankan Ariah. Tantangan terbesarnya, yaitu mempelajari teknik tari Betawi yang berbeda dengan tari Jawa yang semula digelutinya.

Ia pun sekaligus belajar pencak silat, menyanyi, dan menari dalam satu waktu. Semua aktor dan aktris dalam pertunjukan ini memang belajar untuk piawai memainkan semua aksi seni tersebut.

Pertunjukan kolosal ini akan dibawakan di atas panggung unik yang belum pernah ada sebelumnya. Panggung yang memiliki tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan kaki. Di tiga bagian itu dibuat bukit-bukit dengan kemiringan tertentu. Bukit miring ini diambil berdasarkan perhitungan derajat kemiringan Monas sebagai titik nol Jakarta terhadap menara Syahbandar di Jakarta Utara.

Jay Subyakto adalah dalang dibalik pembuatan panggung megah ini. Ia dan Inet Lemena adalah penata artistik dan penata panggung yang akan menjadi sarang para penari beradu aksi. Ada sekitar dua belas pintu masuk panggung yang harus dihapal para penari di dalamnya.

Dengan kecanggihan teknologi video mapping, panggung akan kaya dengan objek-objek. Pencahayaan pun akan dibuat meriah dengan sorotan-sorotan cahaya dari kiri-kanan dan bawah panggung. Jay mengatakan, Monas pun akan bergelimangan cahaya kala pertunjukan. Panggung memang dibuat megah dengan luas 72x48 meter dan tinggi sekitar 10 meter. 

Tak lengkap aksi penari-penari profesional di panggung megah tanpa musik. Giliran Erwin Gutawa dan 120 musisi lainnya yang akan beraksi mengiringi awal hingga akhir pertunjukan. “Musiknya akan sangat berbeda dengan biasanya karena ini terinspirasi dari irama-irama musik tradisional dalam negeri,” kata Erwin.

Ia mengakui, musiknya akan dibawakan oleh musisi-musisi orkestra. Tapi, orkestra kali ini akan kaya dengan suara-suara khas Betawi. Seperti, tepuk-tepukan tangan, irama-irama dari alat musik lokal, nyanyian-nyanyian Betawi, dan lainnya. Musik akan terus bermain mengiringi setiap tarian, pencak silat, nyanyian, dan aksi-aksi para penari lainya. Yang unik, para penari ini akan menjelajahi setiap kemiringan panggung juga lembah-lembahnya sambil menari-nari.

Siapa saja yang diundang untuk melihat pertunjukan ini. Sebanyak 3.000 kursi dipersiapkan untuk menjamu duta-duta besar yang ingin merasakan pula kemeriahan HUT Jakarta. Tiga ribu kursi tersebut dibuat membentuk tribun di belakang penonton yang akan menonton lesehan di atas karpet menghadap panggung Monas. Pertunjukan ini berkapasitas sekitar 15 ribu orang.

Semua penonton wajib memiliki karcis. Bagi yang ingin duduk di tribun, akan dikenakan biaya, sementara duduk lesehan tidak dikenakan biaya. Informasi terkait ticket box akan diberitahukan selanjutnya dari panitia. n c70 ed: wulan tunjung palupi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement