Selasa 14 May 2013 12:43 WIB
Virus SARS

Dunia Cemaskan Varian Baru SARS

Virus SARS
Virus SARS

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — SARS (Severe Scute Respiratory Syndrome) kembali membuat warga dunia cemas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyeru masyarakat internasional untuk waspada. Tak hanya WHO, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pun telah bersiaga menghadapi masalah kesehatan ini.

Varian baru virus penyebab SARS, yakni novel coronavirus (NCoV) diduga kuat dapat menular antarmanusia. Dalam siaran pers yang dikutip BBC News, Senin (13/5), WHO menyatakan NCoV berpotensi menyebar secara cepat dan sporadis.

Belum lama ini, Prancis melaporkan pasien pertama yang terinfeksi varian baru virus SARS. Si penderita adalah warga Prancis yang baru pulang melancong dari Uni Emirat Arab (UEA). Ia menderita infeksi saluran pernapasan yang parah sehingga harus mendapat bantuan pernapasan. Gejala-gejala yang ditunjukkan penderita sangat mirip dengan penderita SARS yang pernah menghebohkan dunia pada 2003. 

Penderita yang terinfeksi virus SARS jenis baru di Prancis itu ternyata bertambah. Seperti dilaporkan sejumlah media massa internasional, penderita dengan gejala sesak napas serupa diduga kuat tertular dari penderita yang pertama. Sebab, mereka pernah berada di kamar yang sama saat dirawat di sebuah rumah sakit di Valnciennes, April lalu.

Saat ini, kedua pasien masih dirawat secara intensif di Rumah Sakit Lille, Prancis Utara. Kondisi pasien pertama dilaporkan sangat mengkhawatirkan. Menteri Kesehatan Prancis Marisol Tourine mengatakan kedua pasien tersebut positif mengidap NCoV.

Menurut Tourine, kasus baru SARS ini berasal dari negara-negara Timur Tengah. Ia tak menjelaskan secara rinci mengenai hal itu. Namun, WHO membenarkan keterkaitan itu. Badan dunia ini menyatakan varian baru SARS sudah terdeteksi sejak akhir 2012.

Tercatat, ada 33 kasus SARS jenis baru di sejumlah negara. Laporan terbanyak berasal dari kawasan Timur Tengah, seperti Qatar, Arab Saudi, Yordania, dan Pakistan. Tercatat sudah 18 orang tewas.

 WHO juga mencatat NCoV sudah merembet ke negara-negara Uni Eropa. Catatan sementara menunjukkan bahwa sudah ada dua korban tewas, satu di Inggris dan lainnya di Jerman.

Pakar virus dari Pasteur Institute Arnaud Fontanet di Paris mengatakan bahwa NCoV dan SARS mempunyai kemiripan. Virus ini sama-sama menyerang sistem pernapasan secara dominan. Demam tinggi pada penderita semakin meyakinkan bahwa virus baru tersebut adalah mutasi dari SARS.

Namun, NCoV lebih ganas ketimbang virus SARS. NCoV mampu bermutasi lebih cepat dan berpindah-pindah. Laman the Independent menulis NCoV lebih ganas lantaran dapat menyebabkan radang paru-paru terhadap penderita.

Secara biologis, NCoV dapat menyasar hewan, lalu melompat untuk menyerang sistem pertahanan tubuh manusia. Menurut para ilmuwan, unta atau kambing bisa menjadi perantara strategis mutasi SARS.

Harus waspada

Merebaknya NCoV mendapat perhatian serius dari Kemenkes RI. Dalam hal ini, jamaah umrah diimbau untuk waspada, mengingat virus itu sudah ada di Arab Saudi. “Ada di Arab Saudi, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Prancis,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL) Kemenkes Prof dr Tjandra Yoga Aditama dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (13/5).

Menurutnya, hingga 10 Mei 2013 sudah ditemukan 33 kasus NCoV. Tjandra mengatakan bahwa sebagian besar kasus infeksi NCoV menimpa laki-laki dengan rentang usia 24-94 tahun. Angka kemarian akibat infeksi virus ini, ujarnya, mencapai  54,54 persen lebih tinggi dari virus H7N9. “Sudah 18 orang meninggal,” kata Tjandra.

Sejauh ini, ujarnya, Kemenkes sudah berkoordinasi dengan Kementerian Agama menyangkut kesehatan calon jamaah umrah. Ia pun menyarankan calon jamaah umrah untuk menjaga kesehatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan cuci tangan pakai sabun (CTPS). “Jika sakit, langsung berobat.” n bambang noroyono/lingga permesti ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement