Selasa 14 May 2013 01:37 WIB
Bank Syariah Mandiri

BSM Raup Laba Rp 255,6 Miliar

Bank Syariah Mandiri
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Bank Syariah Mandiri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatatkan laba bersih Rp 255,60 miliar per 31 Maret 2013. Laba tersebut naik 32,63 persen dibanding laba BSM per 31 Maret 2012 sebesar Rp 192,72 miliar.

Direktur Utama BSM Yuslam Fauzi menerangkan, penyumbang terbesar kenaikan laba adalah pendapatan margin dan bagi hasil serta efisiensi biaya. Pendapatan margin dan bagi hasil BSM per Maret 2013 sebesar Rp 1,27 triliun atau naik 18,69 persen dibanding posisi Maret 2012 sebesar Rp 1,07 triliun. Pendapatan margin dan bagi hasil itu bersumber dari pembiayaan BSM per Maret 2013 yang mencapai Rp 46,26 triliun.

“Pembiayaan naik 23,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 2012, yang tercatat sebesar Rp37,44 triliun,” kata Yuslam di Jakarta, Senin (13/5).

Menurut Yuslam, indikator BSM makin efisien terlihat pada rasio BO/PO per Maret 2013 sebesar 69,24 atau turun dibandingkan rasio BO/PO per Maret 2012 sebesar 70,47 persen. Bahkan, BO/PO per Maret 2013 lebih kecil dibandingkan BO/PO per Desember 2012 sebesar 73,00 persen. Yuslam pun bersyukur lantaran BSM berhasil mempertahankan kebijakan operasional perbankan yang efisien.

Dia melanjutkan aset BSM per Maret 2013 senilai Rp 55,48 triliun atau tumbuh 11,81 persen dibanding posisi semula pada Maret 2012 sebesar Rp 49,62 triliun. Sedangkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BSM per Maret 2013 mencapai Rp 48,38 triliun, naik 12,75 persen dibanding posisi Maret 2012 sebesar Rp 42,91 triliun.

Bisnis BSM ditopang oleh kehadiran outlet yang per Maret 2013 telah mencapai 789. Total outlet tersebut terdiri atas 136 kantor cabang (KC), 474 kantor cabang pembantu (KCP), 56 kantor kas (KK), tujuh konter layanan syariah (KLS), dan 116 payment point (PP).

Per 30 April 2013, total outlet BSM mencapai 794 unit dengan perincian 136 KC, 477 KCP, 57 KK, enam KLS, dan 118 PP.

Yuslam menegaskan bahwa BSM terus fokus pada sektor UMKM. Per Maret 2013, porsi pembiayaan UMKM dan nonkorporasi BSM 73,16 persen serta porsi pembiayaan korporasi 26,84 persen.

Ekuitas BSM per 31 Maret 2013 mencapai Rp 4,44 triliun, naik 35,78 persen dibanding ekuitas per 31 Maret 2012 sebesar Rp 3,27 triliun. Kenaikan ekuitas tersebut terjadi karena adanya peningkatan modal disetor dan laba perusahaan. Pada 28 Desember 2012 Bank Mandiri menambah modal ke BSM sebesar Rp 300 miliar. Suntikan modal tersebut menjadikan BSM semakin kuat dengan posisi CAR per Maret 2013 sebesar 15,23 persen atau lebih tinggi dibanding posisi CAR BSM per Maret 2012 sebesar 13,91 persen.

BSM juga mengalokasikan pencadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) sebagaimana ditentukan oleh Bank Indonesia (BI). Pemenuhan PPAP BSM pada Maret 2013 sebesar 100,91 persen atau lebih tinggi dibanding pemenuhan PPAP per Maret 2012 sebesar 100,03 persen.

“Mudah-mudahan dengan dukungan seluruh masyarakat dan stakeholder, BSM terus menunjukkan kinerja yang semakin baik untuk menjadi bank kebanggaan kita semua, bangsa Indonesia tercinta,” kata Yuslam.

Peringkat Muamalat

Selain itu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan rating idA plus untuk PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (BBMI). Outlook bank syariah pertama di Indonesia ini adalah stabil.

Pada saat bersamaan Pefindo juga memberi peringkat idA untuk dua sukuk yang diterbitkan perseroan, yaitu Sukuk Subordinasi Tahap I sebesar Rp 800 miliar dan Tahap II senilai Rp 700 miliar. Peringkat ini berlaku mulai X Mei 2013 hingga 1 April 2014.

Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan Pefindo, Senin (13/5), peringkat yang diperoleh Bank Muamalat merefleksikan kuatnya dukungan dari para pemegang saham perseroan. “Tingginya potensi pertumbuhan perbankan syariah dan kuatnya posisi Muamalat menjadi dasar pemberian peringkat tersebut,” tulis pernyataan Pefindo.

Bank Muamalat merupakan bank syariah terbesar kedua di Indonesia. Saham Bank Muamalat dimiliki oleh Islamic Development Bank (IDB) sebesar 32,74 persen, Boubyan Bank Kuwait sebesar 25,03 persen, Saudi Economy and Development Cooperation Group (Sedco) sebesar 24,87 persen, serta sisanya dimiliki institusi lain dan individu. IDB telah diberi peringkat AAA stabil oleh Standard and Poor Rating. n qommarria rostanti/friska yolandha ed: eh ismail

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement