Jumat 03 May 2013 08:17 WIB
Ekspor Nonmigas

Ekspor Nonmigas Kerek Neraca

Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Baiknya, ekspor bukan minyak dan gas (nonmigas) menggerek kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Maret. Neraca perdagangan produk ini mengalami surplus sebesar 1,1 miliar dolar AS.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan, per Maret ekspor nonmigas Indonesia mencapai 12,4 miliar dolar AS. Sedangkan, impor nonmigas menurun sebesar 5,8 persen menjadi 10,99 miliar dolar AS. “Permintaan global terhadap produk nonmigas masih meningkat sekitar 16,1 persen,” katanya, Kamis (2/5). 

Meskipun demikian, menurutnya, nilai ekspor nonmigas masih mengalami tekanan akibat melemahnya harga beberapa komoditas utama Indonesia di pasar dunia. Nilainya mengalami penurunan 3,3 persen. Beberapa produk Indonesia yang mengalami fenomena tersebut adalah kelapa sawit, karet dan produknya, mesin, batu bara, produk kimia, dan kertas.

Terdapat 10 negara tujuan ekspor nonmigas yang memiliki pencapaian nilai ekspor terbesar. Antara lain, Cina sebesar 5,1 miliar dolar AS, Jepang senilai 4,1 miliar dolar AS, Amerika Serikat sebanyak 3,8 miliar dolar AS. Sepuluh pasar ekspor utama tersebut berkontribusi sebesar 69,7 persen dari total ekspor nonmigas.

Nilai ekspor ke beberapa negara berkembang juga mengalami kenaikan yang signifikan. Nilai ekspor ke Brunei mengalami kenaikan terbesar mencapai 55,8 juta dolar AS atau tumbuh 222,3 persen. Disusul urutan berikutnya, yaitu Myanmar, Ghana, Aljazair, Pakistan, Kamboja, Meksiko, Mesir, Nigeria, dan Selandia Baru yang mengalami kenaikan lebih dari 10 persen.

Nilai ekspor komoditas utama yang masih mengalami kenaikan, antara lain, tekstil dan produk tekstil (TPT) (0,3 persen), kelapa sawit (8,9 persen), alas kaki (9,5 persen), otomotif (2,7 persen), dan kopi (42,8 persen). Sementara, nilai ekspor komoditas potensial yang juga mengalami kenaikan, yaitu kulit dan produk kulit naik 30,5 persen, peralatan medis tumbuh 37,1 persen, tanaman obat meningkat 63,7 persen, makanan olahan naik lima persen, dan kerajinan tumbuh 3,3 persen.

Baiknya, ekspor nonmigas membuat neraca perdagangan pada Maret 2013 mengalami surplus 304,9 juta dolar AS. Meskipun, sepanjang kuartal I tahun ini neraca perdagangan mengalami defisit 67,5 juta dolar AS. Ekspor Indonesia keseluruhan turun 6,4 persen menjadi 45,4 miliar dolar AS. Sedangkan, total impor 45,5 miliar dolar AS.

Tingginya kinerja impor dikontribusi kenaikan impor migas sebesar 7,5 persen atau mencapai 11,3 miliar dolar AS. Sementara, impor nonmigas sepanjang kuartal I turun 3,1 persen menjadi 34,2 miliar dolar AS. Kenaikan impor migas disebabkan oleh meningkatnya permintaan impor minyak mentah, hasil minyak, dan gas yang naik masing-masing sebesar 14,3 persen, 3,2 persen, dan 24,2 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo menyatakan, neraca perdagangan pada Maret yang surplus membuka kemungkinan positifnya neraca perdagangan secara kumulatif pada bulan-bulan selanjutnya.

Sasmito memperkirakan adanya peningkatan kontribusi minyak kelapa sawit mentah (CPO) pada April. Terlebih, pada Maret 2013 ekspor CPO terkena bea keluar sebesar 10,5 persen. “Kemungkinan bulan ini dan bulan depan terjadi pembalikan. Artinya, yang turun itu bisa naik,” katanya.

Khusus untuk impor barang modal, Sasmito mengakui adanya tren penurunan. Ada kemungkinan impor mesin peralatan mengalami kenaikan untuk menambah sektor industri. Ini, kata Sasmito, berarti baik untuk kebutuhan konsumsi domestik, khususnya bagi industri kecil, sedang, maupun besar. n muhammad iqbal/C62/ ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement