Selasa 30 Apr 2013 01:45 WIB
Zakat dan Sedekah

Membangun Kesadaran Berbagi

Berbagi (ilustrasi)
Foto: antara
Berbagi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Keinginan berbagi semakin tumbuh di kalangan anak-anak muda. Mereka mewujudkannya dalam bentuk memberi sedekah atau membayar zakat. General Manager Dompet Dhuafa Bambang Suherman mengatakan, mereka yang memiliki kesadaran itu setiap hari meningkat. “Terlihat jelas sejak tahun 2000,” katanya di Jakarta, Senin (29/4).

Sejumlah motivasi mendorong gerak mereka menyumbangkan sebagian hartanya kepada orang lain. Di antaranya, kesadaran melakukan perintah agama, rasa tenggang rasa yang besar untuk menolong sesama, dan senang meniru kebaikan yang dilakukan oleh seseorang. Sayang, Bambang tak mengungkapkan jumlah pasti berapa muzaki Dompet Dhuafa yang berasal dari kalangan muda.

Ia menambahkan, profil para muzaki dan pemberi sedekah yang muda, tokoh tersohor, juga artis yang dalam usia muda gemar bersedekah memberikan dampak besar. Sosok mereka berpengaruh pada kalangan muda lainnya untuk berbuat sama. Muncul pula gerakan-gerakan dalam bentuk komunitas mewadahi keinginan bersedekah.

Di sisi lain, Dompet Dhuafa melakukan kampanye menarik, baik secara langsung maupun media sosial. Dengan demikian, kampanye bersedekah dan berzakat semakin luas. Bambang mengatakan, lembaga ini juga menyerahkan pengelolaannya pada orang-orang muda. Sistem pengumpulan dan penyaluran dana pun disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Mereka yang mau berbagi sebagian hartanya bisa menyerahkan melalui konter di mal maupun melalui jasa perbankan. “Kami telah merambah masuk ke dalam teknologi smartphone agar lebih mudah mengampanyekan dan mengajak anak-anak muda berbagi, membantu sesamanya,” kata Bambang.

Selain ada yang memercayakan dananya lewat lembaga sosial, banyak pula yang membangun komunitas sendiri. Salah satunya komunitas Muda Bersedekah. Menurut Arina Musalamatulhusana, salah satu penggagas, komunitasnya membangun motivasi agar anak muda mau bersedekah. “Kami tegaskan, orang seusia kami juga bisa bersedekah,” ujarnya.

Arina yang masih kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini mengaku, memang jumlah sedekahnya tak besar. Ia dan teman-temannya menyisihkan sedikit dari uang saku, berbeda dengan mereka yang telah mapan. Tapi, kata dia, komunitasnya menjadi tempat latihan agar terbiasa berbagi. Jadi, ini mengasah rasa empati untuk mau membantu sesama.

Menurut dia, sedikit demi sedikit uang yang terkumpul disalurkan kepada mereka yang kurang mampu. Misalnya, dana dialokasikan untuk anak yang ingin melanjutkan sekolah, tapi kekurangan biaya, membantu panti asuhan, pemberian mushaf Alquran, dan bentuk penyaluran lainnya yang disepakati anggota komunitas.

Tak jarang, Arina mengajak rekan-rekannya ke lapangan, menyaksikan kondisi orang-orang yang ingin komunitasnya bantu. Ia mengatakan, semula mungkin ada rekannya yang enggan merogoh kocek untuk bersedekah. Tetapi, setelah ia mengajaknya ke lapangan, ada saja yang tersentuh hatinya. Selanjutnya, mereka merelakan sebagian uang sakunya untuk berbagi.

Hijabers Community pun melakukan langkah senada. Selain rutin menggelar pengajian, mereka rajin menggalang sedekah untuk disalurkan ke lembaga zakat dan menyelenggarakan program berbagi hijab. Dengan gerakan 10 ribu hijab, komunitas ini membantu para perempuan yang ingin percaya diri berhijab, tapi tak punya akses untuk membeli hijab. n rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement