Sabtu 13 Apr 2013 08:45 WIB
Miss World

Rombak Tradisi Miss World

Penobatan Miss World 2012, gelar yang dimenangkan kontestan dari Cina.
Foto: AP PHOTO
Penobatan Miss World 2012, gelar yang dimenangkan kontestan dari Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana digelarnya puncak Miss World 2013 di Sentul International Convention Center, Bogor, menuai kontroversi. Anggota Komisi X DPR Herlini Amran menyarankan supaya acara tersebut dihindari. Sementara Ketua Komisi E DPRD Jabar Didin Supriadin menyatakan pihaknya tidak keberatan puncak acara yang rencananya dihelat 28 September 2013 itu berlangsung di Bogor, Jawa Barat, asal warga tidak keberatan.

Herlini khawatir acara tersebut digelar tidak sesuai dengan tradisi ketimuran, karena itu dia lebih sepakat acara tersebut tidak digelar di Indonesia. Tapi, kalau memang tidak bisa dibatalkan, dia menyarankan agar ajang puncak Miss World tidak dijalankan seperti umumnya kontes kecantikan. "Indonesia harus berani merombak tradisi yang ada di Miss World," tutur dia saat dihubungi Republika Jumat (12/4).

Menurut dia, pihak penyelenggara di Indonesia harus berani menolak persyaratan Miss World jika tidak sesuai dengan tradisi masyarakat Indonesia. Selama ini, dia melihat bahwa Miss World lebih merupakan kontes yang menonjolkan sisi fisik perempuan. Seharusnya, kata Herlini, penyelenggara di Indonesia bisa mengubahkan menjadikan inner beauty sebagai indikator utama penilaian.

Meski tidak menyatakan keberatan, Didin juga mengusulkan adanya perombakan tradisi dalam puncak acara Miss World tersebut. Walaupun gelaran tersebut sudah dibuat standarnya oleh panitia, dia meminta supaya ajang Miss World di Bogor nanti memperhatikan budaya Timur. Acara tersebut, ujar Didin, harus dilangsungkan dengan sopan.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyarankan agar peserta puncak acara Miss World 2013 mengenakan kebaya. Usul tersebut, menurut Heryawan, disampaikannya saat menerima panitia kontes kecantikan tersebut Kamis (4/4). "Ajang Miss World ini berbeda dengan ajang sejenis lainnya karena saat puncak acara tidak menggunakan bikini. Insya Allah lebih sopan," kata Heryawan menuturkan.

Berbeda dengan Heryawan yang sudah didatangi panitia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemanparekraf) menyatakan belum mendapatkan informasi perkembangan terkait penyelenggaraan Miss World 2013 dari panitia. Direktur Promosi Konvensi, Insentif, Event, dan Minat Khusus Kemenparekraf, Rizki Handayani, menyatakan pihaknya bukan pendukung langsung acara tersebut. Menurut dia, Kemenparekraf hanya mendukung dalam bentuk koordinasi dan perizinan dari pihak penyelenggara.

Kekhawatiran akan helatan Miss World datang dari Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidan. Kata dia, Jawa Barat dikenal sebagai provinsi yang religius dan Bogor dikenal dengan kota halal. "Panitia berlebihan menyelenggarakan di daerah, terlebih Bogor sebagai kota santri, mereka memprovokasi," kata Amidhan.

Amidhan menambahkan, kontes seperti itu harusnya melihat karakter wilayah yang akan dijadikan lokasi penyelenggaraan puncak acara. Alternatif paling memungkinkan untuk penyelenggaraan ajang yang identik dengan busana minim ini, menurut dia, adalah Pulau Bali. Kata Amidhan, Bali sudah menjadi wilayah internasional. Karena itu, dia pun mengaku bisa mengerti dengan penolakan dari ormas-ormas Islam di Bogor atas rencana acara puncak Miss World tersebut. n meiliani fauziah/agus raharjo ed: irfan junaidi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement