Jumat 06 Jan 2017 17:00 WIB

Manfaat dan Dampak Minyak Ikan dalam Kehamilan

Red:

Penelitian terbaru dari Denmark mengindikasikan minyak ikan sebagai suplemen bermanfaat terhadap kehamilan. Konsumsi minyak pada trisemester akhir kehamilan dapat menurunkan risiko asma dan mengi (suara napas saat asma) pada bayi yang akan dilahirkan.

Penelitian ini melibatkan sebanyak 695 ibu hamil sebagai responden dan dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama mengonsumsi placebo yang berisi 2,4 gram minyak zaitun dan kelompok kedua mengonsumsi kapsul minyak ikan dengan dosis yang sama.

Hasilnya, risiko asma dan mengi pada bayi dari kelompok pertama sebesar 23,7 persen. Sedangkan, risiko yang sama terhadap bayi dari kelompok kedua lebih rendah, yaitu 16,9 persen. Peneliti menilai hal tersebut setara dengan 30,7 persen penurunan risiko selama tiga tahun pertama pada kehidupan anak.

Salah satu kandungan minyak ikan adalah asam lemah tak jenuh ganda pada Omega 3, yaitu kadar rantai Eicosapentaenoic acid (EPA) dan Docosahexaenoic acid (DHA). Pada ibu ber-EPA dan DHA rendah, konsumsi minyak ikan dapat menurunkan risiko asma maupun mengi sebesar 17,5 persen. Keturunan dari ibu dengan EPA dan DHA rendah menurunkan risiko asma dan mengi sebesar 34,1 persen ketika mengonsumsi placebo.

Karena itu, tim peneliti menilai manfaat konsumsi minyak ikan lebih terlihat pada ibu hamil dengan kadar EPA dan DHA rendah. Ibu hamil yang EPA dan DHA rendah berisiko peradangan juga meningkatkan respons sistem imunitas yang menjadi faktor munculnya asma dan kondisi lain yang berkaitan.

Ketua tim penelitian Dr Hans Bisgaard dari University of Copenhagen mengatakan, konsumsi minyak ikan bukan satu-satunya opsi untuk itu. Ibu hamil bisa mendapatkan manfaat yang sama dengan mengonsumsi ikan secara langsung. Namun, untuk mendapatkan efek yang sama seperti dalam penelitian, ibu hamil harus sering mengonsumsi ikan.

"Anda benar-benar harus sangat gemar (mengonsumsi) ikan untuk mendapatkan jumlah (minyak ikan) yang diinginkan melalui pola makan Anda," ujar Bisgaard, seperti dilansir FOX News, pekan lalu.

Penelitian yang dimuat di The England Journal of Medicine ini adalah yang pertama menunjukkan penurunan risiko asma. Meski begitu, pihak lain menilai, perlu penelitian lebih lanjut untuk menerapkannya dalam praktik klinis.

Dr Christopher Ramsden dari National Institute of Aging menilai, dosis sebesar 2,4 gram dari suplemen terlalu banyak, yaitu 15-20 kali lebih tinggi daripada asupan minyak ikan rata-rata orang Amerika melalui makanan. "Karena itu, penting memastikan dosis ini tidak memiliki efek merugikan pada perilaku, kemampuan kognitif, maupun dampak jangka panjang lainnya," ujarnya.

Profesor ilmu gizi dari University of Rhode Island di Kingston, Kathleen Melanson, berpendapat sama. Dosis tersebut mendekati batas maksimal yang diperbolehkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu di bawah tiga gram per hari. Jumlah yang terlalu banyak dapat meningkatkan risiko pendarahan, tekanan darah rendah, risiko interaksi suplemen dengan obat-obatan atau vitamin A, D, dan E. "Terlalu banyak akan sesuatu yang baik bukanlah hal yang baik," jelas Melanson.

Menurutnya, penelitian serupa perlu dilakukan di negara lain. Jika hasilnya serupa, dokter dapat melakukan tes untuk menentukan siapa yang paling mendapatkan manfaat dari minyak ikan. Tapi, untuk saat ini, Melanson menilai, terlalu dini untuk merekomendasikan konsumsi minyak ikan secara masif selama kehamilan.       rep: Adysha Citra Ramadani, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement