Jumat 09 Dec 2016 16:00 WIB

Bahan Obat Baru untuk DBD

Red:

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat jumlah pasien demam berdarah pada Januari hingga Februari 2016 mencapai 8.487 orang dengan kematian 108 orang. 

Prihatin dengan kondisi ini, sejumlah peneliti di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mencoba mencari terobosan baru dalam pemberantasan DBD. Mereka meneliti dan mengembangkan tanaman yang berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku obat, antara lain melon.

"Fakultas Biologi UGM berhasil mengembangkan tanaman melon yang berpotensi digunakan sebagai bahan obat antinyamuk, yaitu Gama Melon Parfum," tutur Dekan Fakultas Biologi UGM Budi Setiyadi Daryono, kemarin. Gama Melon Parfum merupakan kultivar melon baru yang berhasil dikembangkan fakultas tersebut.

Penelitian kultivar melon baru ini berlangsung sejak tahun 2011. Gama Melon Parfum berukuran kecil dengan berat rata-rata 200 sampai 350 gram per buah. Melon ini memiliki ornamen kulit buah yang unik menyerupai batik, menghasilkan aroma harum, dan rasa buah yang pahit.

Kandungan dalam buah tersebut adalah senyawa flavonoid dan terpenoid yang tinggi. Kedua senyawa tersebut terbukti ampuh membunuh jentik nyamuk. Selain itu, kandungan volatile yang tinggi membuat melon tersebut memiliki aroma yang wangi. Aromanya ternyata tidak disukai nyamuk sehingga bisa dimanfaatkan untuk obat antinyamuk.

Berdasarkan hasil uji efektivitas, diketahui persentase rata-rata daya proteksi ekstrak kulit Gama Melon Parfum terhadap nyamuk sebesar 95,61 persen. Sementara, persentase rata-rata daya proteksi daging buahnya sebesar 99, 35 persen. "Ini membuktikan bahwa Gama Melon Parfum sangat potensial dikembangkan menjadi losion antinyamuk maupun dijadikan serbuk pengganti abate," kata Budi.

Selain terbukti ampuh membunuh jentik nyamuk, lanjut dia, Gama Melon Parfum juga menjadi alternatif obat antinyamuk yang ramah lingkungan.     rep: Rizma Riyandi, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement