Kamis 08 Dec 2016 17:00 WIB

Terapi Hormon Pria Berisiko Fatal

Red:

Terapi testosteron baik dalam bentuk pil, jel, maupun injeksi berfungsi untuk meningkatan hormon pria sehingga gairah seksual dan stamina juga ikut meningkat. Di sisi lain, terapi ini ternyata cenderung meningkatkan risiko pembekuan darah yang fatal pada pria.

Kepala peneliti Dr Carloz Martinez dari Institute for Epidemiology, Statistics, and Informatics di Frankfurt, Jerman, mengatakan, jenis pembekuan darah yang dimaksud ialah venous thromboembolism (VTE) di pembuluh darah. Hasil penelitian yang dimuat dalam British Medical Journal ini menyebutkan, pembekuan darah VTE dapat memicu terjadinya serangan jantung, strok, emboli paru (pulmonary embolism), kerusakan organ, dan kematian.

VTE dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan serius, karena pembekuan darah umumnya terbentuk dalam deep vein thrombosis (DVT). Jika darah beku ini terlepas, dia bisa masuk melalui pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan di berbagai area sistem sirkulasi darah. Penyumbatan inilah yang berpotensi memicu masalah berbahaya.

"Risiko ini melonjak dengan cepat pada enam bulan pertama terapi dan bertahan selama sembilan bulan. Kemudian, risiko ini perlahan menghilang," kata Martinez seperti dilansir Medline Plus, kemarin.

Untuk mencapai kesimpulan tersebut, Martinez dan tim melakukan penelitian terhadap sekitar 19 ribu data pasien di Inggris yang mengalami VTE. Dia juga memiliki grup kontrol yang terdiri dari 909 ribu lebih pasien dengan usia serupa sebagai pembanding data. Akhirnya, diketahui pada enam bulan pertama terapi testosteron, risiko pembekuan darah pada pria meningkat 63 persen.

Direktur Dartmouth-Hitchcock Heart and Vascular Center di Lebanon Dr Mark Creager mengatakan, peningkatan risiko ini tidak begitu signifikan untuk pria pada umumnya. Namun, risiko terapi testosteron meningkat pada pria yang sejak awal berpotensi mengalami pembekuan darah VTE. Ini terjadi pada pasien dengan obesitas, imobilitas dalam waktu lama, usia lanjut, serta pernah mengalami episode pembekuan darah sebelumnya.

Dia menyarankan, sebelum menjalani terapi hormon, pasien pria perlu dikaji risiko VTE-nya. Setelah itu, tenaga medis perlu mempertimbangkan antara risiko VTE pada pasien dan manfaat baginya dalam terapi hormon. "Mereka setidaknya harus paham fakta bahwa risiko mereka lebih besar dengan terapi testosteron," kata Creager.

Menurut sebuah teori, hormon testosteron dengan cara tertentu dapat mengganggu enzim pemecah pembekuan darah. Tim peneliti menilai dampak ini umum dapat ditemui pada mereka yang cenderung VTE.

Selain itu, peneliti menilai perlunya penelitian lebih mendalam untuk peningkatan risiko VTE yang temporer dan investigasi risiko bagi pasien yang pertama kali menjalani terapi hormon. Investigasi itu ditujukan untuk menguak waktu peningkatan risiko tersebut akan bertahan.     rep: Adysha Citra Ramadani, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement