Ahad 04 Dec 2016 16:58 WIB

Beda Umur, Beda Kebutuhan Nutrisi

Red: Firman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Zidan Muhsin (1 bulan) saat ini hanya mengonsumsi ASI. Berbeda dengan saudara sepupunya, Hasan Basri (21 bulan), yang saat ini masih mengonsumsi ASI ditambah dengan makanan keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutirisinya. Lain lagi dengan kakaknya, Qonita Khasyiah Humairo (4 tahun 2 bulan), yang sudah tidak lagi mengonsumsi ASI. Beda usia anak, beda asupan nutirisinya.

Dokter spesialis gizi klinik dari Departemen Ilmu Gizi FKUI/RSCM, Fiastuti Witjaksono, menekankan pentingnya memperhatikan gizi dan pola hidup sehat sejak usia dini hingga dewasa. Gizi merupakan elemen vital yang menentukan kesehatan seseorang, bahkan sejak dalam kandungan.

Namun, seiring bertambahnya usia, kebutuhan gizi seseorang juga akan berubah, kata dia dalam perayaan 150 tahun Nestle bertema Tingkatkan Kualitas Hidup Konsumen Melalui Gizi di Setiap Tahapan Kehidupan di Jakarta, belum lama ini. Beragam faktor menjadi penentu, seperti asupan energi, protein, komposisi lemak, vitamin, dan mineral tertentu.

Menurut Fiastuti, tidak hanya zat gizi, untuk memastikan pola hidup sehat, kita juga perlu memperhatikan aspek lain, seperti aktivitas fisik yang rutin, tingkat stres, serta keseimbangan hidup. Setiap orang membutuhkan nutrisi yang spesifik untuk dapat mencapai status gizi, pertumbuhan, dan status kesehatan optimal. Titik awal dimulai sejak masa kehamilan.

Mencukupi ibu dan janin

Porsi makan orang hamil, kata Fiastuti,  harus lebih banyak daripada sebelum hamil. Jumlahnya sekitar 300 kalori dan protein 15 gram banyak dibanding tidak hamil.

Orang hamil makan nggak sama dengan sebelum hamil karena dia harus naik berat badannya dengan mencukupi nutirisi  zat besi, kalsium, asam folat. Dan ini bisa dipenuhi makanan biasa, ujarnya.

Namun, ibu hamil muntah morning sickness. Harus ada nutrisi khusus supaya bisa terpenuhi. Sebab, yang biasanya bisa menikmati makan nasi dengan ikan bakar, saat hamil mual luar biasa. Karena itu, butuh nutrisi khusus. Sekarang banyak nutrisi khusus untuk ibu hamil, kata Fiastuti.

Masalah saat kehamilan bukan hanya mual muntah. Ada juga yang tidak dapat mengonsumsi makanan, tidak toleran pada makanan tertentu, gangguan nutrisi yang dapat memengaruhi pertumbuhan janin dan lainnya. Makanan yang dimakan seorang ibu hamil harus mencukupi kebutuhan nutrisi ibu dan janin. Bukan berarti makan dua kali lipat. Tapi, kebutuhan ibu dan janin terpenuhi, sarannya.

Ia mengungkapkan, para ahli percaya bahwa timbulnya berbagai penyakit pada masa yang akan datang berawal dari masa janin. Misalnya, pada saat dewasa  menderita penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi itu sebenarnya sudah dimulai sejak janin dalam kandungan. Apa yang ibu makan memengaruhi janin itu menyebabkan sehatnya optimalnya kesehetan usia muda.

Ibu makan protein tertentu membentuk dinding pembuluh darah. Kalau kurang dindingnya, nggak bagus. Akibatnya ketika janin usia 30 sampai 35 tahun bisa menderita hipertensi. Ibu hamil harus betul-betul memikirkan kebutuhan diri sendiri. Ibu hamil menaikkan berat badan bukan saja untuk melahirkan, melainkan juga untuk janinnya, ujarnya menjelaskan. Konsep seribu hari kehidupan sembilan bulan dalam kandungan dan 24 bulan pertama ini sangat penting menentukan hidup seseorang sampai usia tua.

Kebutuhan menyusui

Kebutuhan ibu menyusui lebih banyak daripada saat ia hamil. Bagi ibu menyusui, kalori harus ditingkatkan 500 kalori tambahan per hari dibandingkan sebelum hamil. Harus ada pemenuhan protein, kalsium,  dan asam folat. Dan mesti ada penghindaran terhadap makanan yang menyebabkan alergi. Alergi pada anak sangat ditentukan makanan ibu menyusui. Biasanya yang membuat alergi adalah kacang-kacangan, putih telur, dan lainnya. Kalau alergi makanan tersebut, jangan konsunsi selama menyusui, saran Fiastuti.

Nutrisi anak

Saat anak lahir hingga usia enam bulan, membutuhkan ASI eksklusif. Tidak boleh diganggu gugat dengan susu formula sekalipun. Kecuali atas indikasi medis, si ibu sakit berat, bayi tidak bisa menyusu, dan lain-lain. Sampai enam bulan tidak boleh ada makanan lain yang masuk mulut bayi, jelasnya.

Setelah enam bulan hingga 12 bulan, anak sudah bisa diberikan MPASI sebagai pendamping ASI. MPASI diberikan secara bertahap kepada anak. Bila untuk anak usia enam bulan buah diblender menjadi pure atau bubur susu. Kemudian bisa berikan biskuit makin lama makin padat sampai nasi tim. MPASI diberikan satu per satu dan hindari memberikan bayi makanan manis atau asin.

Lain lagi nutrisi pada balita. Pertumbuhan pada balita cepat dengan grafik naik ke atas, kalau anak di atas balita tumbuhnya mendatar. Lima tahun pertama tumbuh lebih cepat,  bila kurang energi, protein, ada penyakit yang tak diobati, maka akan banyak ketinggalan yang dialami anak.

Setelah usia satu tahun, anak sudah bisa mengonsumsi makanan keluarga, seperti nasi, roti, atau sagu. Sama dengan keluarga, tidak perlu dibedakan, kata Fiastuti.

Namun, Fiastuti mengingatkan, energi harus disesuaikan dengan usia dan berat badan anak. Anak juga diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan. Hindarkan  makanan junk food (terlalu manis, terlalu asin, berlemak tinggi, dan refined karbohidrat). Makanan sehat juga dapat dilengkapi dengan susu. Dan pantau tumbuh kembang anak menggunakan kartu menuju sehat (KMS).

Remaja, dewasa, tua

Remaja mengalaman fase pertumbuhan cepat kedua. Karena itu harus cukup energi, protein sekitar 0,8 sampai 1,2 gram per kilogram berat badan per hari. Lemak yang cukup sebagai bahan baki pembentukan hormon reproduksi. Remaja juga membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan tulang, remaja wanita membutuhkan zat besi, dan asam folat. Selain itu, remaja juga harus menghindari makanan tinggi lemak jenuh, tinggi garam, dan tinggi gula serta karbohidrat refined.

Masalah pada remaja umumnya mempunyai keinginan, seperti idola (model, penyanyi, boneka Barbie yang berbadan tipis kurus sehingga ingin bisa cocok memakai baju apa pun). Keinginan ini mendorong remaja tak mau makan. Asupan nutrisinya tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Padahal, mereka harus tetap makan. Hati-hatilah bila si remaja melakukan diet ketat yang berisiko malnutrisi. Anak remaja juga kerap mengalami Anorexia nervosa, Bulimia nervosa, dan Binge eating disorder.

Sementara, nutrisi untuk dewasa muda beda lagi. Mereka harus mengonsumsi gizi cukup dan seimbang. Menjaga berat badan ideal, karbohidrat 55 sampai 70 mpersen, protein 15 sampai 20 persen, lemak 25 smapai 30 persen. Gula empat sendok makan, garam satu sendok teh dan lemak lima sendok makan. Selain itu, hindari hidup sedentary dan hati-hati mengikuti fad diet. Begitu pula dengan mereka yang dewasa tua di atas 50 tahun. Menjaga pola makan untuk mencegah penyakit kronis, seperti darah tinggi, diabetes mellitus, hiperkolesterol, dan osteoporosis. Makan makanan rendah lemak jenuh, rendah garam dan rendah gula, dan konsumsi makanan tinggi kalsium dan potasium.oleh Desy Susilawati  ed: Nina Chairani 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement