Jumat 21 Oct 2016 11:00 WIB

Pangan Lokal Indonesia Lebih Sehat

Red:

Untuk hidup sehat, ternyata tidak butuh biaya besar. Apalagi, makanan yang sehat dan berkualitas dapat kita peroleh dari negeri sendiri.

Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB Prof Made Astawan mengatakan, tanaman pangan lokal Indonesia secara alami mengandung berbagai komponen bioaktif yang berkhasiat untuk kesehatan.

"Untuk hidup sehat, kita tidak hanya membutuhkan zat-zat gizi, tetapi juga zat-zat nongizi berupa berbagai senyawa fitokimia yang merupakan komponen bioaktif untuk mencegah berbagai penyakit," katanya.

Ia menjelaskan, beberapa pangan tradisional dapat digolongkan sebagai pangan fungsional. Karena, selain mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, pangan tradisional tersebut juga mengandung berbagai komponen bioaktif yang berperan penting bagi kesehatan.

Seperti tempe, pangan tradisional Indonesia yang telah terbukti bermanfaat bagi kesehatan karena memiliki aktivitas, seperti hipoglikemik, hipotensifm imonumodulator, antioksidan, antiinflamasi, antialergi, antiaterosklerosis, antitrombosit, dan antimikroba.

Begitu juga dadih, susu sapi murni yang disimpan dalam bambu dan merupakan makanan tradisional dari Sumatra Barat, yang menghasilkan berbagai peptida dari protein yang terhidrolasi. "Peptida-peptida ini dapat berperan untuk meningkatkan penyerapan kalsium dan zat besi, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan tekanan darah, menekan sel tumor, antitrombotik," katanya.

Sayangnya, menurut Prof Made, saat ini angka konsumsi pangan berbahan baku lokal Indonesia terus menurun. Sejak 2005, mayoritas masyarakat Indonesia bertumpu pada satu sumber karbohidrat utama, yakni beras dan terigu.

Di satu sisi, data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, proporsi kematian di Indonesia sebagai besar (71 persen) karena penyakit tidak menular (PTM), yakni kardiovaskuler 37 persen, kanker 13 persen, diabetes sebesar enam persen, penyakit perpanasan kronis sekitar lima persen, dan PTM lainnya 10 persen. Sedangkan, kematian menular dan yang terkait kekurangan gizi hanya sebesar 22 persen.

"Tingginya kematian akibat penyakit degeneratif menunjukkan pola makan penduduk yang tidak sehat, terutama akibat konsumsi bahan pangan yang kurang beragam, berimbang dan bergizi, serta masih tingginya penggunaan gula, garam, dan lemak dalam pengolahan makanan," katanya.

Dalam memperingati Hari Pangan Sedunia, Prof Made mengingatkan inovasi merupakan kunci penting dalam pengolahan pangan lokal agar menjadi produk yang dapat diterima dan menarik perhatian masyarakat. "Dengan begitu, masyarakat Indonesia tidak ragu untuk mengonsumsi pangan lokal dan memetik manfaat sehatnya," katanya.

Contoh jenis pangan lokal yang potensial dikembangkan oleh petani adalah jagung dan umbi-umbian. Selain tinggnya tingkat konsumsi masyarakat, petani juga mendapat keuntungan dengan produktivitas yang tinggi.

Untuk mendorong agar petani mau menanam produk pangan lokal, perlu ada mekanisme subsidi dari pemerintah kepada petani dan menumbuhkan permintaan dengan sosialisasi yang baik.

Sejatinya,  Indonesia memiliki keragaman yang tinggi dalam penyediaan bahan pangan sumber karbohidrat yang jumlahnya lebih dari 30 jenis pangan dengan komposisi gizi yang tidak kalah dengan beras dan sagu. "Perlu pemberdayaan pangan lokal dalam rangka ketahanan pangan dan Indonesia," katanya.    antara, ed: Endah Hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement