Rabu 19 Oct 2016 14:00 WIB

Bangkit Bersama Pasien Skizofrenia

Red:

Ketika seorang kerabat menderita skizofrenia, pihak pertama yang semestinya mengulurkan bantuan adalah keluarga. Kendati begitu, tak dimungkiri bukan hal mudah untuk mendampingi pasien skizofrenia. Tidak jarang, keluarga merasa sangat terbebani ketika harus mendampingi anggota keluarga yang mengalami masalah gangguan dasar pada kepribadian atau distorsi khas pada proses pikir tersebut.

"Apabila keluarga yang merawat pasien skizofrenia tidak tahu dan tidak punya ilmu bagaimana mendampingi pasien skizofrenia, ini akan terasa sangat berat," kata Guru Besar Fakultas Psikologi UGM Sofia Retnowati kepada Republika, baru-baru ini. 

Berawal dari semakin banyaknya pasien skizofrenia dan merasakan beban yang harus dihadapi keluarga,  Sofia bersama mahasiswanya melakukan penelitian modul bangkit.

Modul bangkit diharapkan dapat digunakan untuk melatih keluarga pasien skizofrenia  baik orang tua,  pasangan, maupun anak yang mendampingi pasien skizofrenia. "Dengan modul ini diharapkan keluarga pasien bisa bangkit dan tahu serta memahami bagaimana cara merawat pasien skizofrenia," ujarnya.

Sofia menambahkan, dalam modul ini berisi cara tentang bagaimana orang dekat pasien skizofrenia bisa diajak untuk ikut mendampingi pasien dengan cara yang baik dan positif. Ini lantaran untuk mendampingi pasien seperti ini membutuhkan ilmu tersendiri.

Namun, saat ini modul tersebut masih pada tahap penelitian. "Kami akan gunakan di 24 puskesmas di Sleman dan seluruh Kota Yogyakarta untuk menerapkan modul bangkit ini. Alasannya karena di puskesmas tersebut sudah ada psikolognya," kata dia.

Sofia menyebutkan, agar tidak terlalu ilmiah dan bisa digunakan oleh mereka yang turut mendampingi pasien skizofrenia, termasuk komunitas peduli skizofrenia, modul tersebut perlu dimodifikasi. Sedangkan, untuk upaya sosialisasi modul, pihaknya juga bekerja sama dengan psikiater.

Masalah gangguan jiwa atau psikosis tampaknya harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Yogyakarta. Ini lantaran jumlah penderita psikosis di Yogya, terutama yang terjaring dalam operasi di jalanan dari tahun ke tahun, terus meningkat, yakni sekitar 5-10 persen.

Disinyalir pasien gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi tersebut bukan hanya berasal dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), melainkan juga dari perbatasan DIY, seperti Wonogiri, Magelang, Purworejo, dan lain-lain.

"Namun, mereka tidak bisa ditanya dari mana asalnya. Karena orang yang menderita psikosis itu diajak bicara saja tidak bisa dan tidak punya identitas. Walaupun mereka dari luar DIY, harus kita disadari bahwa mereka harus dimanusiakan dan dalam amanat UU sebagai orang telantar mereka harus diperlakukan secara manusiawi, tapi ada unsur ketegasan," kata Kepala Dinas Sosial Untung Sukarya, akhir-akhir ini. 

Saat ini jumlah psikosis yang ditangani oleh Dinas Sosial DIY sebanyak 207 orang, yakni sebanyak 107 orang berada di kamp perlindungan Dinas Sosial DIY dan 100 orang di Panti Karya Yogyakarta khusus untuk psikosis.

Sejatinya tidak mudah untuk menangani pasien seperti ini. Bahkan, Untung mengatakan, psikosis susah disembuhkan. Meski begitu, gejala psikosis bisa diredakan agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan, seperti mengamuk dan keluyuran. Seharusnya pasien itu dirawat di rumah sakit.

Namun, karena RS Grhasia Pakem yang khusus menangani pasien psikosis selalu penuh, petugas kesehatan dari RS Grhasia turun ke lapangan, yakni mengunjungi pasien yang berada di kamp dan Panti Karya.

Jika ada keluarga yang mencarinya, biasanya pasien tetap diperbolehkan pulang. Syaratnya, dia tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. "Pasien psikosis itu biasanya susah sembuhnya. Bahkan, (perbandingan antara) mereka yang sembuh atau dibawa keluarganya pulang dan (pasien) yang datang tentu saja lebih banyak yang datang. Ini karena biasanya kalau sudah dibawa pulang dan kambuh, mereka akan lari ke jalanan lagi," kata Untung.

rep: Neni Ridarineni, ed: Endah Hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement