Kamis 29 Sep 2016 15:55 WIB

Mengungkap Ibu dari Segala Penyakit

Red:

Masih banyak orang belum menyadari bahaya dari penyakit diabetes dan komplikasinya. Beberapa penelitian mencatat, diabetes tidak pernah terdiagnosis sebelumnya karena beberapa gejala diabetes muncul tanpa disadari. Padahal, diabetes disebut sebagai ibu segala macam penyakit.

Dengan muncul tak disadari dan jarang teramati gejalanya, maka dengan mudah pula diabetes berkembang dan mengganggu kinerja organ yang lain. Jika terjadi komplikasi, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pankreas, kerusakan retina (retinopati diabetik), jantung koroner, mudah terjangkit tuberkulosis, perlemakan hati, ginjal, hingga impotensi.

Di dunia, diabetes menjadi penyakit darurat terbesar pada abad 21. Di Indonesia, diabetes menjadi pembunuh nomor tiga dengan prevalensi 6,7 persen mengacu pada data Sample Registration Survey (SRS) 2014. Peringkat ini berada di atas penyakit menular, seperti tuberkulosis, malaria, dan diare.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2007 dan 2013 menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes dari 5,7 persen menjadi 6,9 persen, atau sekitar 9,1 juta jiwa. Ini sesuai dengan estimasi Federasi Diabetes Internasional (IDF) 2015 yang menyebutkan, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta jiwa. Jika tidak diintervensi, penyandang diabetes di negeri ini diprediksi mencapai 16,2 juta jiwa pada 2040. 

Pada umumnya, ada dua hal yang menyebabkan diabetes, yaitu kurangnya jumlahnya insulin dalam tubuh (tipe satu) dan resistensi insulin (tipe dua). Artinya, jumlah insulin dalam tubuh mencukupi, tapi kemampuan tubuh untuk mengolah glukosa sangat rendah.

Mantan ketua Persatuan Dokter Keluarga Indonesia dr Sugito Wonodirekso mengatakan, diabetes melitus, terutama tipe dua, kini menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Menurutnya, diabetes bisa disebabkan faktor keturunan, pola makan tidak sehat, infeksi atau virus di kelenjar pankreas, ataupun kerusakan sel. Pada dasarnya, ketika seseorang terdeteksi mengidap diabetes telah terjadi keterlambatan selama 10 tahun.

Screening awal bagi mereka yang memiliki riwayat keturunan akan dapat diketahui potensi diabetes atau tidak. "Kalau ketahuan namanya prediabet," ujar dia di Jakarta, belum lama ini. 

Diabetes hanya dapat diketahui dari uji laboratorium. Kadar gula darah dikatakan normal apabila berada di bawah angka 90 saat puasa. Tetapi, pemeriksaan diabetes tak hanya didasarkan pada kadar gula darah pada saat diperiksa. Perlu dilihat gambaran kondisi gula darah selama tiga bulan terakhir, yang dikenal dengan istilah HBA1C.

Deteksi dini dipercaya dapat memperpanjang potensi kemunculan diabetes selama 15 atau 20 tahun, bahkan bisa tidak muncul sama sekali. Sejak ditetapkan prediabetes, seseorang harus membiasakan diri dengan pola hidup penyandang diabetes. Diet, olahraga, dan istirahat yang cukup menjadi konsumsi harian mereka. "Prinsipnya jadikanlah makanan sebagai obatmu. Jika tidak, obat akan menjadi makananmu," ujar Sugito.

Diabetes umumnya terdeteksi pada usia 40 tahun. Tetapi, pengecekan dapat dimulai sejak umur 30 hingga 40 tahun. Dengan begitu, dapat dilihat tren gula darah pasien. Apabila terus mengalami kenaikan, walau belum ambang batas diabetes, dokter akan menyarankan pasien agar hidup seperti penyandang diabetes. "Hidup sebagai penyandang diabet walau tidak terkena diabet tidak akan mengurangi kualitas hidup dan kesehatan, bahan lebih sehat," ujar Sugito. 

Walau dikenal sebagai penyakit keturunan, pola hidup yang tidak sehat menjadi faktor penyebab diabetes yang lebih dominan. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk hidup sebagai penyandang diabetes adalah membiasakan makanan berserat. Dukungan keluarga sangat penting dalam keberhasilan pasien diabetes menjaga gula darahnya. "Saat ini gula lebih bahaya. Kolesterol bahaya, tapi gula lebih bahaya lagi. Dia harus diet dan olahraga. Kalau itu berhenti, pasti bermasalah," kata dia. 

***

Terkait Hipertensi

Pakar kesehatan jantung RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana dr Marulam M Panggabean SpPD-KKV SpJP FINASIM mengatakan, diabetes juga terkait dengan hipertensi. "Penelitian membuktikan, angka kasus hipertensi lebih besar pada yang mengidap diabetes daripada yang tidak mengidap diabetes," kata dia.

Diabetes, baik tipe satu maupun tipe dua, kata dia, menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat atau biasa disebut hiperglikemia. Ketika tubuh kekurangan insulin, sel akan terendam dalam gula. Akibatnya terjadi reaksi oksigen yang membuat produksi nitrit oksida berkurang dan terjadilah hipertensi.

Hal sama disebutkan pakar diabetes Prof DR Sidartawan Soegondo SpPD KEMD FACE mengatakan, diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung adalah satu gangguan sistem yang saling memengaruhi. Hipertensi rentan dihadapi oleh penderita diabetes karena resistensi insulin.

Penyakit ini umumnya menyerang penderita obesitas. "Yang mana dulu. Diabetesnya dulu atau hipertensi dulu, kita tidak tahu. Yang jelas kalau dia obesitas dan mengidap diabetes, itu juga pasti ada hipertensi," kata guru besar ilmu penyakit dalam FK UI ini. Penurunan berat badan, olahraga teratur, pengaturan pola makan, dan istirahat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini.

Pasien diharapkan bisa melakukan monitor kadar gulanya secara mandiri dan diet ketat. Dari catatan ini, akan dihitung kadar gula yang masuk ke dalam tubuh sehingga dapat ditentukan pola makan yang sesuai untuk menjaga kadar gula pada titik normal.

Selain kelebihan kadar gula darah (hiperglikemia), kata dia, penderita diabetes juga berpotensi mengalami hipoglikemia. Untuk mengatasinya, pasien dapat membawa permen ke manapun pergi dan memakannya ketika timbul tanda-tanda, seperti lapar, pusing, keluar keringat dingin, gemetar, bingung, dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan secepatnya ketika gejala tersebut datang.

Gula pasir mengandung glukosa dan sukrosa yang bersifat simpleks sehingga cepat dicerna oleh tubuh. Akibatnya, kadar gula darah akan naik. Apabila rasa lapar tidak diikuti dengan pusing, makan sayur, labu siam, wortel, dan makanan yang mengandung serat dan glukosa akan membantu mengembalikan kondisi tubuh.    rep: Sri Handayani, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement