Jumat 27 May 2016 17:00 WIB

Gigitan Ular Menelan Ratusan Ribu Jiwa

Red:

Dalam dunia kesehatan, penyakit yang paling banyak menelan korban jiwa adalah kanker dengan berbagai jenis dan peringkat angka penderitanya di beberapa negara. Banyak masyarakat dunia tidak menyadari bahwa ada lagi penyebab kematian terbanyak dalam dunia kesehatan, yaitu tingginya mortalitas akibat gigitan ular. 

Dalam Sidang Kesehatan Dunia ke-69 di Jenewa disebutkan, setiap tahun gigitan ular menewaskan tak kurang dari 125 ribu orang dan 400 ribu orang lainnya mengalami cacat permanen. Tak hanya itu, seperti dilaporkan Xinhua pada Rabu (25/5), bahasan tersebut menyebutkan, sebanyak 5,5 juta orang digigit ular. Akibatnya, sebanyak 2,7 juta kasus dilaporkan karena keracunan bisa ular.

"Sudah tiba waktunya buat dunia untuk berhenti mengabaikan gigitan ular. Inilah saatnya penggunaan obat dan ilmu pengetahuan digunakan, yaitu untuk kesejahteraan manusia," kata pakar obat tropis Prof Jose Maria Gutierrez dari University of Costa Rica di sidang tersebut.

Para ahli yang menghadiri acara tersebut mengatakan, gigitan ular menjadi masalah yang selalu diabaikan dan kurang mendapatkan perhatian. Apalagi, dana dari masyarakat kesehatan global dan pemerintahan di berbagai negara.

"Melalui tindakan kolektif, kita sekarang memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan kehidupan jutaan orang di seluruh dunia yang menderita akibat gigitan ular. Penyakit ini bisa dicegah dan dapat diobati," kata Fernando Llorca, Menteri Kesehatan Costa Rica.

Para ahli mengatakan, situasi saat ini sangat memprihatinkan di Sub-Sahara Afrika. Negara-negara di wilayah itu kekurangan pasokan antibisa ular yang aman, efektif, dan dapat menyelamatkan nyawa. "Krisis yang berkecamuk di Sub-Sahara Afrika membuat ratusan ribu orang tak memperoleh akses ke antibisa itu," kata David Williams, CEO Global Snakebite Initiative.

"Kurangnya produk yang aman, efektif, dan mudah diperoleh menjadi pertaruhan atas keamanan bagi manusia, baik anggota tubuh dan nyawanya setiap hari. Semua korban berjatuhan semata-mata karena tak bisa menunggu lebih lama agar dunia bergerak untuk melakukan tindakan," kata Williams.   antara, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement