Kamis 26 May 2016 14:00 WIB

Komplikasi Diabetes pada Mata

Red:

Diabetes melitus kini banyak diderita masyarakat Indonesia, yaitu sekitar 9,1 juta orang atau masuk peringkat kelima di dunia untuk pasien penyakit ini. Data tersebut berasal dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014.

Penyakit tinggi gula darah ini berbahaya, bahkan bisa menimbulkan komplikasi pada semua organ, termasuk mata yang menyebabkan retinopati diabetik. Bagaimana bisa terjadi pada mata dan bagaimana akibatnya?

Penyakit ini disebabkan gula darah yang tinggi tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama. Kalau terkontrol dengan baik, komplikasi ke organ lain bisa dicegah. "Misalnya, 30 tahun menderita diabetes tapi kalau gula darahnya terkontrol itu tidak masalah," ujar dokter subspesialis retina Dr Elvioza SpM (K) di Jakarta, belum lama ini.

Dia menjelaskan, semua penyakit ada faktor risikonya. Untuk penyakit ini, faktor risikonya adalah terkontrol atau tidaknya diabetes dan lamanya seseorang menderita penyakit ini. Tingkat komplikasinya terhadap organ lain bergantung pada tingkat hiperglikemik (gula darah tinggi yang parah), hipertensi, dan tingginya kadar lemak (kolesterol) dalam darah.

"Jadi, penyebab utamanya itu gula darah, tensi, dan kolesterol yang bersama-sama menyebabkan kerusakan. Karena itu, semua harus dikontrol. Kalau hanya satu yang terkontrol, kerusakan tetap terjadi," ujar ketua Vitreoretina Service di Jakarta Eye Center (JEC) ini.

Faktor risiko lainnya adalah usia, tipe diabetes, faktor bekuan darah, penyakit ginjal, aktivis fisik yang kurang, dan penggunaan obat dengan angiotensin. Namun, faktor risiko ini belum banyak disepakati dan masih banyak studi yang harus dilakukan.

Untuk faktor risiko retinopati diabetik untuk diabetes tipe 1 sebesar 25 persen dan tipe 2 sebesar 40 persen (lama penyakit lima tahun). Risikonya semakin meningkat jika diabetesnya diderita dalam waktu yang lama, misalkan di atas 10 tahun.

Retinopati diabetik ini dibagi menjadi tiga, yaitu tipe ringan disebut non-proliferative diabetic retinopathy/ (NPDR), yang sedang proliferative diabetic retinopathy (PDR), dan yang berat diabetic macular edema (DME).

Tipe NPDR biasanya tidak ada keluhan, ditemukan secara kebetulan saat periksa rutin, atau saat periksa kacamata. Jika NPDR ini dikontrol dengan baik, dampaknya bisa dicegah. Namun, kalau tidak, derajat kerusakannya bisa bertambah. "Kalau kondisi berat dan sudah bocor, perlu tindakan seperti laser," ujarnya.

Untuk tipe PDR, penglihatannya sudah terganggu. Biasanya pasien datang dalam kondisi hampir buta dan hanya bisa ditangani dengan bedah laser. Sementara, tipe DME adalah terjadi pembengkakan pada pusat penglihatan yang harus segera dibawa ke rumah sakit.

Laser dalam tata laksana retinopati diabetik untuk mencegah kebocoran kapiler, mengurangi edema retina, dan mengatasi masalah retinopati diabetik lainnya. "Teknologinya canggih dan operasinya simpel. Hanya memakan waktu 10 sampai 15 menit. Sesudah operasi, mata pun bening. Tindakan ini harga biasanya sekitar Rp 3 juta," ujarnya.

Praktisi kesehatan yang juga ahli penyakit dalam, Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM FACP, mengatakan, komplikasi diabetes melitus pada mata biasa menyasar pada gangguan saraf mata. Akibatnya adalah gangguan penglihatan. "Awalnya penglihatannya kabur sampai buta," ujarnya kepada Republika, Selasa (24/5).

Retinopati diabetik ini, lanjutnya, bisa dicegah seperti halnya penyakit diabetes. "Yang penting, gula darah harus terkontrol, juga minum obat teratur," katanya menyarankan.

Untuk mengetahui komplikasi diabetes melitus pada mata, dia menyarankan agar pasien DM melakukan pengecekan mata sejak dini. Soalnya, jika ada komplikasi yang ditemukan di awal gejala, gangguan tersebut bisa cepat diobati.

Retinopati diabetik ini bisa menyerang siapa saja yang menderita diabetes, baik pria maupun wanita. Untuk anak-anak, bisa saja terkena gangguan tersebut, tetapi jarang terjadi. Karena, komplikasi diabetes pada mata biasanya terjadi di usia lebih dari lima tahun dan pada jenis diabetes yang bergantung pada insulin.

Untuk itu, kata dia, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah menjaga makanannya dan selalu memperhatikan jumlah kalori dan serat yang dikonsumsi, olahraga teratur, dan kontrol rutin. "Gula darah harus terkontrol dan minum obat yang teratur," katanya.    rep: Desy Susilawati, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement