Jumat 29 Apr 2016 16:00 WIB

Mengobati Parkinson Lewat Operasi DBS

Red:

Penyakit parkinson umumnya di derita mereka yang berusia lanjut. Biasanya, pasien disarankan mengonsumsi obat atau melakukan rangkaian operasi pembedahan guna mengembalikan gerakan tubuh yang mengalami gangguan.

Spesialis syaraf dari RS Siloam Kebon Jeruk dr Frandy Susatia mengungkapkan, ada dua tipe terapi pembedahan yang biasanya dilakukan pada kasus parkinson. Operasinya adalah Deep Brain Stimulation (DBS) dan pembedahan dengan lesi atau membakar bagian otak paling dalam.

Pembedahan lesi biasanya dilakukan dengan merusak jaringan otak paling dalam dengan cara dibakar. Tapi, hal ini, kata Frandy, hanya dapat mengurangi gejala dari parkinson sementara waktu saja dan tidak dapat mengontrol gejalanya di kemudian hari. "Maka, pembedahan tersebut saat ini sudah banyak ditinggalkan," kata dia di RS Siloam Kebon Jeruk Jakarta, Selasa (26/4).

Paramedis, khususnya dokter syaraf saat ini lebih menganjurkan agar pasien parkinson melakukan metode DBS dibandingkan lesi. Soalnya, kata dia, DBS merupakan salah satu operasi yang dianjurkan guna mengatasi gejala-gejala parkinson pada tahan sedang hingga berat.

DBS juga telah diakui oleh Food Drug Administration (FDA) dari Amerika sejak 2002. Tindakan tersebut mulai dikembangkan untuk mengatasi gejala yang timbul pada penyakit lainnya, seperti distonia, gangguan obsessive compulsive, dan epilepsi.

"Keuntungan lainnya, operasi ini juga tergolong aman dan dilakukan pada pasien dalam keadaan bangun, tidak merusak jaringan otak dan parkinson juga dapat diprogram. Nantinya, jika sudah tidak diinginkan lagi maka sistem ini dapat dicabut," tambah dia.

Sementara itu, menurut spesialis bedah syaraf RS Siloam Kebon Jeruk Dr dr Made Agus M Inggas SpBS, operasi ini merupakan pilihan terakhir ketika obat-obatan tidak lagi berfungsi dengan maksimal. Terhitung sejak satu tahun terakhir, rumah sakit ini pun berhasil melakukan operasi terhadap 12 pasiennya.

"DBS sangat efektif dalam mengatasi gejala parkinson. Operasi DBS kini juga sudah dapat dilakukan di rumah sakit kami yang juga telah ditunjuk sebagai rumah sakit parkinson and movement disorder center," ungkapnya.

Pascaoperasi, lanjutnya, pasien perlu rutin memeriksakan kondisinya. Rata-rata, setelah operasi, pasien mengalami kemajuan bergerak sebanyak 90 persen. Walau begitu, teknik operasi ini masih mahal di Indonesia meskipun para peminatnya cukup banyak, yaitu setidaknya Rp 399 juta. Tingginya biaya tindakan tersebut karena alatnya sangat mahal dan tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki alat ini.   rep: Aprilia Safitri Ramdhani, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement