Ginjal di dalam tubuh manusia sangat penting kehadirannya. Ginjal manusia terdiri atas dua buah sebesar kepalan tinju terletak di sisi kanan dan kiri pinggang manusia sehingga kerap disebut buah pinggang.
Fungsi ginjal sangat kompleks, yaitu sebagai salah satu organ pembersih darah dari racun-racun hasil metabolisme tubuh melalui urine. Ginjal juga bertanggung jawab untuk memelihara keseimbangan dan keasaman cairan tubuh, menjaga keseimbangan elektrolit, serta mengatur tekanan darah dan metabolisme tulang.
Menurut dokter ahli penyakit dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr Tunggul D Situmeang, terkadang sakit ginjal banyak dikaitkan dengan sakit pinggang. Padahal, meskipun letaknya di bagian dalam pinggang, belum tentu merupakan penyakit ginjal.
"Jika kita sakit pinggang, belum tentu kita juga sakit ginjal. Jika ginjal bermasalah, tentu ada tanda-tandanya, seperti timbul rasa tidak nafsu makan, mual-mual, gatal-gatal, cepat pucat, dan urine berwarna keruh kehitaman," ungkapnya dalam acara diskusi "Peran Profesi Penyakit Dalam pada Penyakit Ginjal" di Jakarta, Rabu (3/2).
Pada keadaan penyakit ginjal yang sudah mulai kronis (PGK), kata Tunggul, itu terjadi apabila tidak ditangani dengan baik. Bahkan, tak jarang penderitanya tidak sadarkan diri dan koma. PGK bisa dikatakan merupakan penyakit silent killer karena umumnya penyakit ini timbul tidak bergejala pada tahap awal sehingga sering ditemukan pasien dalam kondisi gagal ginjal tahap akhir (GGTA).
Di Indonesia, jumlah penderita gangguan ginjal kronis sangat tinggi jumlahnya. Menurut data dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) melalui Indonesian Renal Registry (IRR) diperkirakan ada sekitar 25 ribu pasien penyakit ginjal baru setiap tahunnya. Sebanyak 120 ribu pasien GGTA masih membutuhkan transplantasi. Namun, baru sekitar 12 ribu pasien saja yang mendapatkan pendonor yang cocok dan melakukan dialisis (cuci darah).
"Karena jumlah penderita penyakit ginjal cukup banyak di Indonesia, jelas ginjal merupakan organ yang paling banyak dicari. Selain itu, ginjal juga merupakan organ manusia yang paling sering rusak. Maka itu, jual beli organ ginjal marak beredar di negeri ini," lanjut dia.
Tunggul mengungkapkan, penyebab utama dari PGK adalah faktor risiko diabetes, hipertensi, dan infeksi. Untuk itu, sebagian besar kasus PGK sebenarnya dapat dicegah sejak dini dengan cara mengendalikan faktor risiko yang dihadapi serta senantiasa menjaga fungsi ginjal melalui perilaku hidup sehat.
Diet rendah protein juga dianjurkan bila pasien mengalami gangguan fungsi ginjal akut. Penggunaan obat-obatan maupun zat-zat yang bersifat mengganggu fungsi ginjal (nephrotox) harus dihindari.
Bagaimana dengan mereka yang sudah telanjur menderita GGTA? Ahli penyakit dalam, Dr Dharmeizar, mengungkapkan, pasien GGTA bukan berarti hidupnya ikut gagal, melainkan masih bisa ditangani dengan baik. Caranya adalah dengan dialisis dan transplantasi ginjal.
"Pasien gagal ginjal harus melakukan dialisis seumur hidupnya, sementara untuk transplantasi memerlukan pendonor ginjal yang cocok secara sukarela. Hubungan pendonor dengan pasien bisa nonrelatated (dari orang lain) maupun related (keluarga)," jelasnya.
Untuk proses pendonoran ini membutuhkan mekanisme yang panjang, seperti pemeriksaan kesehatan, surat keterangan resmi mengenai hubungan pendonor dengan pasien, alasan mendonor, serta surat-surat perjanjian lainnya. Di Indonesia, pendonor yang melakukan transplantasi ginjal sedikit jumlahnya.
Pasien gagal ginjal tentu dapat sembuh total seperti orang normal dengan cara melakukan transplantasi. Maka itu, transplantasi menjadi dambaan pasien gagal ginjal guna memperbaiki kualitas hidup mereka. "Proses transplantasi bukan berarti melepas ginjal pasien yang sudah rusak, melainkan hanya menempelkan ginjal pendonor di bagian dekat pinggang," kata Dharmeizar.
Pascatransplantasi, lanjutnya, pasien sudah tidak memerlukan dialisis lagi. Namun, baik pasien maupun pendonor, harus tetap terus dipantau perkembangan kesehatannya oleh dokter," lanjut dia.
Transplantasi juga tidak boleh sembarang dilakukan. Prosesnya harus dikerjakan oleh dokter ahli radiologi, patologi, anestesi, dan perawat yang sudah terlatih untuk membantu dokter melakukan transplantasi. Pada prinsipnya, transplantasi ginjal dapat dilakukan dengan dua jenis pendonor, yakni pendonor hidup dan pendonor jenazah.
Untuk pendonor, yang nantinya akan hidup dengan satu ginjal, harapan hidup ke depannya tidak jauh berbeda dengan orang yang memiliki dua ginjal. Hanya, kata dia, usai mendonor, perkembangan kesehatannya harus terus dipantau.
"Banyak pendonor ginjal tetap bisa sehat usai mendonor. Bahkan, mereka tetap bisa berolahraga dan melakukan aktivitas lainnya. Dengan catatan, harus melakukan perawatan dengan dokter setelah operasi," kata ketua umum PB PERNEFRI ini. rep: Aprialia Safitri Ramadhani ed: Dewi Mardiani