Rabu 27 Jan 2016 18:00 WIB

Atasi Segera Trauma pada Gigi Anak

Red:

Anak merupakan individu yang sangat mudah mengalami trauma. Trauma yang dialami anak bermacam-macam dan dapat terjadi akibat kecelakaan, cedera saat olahraga, hingga akibat kekerasan yang mereka alami. Mereka bisa saja terjatuh, kehilangan keseimbangan tubuh, dan terbentur.

Trauma yang terjadi pada anak bisa membekas hingga mereka beranjak dewasa nanti. Apabila tak segera ditangani, bisa saja akan berdampak pada perkembangan tubuhnya. Untuk itu, penanganan trauma pada anak harus segera dilakukan sejak dini.

 

Faktanya, pada anak usia 0-6 tahun, cedera yang terjadi pada daerah mulut merupakan yang paling sering dialami oleh anak-anak. Hal ini seperti yang pernah dialami oleh anak dari Eliawaty (30 tahun). Ibu muda ini sering kali mendapati anaknya cedera akibat terbentur benda keras, seperti ubin dan tembok. Hal tersebut mengakibatkan Alvin (3) mengalami patah di gigi susu bagian depan.

 

"Baru dua minggu lalu, gigi depannya patah akibat terbentur ubin di rumah. Walau tidak menyebabkan cedera yang serius, namun saya khawatir kejadian tersebut membuat Alvin trauma dan menjadi takut untuk bermain," kata Eliawaty mengeluh.

 

Kekhawatiran Eli tersebut memang bukan tanpa alasan, sebab menurut beberapa penelitian di Amerika Serikat (AS), angka kejadian cedera mulut pada anak jumlahnya mencapai 18 persen. Sementara sisanya, diakibatkan oleh kecelakaan dan cedera olahraga.

 

Menurut spesialis gigi, drg Rudy Kurniawan SpKGA, yang merupakan seorang pakar kesehatan gigi anak RaDental Clinic, RS Ibu dan Anak (RSIA) Grand Family, Pantai Indah Kapuk, Jakarta, di antara cedera mulut ini, cedera gigi adalah yang paling sering terjadi. Kasus lainnya disusul oleh cedera jaringan lunak mulut.

Selain itu, American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) juga menyebutkan, trauma pada gigi susu sering terjadi saat anak berusia dua hingga tiga tahun, yaitu saat kemampuan koordinasi motoriknya masih berkembang.

 

"Trauma pada gigi tidak hanya dapat menimbulkan perubahan pada penampilan gigi anak secara estetis. Namun, cedera pada gigi juga dapat menimbulkan dampak besar terhadap fungsi gigi dan psikologis anak di kemudian hari," katanya mengungkapkan dalam peluncuran RaDental Clinic, akhir pekan lalu.

 

Cedera pada gigi akibat trauma, lanjut Rudy, dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gigi susu patah, intrusi atau perubahan posisi, serta avulsi gigi susu (gigi susu tanggal). Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada saat anak mengunyah makanan dan minum susu, terlebih nyeri juga timbul ketika disentuh.

 

"Patahnya gigi susu dapat hanya mengenai permukaan ataupun mengenai bagian dalam gigi yang disebut pulpa. Patahan yang terlihat jelas dapat membuat tampilan gigi menjadi aneh dan tidak rata," katanya menjelaskan.

 

Sementara pada kasus yang ringan, gigi yang tajam dapat dihaluskan, dan patahan gigi dapat disambung kembali selama kondisi gigi masih dalam keadaan baik. Pada kasus lain, mungkin diperlukan perawatan pulpa dan perbaikan bentuk serta fungsi gigi dengan cara ditambal.

 

Kasus intrusi gigi dapat menyebabkan gigi menjadi terdorong masuk ke dalam gusi. Sehingga, gigi berubah posisi dan menimbulkan nyeri. Untuk mengatasi kasus ringan intrusi, dokter biasanya melakukan observasi dan perawatan dengan antiseptik. Namun, pada kasus tertentu diperlukan penarikan gigi, reposisi, hingga pencabutan gigi.

"Kasus avulsi gigi dapat menyebabkan trauma cukup hebat dan membuat gigi tanggal, bahkan hingga ke dalam akar gigi. Sehingga, menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan membuat anak menjadi rewel," kata Rudy melanjutkan.

 

Penanganan masalah avulsi gigi ini, kata dia, dapat dilakukan dengan penanaman kembali gigi yang tanggal. Tapi, apabila diperlukan, dapat pula dilakukan pemasangan gigi palsu.

 

Spesialis bedah mulut RaDental Clinic, drg Pruput Dwi Mutiari SpBM, mengingatkan, gangguan pada gigi susu dapat memengaruhi pertumbuhan gigi tetap yang berada di bawahnya. Penanganan trauma gigi susu yang kurang tepat dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi tetap.

 

"Penanganan trauma mulut atau gigi anak harus dilakukan oleh dokter yang ahli di bidangnya. Selain dokter, dalam menghadapi masalah ini, orang tua juga harus tetap tenang saat terjadi trauma pada gigi anaknya," ungkapnya dalam kesempatan yang sama.

 

Pada kasus gigi patah, orang tua dianjurkan membawa patahan gigi, bila memungkinkan dengan cara merendamnya di dalam susu. Anak perlu dibawa langsung ke dokter gigi tanpa menunda-nunda. Kronologi terjadinya trauma juga perlu diceritakan kepada dokter gigi untuk menentukan berat ringannya trauma dan tindakan selanjutnya. rep: Aprilia Safitri Ramdhani, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement