Senin 07 Dec 2015 17:00 WIB

Waspadai Nyeri Bisa Berujung Lumpuh

Red:

Di dunia ini, kurang lebih sekitar 80 persen orang dewasa mengalami nyeri pinggang (low back pain) suatu saat dalam hidupnya. Kondisi ini umumnya dialami oleh pria dan wanita, baik tua maupun muda.

Nyeri pinggang juga kerap dianggap sebagai salah satu penyebab menurunnya kualitas hidup dan produktivitas para pekerja. Hal ini disebabkan nyeri pinggang ternyata dapat diderita selama bertahun-tahun oleh seseorang, bahkan dapat menimbulkan disabilitas pada penderitanya.

Pinggang sendiri merupakan salah satu bagian tubuh yang paling penting yang tersusun dari lima ruas tulang punggung di daerah lumbal. Di antara ruas-ruas tersebut terdapat bantalan yang disebut diskus intervertebralis.

Bantalan ini, menurut spesialis bedah saraf dan pakar nyeri dari Klinik Nyeri Tulang Belakang Jakarta dr Mahdian Nur Nasution SpBS, memungkinkan manusia bisa membungkuk dan meliukkan badan. Diskus berfungsi sebagai peredam saat tubuh bergerak, yang dilapisi oleh ligamen, tendon, dan otot yang berguna untuk menjaga ruas-ruas tulang belakang agar tidak bergeser.

Secara keseluruhan, jelasnya, pinggang merupakan daerah yang sangat penting karena berfungsi sebagai penumpu atau penyokong berat tubuh bagian atas. "Jika fungsinya terganggu, tentu akan menimbulkan nyeri berlebih yang berkepanjangan sehingga tak jarang penderitanya dapat mengalami kelumpuhan atau depresi," ungkapnya saat menjelaskan tentang pengobatan nyeri pinggang tanpa operasi di Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, beberapa waktu lalu.

Mahdian melanjutkan, nyeri pinggang dapat timbul akibat trauma dan aktivitas sehari-hari. Namun, sebagian kasus disebabkan oleh degenerasi atau secara alami karena penggunaan sehari-hari, seiring dengan bertambahnya usia.

Faktor degenerasi dapat mengenai semua struktur pembentuk pinggang. Sementara, trauma, usia lanjut, berat badan berlebih, kesalahan postur, dan jenis pekerjaan dapat menjadi faktor risiko yang mendukung gangguan nyeri tersebut.

"Nyeri pinggang ini bisa dikelompokkan menjadi jenis akut dan kronis. Kalau akut, biasanya berlangsung sementara dalam jangka waktu yang relatif sebentar dan hanya butuh konsumsi obat analgesik ringan. Tetapi, kalau nyerinya sudah kronis biasanya berkepanjangan dan membutuhkan pengobatan khusus dan harus ke dokter," katanya memaparkan.

Jika hal tersebut didiamkan, akan mengganggu aktivitas pasien. Biasanya, lanjut dia, sudah mengganggu fungsi kerja tulang sendi. Penting untuk diingat, dalam kondisi kronis tersebut, pasien harus datang ke dokter dan tidak boleh dipijat karena tidak akan meredakan rasa sakitnya.

Sayangnya, pengetahuan masyarakat tentang hal ini dirasa sangat kurang karena sebagian merasa nyeri pinggang dapat sembuh hanya dengan dipijat dan minum obat. Padahal, perlu adanya penanganan khusus, terlebih jika gejala yang timbul sudah berkepanjangan.

"Ada lebih dari 60 hal yang dapat menyebabkan terjadinya nyeri di daerah pinggang. Karena itu, diperlukan anestesi dan pemeriksaan yang benar dalam menangani masalah ini agar pengobatannya dapat dilakukan secara tuntas dan pasien tidak merasa sakit lagi," jelasnya.

Dalam mengatasi nyeri pinggang, dokter biasanya juga menyarankan untuk melakukan tindakan operasi dan pembedahan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, hal tersebut sudah jarang dilakukan.

"Saat ini pasien tak perlu lagi melakukan tindakan operasi yang membutuhkan biaya besar, berbagai macam teknik layanan pengobatan kini banyak tersedia di rumah sakit dan klinik. Cukup dengan memberikan injeksi melalui tulang ekor hingga menggunakan teknologi radiofrekuensi," kata sang dokter.

Berbagai terapi intervensi yang dapat dilakukan tersebut, di antaranya injeksi facet, rizotomi menggunakan radiofrekuensi, injeksi steroid, intrasdistal electrothermal therapy (IDET), pemasangan alat kateter, spinal cord stimulationl epidurolysis, serta epiduroscopic laser neutral decompression (ELND). n c04 ed: dewi mardiani

***

Kerentanan Saat Usia Produktif

Kebanyakan kasus nyeri pinggang yang ditemui oleh dr Mahdian Nur Nasution SpBS ternyata berasal dari pegawai kantoran. Mereka rata-rata masih berusia produktif antara 30-60 tahun. Tatanan pola hidup yang kurang baik, cedera, kurang melakukan aktivitas fisik, serta kesalahan duduk saat bekerja bisa menjadi penyebabnya.

Untuk itu, Mahdian mengimbau agar para pekerja kantoran wajib memperhatikan kondisi tubuhnya, terutama di bagian pinggang mencakup tulang belakang. "Pekerja kantoran umumnya selalu duduk di meja kerja sehingga mengakibatkan mereka kurang gerak, kurang minum air putih, dan pola makan yang tidak seimbang. Hal ini dapat memicu mereka terkena nyeri pinggang," katanya.

Tak hanya menyerang pekerja kantoran, bahkan tak jarang nyeri pinggang juga menyerang para remaja usia belasan yang kurang melakukam aktivitas fisik dan hanya bermain gadget seharian. Kondisi ini, lanjut Mahdian, perlu diperhatikan. Jika tidak, jelas akan mengganggu produktivitas mereka sehari-hari kelak.

"Dahulu orang jarang yang menderita nyeri pinggang terutama mereka yang tinggal di wilayah perdesaan. Karena mereka sering melatih otot sendinya dengan bekerja keras di sawah dan kebun sehingga otot sendi pinggang mereka menjadi kuat," ungkapnya.

Karena itulah, melatih otot pinggang dengan melakukan aktivitas fisik sangat diperlukan guna menghindari nyeri tersebut. Selain itu, kebutuhan nutrisi juga tak kalah penting untuk diperhatikan, dengan mengonsumsi makanan seimbang, seperti sayur, buah, dan sumber protein lainnya. n c04 ed: dewi mardiani

***

Mitos dan Fakta Seputar Nyeri Pinggang

Berikut ini adalah mitos dan fakta tentang nyeri pinggang yang diungkapkan oleh dr Mahdian Nur Nasution SpBS dalam kesempatan yang sama:

1. Mitos: Ketika sedang nyeri pinggang kita tidak boleh dipijat?

Fakta: Sebenarnya boleh saja dipijat menggunakan minyak aroma terapi yang membuat seseorang merasa nyaman karena sensasi hangatnya. Namun, tetap harus melihat kondisi. Jika setelah dipijat tidak membuat rasa nyeri berkurang, pasien harus minum obat. Jika kondisinya tak kunjung sembuh, dokter harus segera menanganinya.

2. Mitos: Jika nyeri pinggang harus bedrest di tempat tidur dan bukan di sofa?

Fakta: Tentu saja benar, ketika mengalami nyeri pinggang, posisi tidur harus sejajar lurus di tempat tidur. Bedrest untuk orang yang mengalami nyeri pinggang biasanya cukup dilakukan selama satu hari.

3. Mitos: Ketika mengalami nyeri pinggang, sebaiknya jangan duduk dengan dilapisi bantalan empuk?

Fakta: Benar, karena hal ini dapat menyebabkan otot pinggang menjadi lembek sehingga strukturnya menjadi lemah dan mudah terserang nyeri.

4. Mitos : Penderita nyeri pinggang harus banyak minum susu?

Fakta: Konsumsi susu memang baik untuk kebutuhan kalsium dan memperkuat tulang. Tapi, penting untuk diperhatikan agar konsumsinya tidak berlebihan karena dapat mengakibatkan penumpukan kalsium di dalam ginjal, yang dapat menyebabkan pasien dapat terkena batu ginjal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement