Selasa 01 Dec 2015 01:00 WIB

Menekan Peningkatan Diabetes

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, Menekan Peningkatan Diabetes

Pergeseran asupan makan dan kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko terkena diabetes.

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak menyerang masyarakat di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, sekitar 6,9 persen penduduk Indonesia menderita penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah ini.

Di samping itu, lebih dari 32 juta penduduk Indonesia diperkirakan akan pindah dari daerah perdesaan ke perkotaan pada tahun 2030 mendatang. Sehingga, akan terjadi sebuah pergeseran dalam asupan makanan dan kurangnya kegiatan olahraga dan gaya hidup yang tidak teratur.

Kondisi ini disebut sebagai urban diabetes, di mana akan mengakibatkan jumlah penderita diabetes semakin bertambah setiap tahunnya. Karena itu, perlu adanya penanganan khusus terkait penyakit ini.

Berlatar belakang hal tersebut, Novo Nordisk Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI mengadakan program pengendalian diabetes yang optimal di Jakarta. Menurut Presiden Direktur PT Novo Nordisk Indonesia Sandeep Sur, progam pengendalian ini dilakukan berdasarkan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai penyakit diabetes.

"Upaya pengendalian urban diabetes ini merupakan tantangan terbesar bagi masyarakat dunia. Hal ini akibat penyakit tersebut masih minim tindakan dan pengobatan," ungkapnya dalam pembahasan soal diabetes di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Senada dengan Sandeep, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular Dinkes DKI drg Endang Nurdiyati mengungkapkan bahwa kurangnya tenaga medis juga menjadi masalah yang cukup besar guna mengendalikan penyakit ini. Padahal, menurutnya, ada sekitar 64 ahli endokrinologi yang dapat menangani seluruh pasien diabetes di Indonesia.

Sementara itu, pengajar untuk penyakit dalam subbagian endokrin Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Bowo Pramono, mengatakan, saat ini Indonesia berada di peringkat empat besar dunia dengan jumlah penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Angka kejadian diabetes ini menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, terutama DM tipe 2.

"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat signifikan hingga mencapai 21,3 juta orang pada 2030 mendatang," katanya, beberapa waktu lalu.

Kepala bagian penyakit dalam RS Dr Sardjito ini menjelaskan, terdapat empat tipe diabetes yang menyerang manusia.

Pertama, DM tipe 1 yang terjadi karena kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin absolut yang menyebabkan ketergantungan insulin. Tipe ini umumnya terjadi pada anak-anak karena persoalan autoimun.

 

Kedua, DM tipe 2 yang tidak menimbulkan ketergantungan pada insulin. Biasanya terjadi pada orang dewasa karena obesitas dan pola hidup tidak sehat. Berikutnya diabetes tipe lain, yang terjadi akibat adanya infeksi pada pankreas, tumor, imunologi, dan sindrom genetik lain terkait diabetes.

Selain itu, diabetes jenis ini muncul karena pengaruh obat dan zat kimia yang mengandung kortikosteroid yang biasa diberikan pada pasien lupus, asma, dan gangguan ginjal.

Kemudian diabetes gestasional, yakni diabetes yang pertama kali didiagnosis saat kehamilan. Setelah melahirkan dapat kembali normal, tetapi juga tetap menjadi diabetes apabila tidak ditangani dengan baik.

Seseorang dapat berisiko terkena diabetes karena memiliki riwayat keluarga terkena diabetes. Selain itu, seseorang dengan hipertensi, gangguan kolesterol, dan obesitas sangat rentan terkena diabetes. "Penyakit ini juga mengintai orang yang berusia di atas 45 tahun karena kelelahan pankreas," ungkap Bowo yang aktif dalam POKJA Hipofise Persatuan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).

Bowo menjelaskan, seseorang yang terkena diabetes sering merasakan haus yang luar biasa sehingga banyak minum, banyak makan, sering buang air kecil, terutama pada malam hari. Di samping itu, pengidap diabetes juga mengalami penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.

Bowo menekankan pentingnya pengenalan sejak dini gejala diabetes untuk menekan risiko terserang penyakit berbahaya ini. Pasalnya, sebagian besar penderita yang datang ke rumah sakit sudah dalam kedaan komplikasi. "Semua yang datang ke RS Sardjito sudah komplikasi karena kebanyakan tidak menyadari sudah terkena diabetes," katanya. n c97/c04 ed: dewi mardiani

***

Pola Konsumsi Beras yang Benar

Bagi sebagian besar masyarakat ada istilah "Belum kenyang makan bila tak makan nasi". Namun, sebagai negara yang memiliki penderita diabetes melitus nomor empat di dunia, mengonsumsi nasi harus diwaspadai.

Mengapa demikian? Indeks glikemik (IG) pada beras berpotensi meningkatkan kadar gula darah dengan cepat pada penderita diabetes. Meski begitu, pasien diabetes atau kencing manis tetap boleh makan nasi asalkan memperhatikan glikemik indeks (GI) beras yang akan dikonsumsi agar dapat memilih beras yang tepat untuk dikonsumsi.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof dr Jose Rizal Latief Batubara PhD SpA(K), mengatakan, masyarakat Indonesia sebenarnya bisa mengubah karbohidrat beras dengan gandum. Bahkan, karbohidrat pun bisa ditemui di dalam buah-buahan. "Kalau memang masih ingin mengonsumsi nasi, harus memilih beras dengan IG yang rendah," ujar Jose, beberapa waktu lalu.

Masalahnya, sambung Jose, beras dengan IG rendah umumnya mempunyai tekstur nasi pera sehingga kurang disukai oleh penderita diabetes, terutama yang terbiasa mengonsumsi nasi pulen, seperti masyarakat dari etnis Sunda dan Jawa. "Kalau untuk masyarakat Sumatra atau luar Jawa sebenarnya tidak masalah," ucapnya.

Peneliti dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Nellis Imaningsih, mengatakan, masyarakat masih harus diberi edukasi pemahaman terkait jenis-jenis karbohidrat dengan IG yang rendah. "Para penderita diabetes harus menghindari karbohidrat simpel yang biasanya mengandung banyak tepung dan lebih memilih karbohidrat kompleks yang banyak mengandung serat, seperti lebih memilih beras pecah kulit," jelas Nellis.

Kepala Bidang Program dan Evaluasi Balai Besar Banen Litbang Kementerian Pertanian Sri Wedawati menjelaskan, beras dari beberapa varietas unggul padi yang telah berkembang dewasa memiliki glikemik indeks beras yang rendah. Karena itu, penderita diabetes tidak perlu khawatir mengonsumsi nasi sepanjang tidak melebihi kebutuhan energi tiap individu.

Nilai glikemik indeks bahan pangan dikelompokkan menjadi rendah kurang dari 55, sedang 55 sampai 70, dan tinggi kurang dari 70. Jika penderita diabetes mengonsumsi bahan pangan yang memiliki glikemik indeks tinggi, kadar gula darahnya cepat meningkat dan sebaliknya.

Berdasarkan kandungan amilosa, beras dapat dibedakan menjadi beras ketan, yakni kadar amilosa 10 persen sampai 20 persen, beras beramilosa sedang dengan kadar amilosa 20 persen sampai 25 persen, dan beras beramilosa tinggi kurang dari 25 persen.

Para penderita diabetes juga bisa mengonsumsi beras merah Aek Sibundong yang mempunyai glikemik indeks beras sedang dan bila dikonsumsi oleh penderita diabetes dapat memberikan efek yang baik. Karena, adanya kandungan pigmen antosianin yang melapisi endosperm beras.

Pigmen antosianin dapat mencegah komplikasi diabetes dengan cara mengurangi kolagen abnormal pada pembuluh darah akibat ikatan gula dalam darah dengan protein, mencegah kerusakan sistem limfa, mencegah proliferasi protein abnormal yang dapat menyebabkan kebutaan, meningkatkan adipocytokine gene expression, dan jika terjadi disfungsi dapat menyebabkan resistensi insulin.

Selain itu, beras merah varietas Aek Sibundong mengandung serat pangan tidak larut yang cukup tinggi. Serat pangan tidak larut berfungsi mencegah timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan antara lain wasir, divertikulosis, dan kanker usus besar.

Selain diet yang tepat dengan tetap memperhatikan pelengkap nasi yang mempunyai sifat hipoglikemik rendah, konsumsi obat, pola hidup sehat, dan olahraga teratur adalah tindakan yang bijak dalam mengendalikan kadar glukosa darah. n c07 ed: dewi mardiani

***

Cara Mencegah Terkena Diabetes

Untuk menekan risiko terkena diabetes, dosen penyakit dalam subbagian endokrin Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Bowo Pramono, mengimbau masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan. Caranya adalah:

1. Mengubah gaya hidup lebih sehat, dengan cara:

- makan diatur sesuai dengan kebutuhan

- menjaga komposisi nutrisi yang seimbang

- melakukan olahraga minimal 30 menit per hari

- pemantauan kadar gula darah secara mandiri

- melakukan cek medis rutin.

2. Pencegahan sekunder

Bagi yang sudah menderita diabetes, pencegahan dengan pengelolaan yang baik dan terapi farmakologis ditujukan agar penderita diabetes tidak mengalami komplikasi akut, seperti stroke, gangguan saraf tepi, serangan jantung, penglihatan kabur, dan amputasi kaki.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan ditujukan agar penderita diabetes yang sudah komplikasi tidak menjadi cacat, mengalami amputasi, bahkan meninggal dunia.

4. Kerja sama semua pihak

Pencegahan dilakukan secara menyeluruh dengan bekerja sama antara pasien dan dokter, perawat, ahli gizi, keluarga pasien, dan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement