Kamis 26 Nov 2015 15:00 WIB

Mendapatkan Buah Hati dari Inseminasi

Red:

Pasangan suami istri di dunia cenderung khawatir dengan masalah reproduksi, khususnya kesuburan (infertilitas). Namun, masalah kesuburan ini ternyata sering terjadi pada pasangan suami-istri meskipun keduanya dalam kondisi prima dan bahkan sehat dalam hubungan intimnya.

Idealnya, sebanyak 84 persen wanita akan hamil secara alamiah apabila melakukan hubungan seksual dalam kurun waktu satu tahun. Sayangnya, fakta menunjukkan bahwa kondisi infertilitas ini banyak dialami oleh banyak pasangan.

Spesialis kandungan dan kebidanan MRCCC Siloam Semanggi, dr Batara Imanuel Sirait, SpOG (K) FER, mengungkapkan bahwa proses inseminasi merupakan salah satu bentuk penanganan bagi pasien suami istri yang menginginkan keturunan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pengawetan fertilitas sel telur maupun sperma sehingga dapat ditanam di rahim.

"Pengawetan ini bahkan bisa dilakukan pada pasien kanker yang tetap ingin memiliki keturunan. Teknik yang dilakukan bisa dalam bentuk pembekuan jaringan sel telur, sperma, dan embrio. Setelahnya jaringan indung telur dapat digunakan di kemudian hari setelah pasien pulih dari kanker," ungkapnya dalam pembahasan soal infertilitas di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Program tersebut dinilainya penting dilakukan, apalagi pengobatan kanker banyak merusak sel saraf manusia termasuk sperma dan sel telur. Selain melakukan pengawetan sel telur atau sperma pada pasien kanker, langkah inseminasi ini juga bisa menjadi solusi untuk pasien dalam kondisi normal.

"Untuk pasien normal, syarat melakukan inseminasi ini adalah adanya gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya, gangguan infertilitas yang berhubungan dengan endometriosis, masalah sperma pada pria, wanita yang alergi sperma, hingga masalah dari rahim (serviks) wanita itu sendiri," tambahnya.

Dia mencontohkan, infertilitas yang terjadi akibat penyebab tidak jelas. Inseminasi akan dilakukan sebagai penanganan awal dengan menggunakan obat-obatan perangsang ovulasi.

Kemudian, infertilitas yang berhubungan dengan endometriosis, menurut Batara, penggunaan kombinasi obat akan digunakan untuk memperoleh sel telur yang terbaik. Itu merupakan penanganan awal.

Ada juga infertilitas karena faktor pria. Jika karena faktor ini maka pemeriksaan analisis sperma suami menjadi tahapan awal penilaian kesuburan. Kemudian, dilanjutkan dengan pemrosesan sperma (memilihkan sperma terbaik).

Selain itu, lanjutnya, pada infertilistas karena faktor serviks bisa terjadi akibat lendir yang diproduksi saat ovulasi. Seharusnya, cairan tersebut memudahkan sperma untuk bergerak dari vagina masuk ke rahim kemudian ke saluran telur. Namun, apabila cairan terlalu kental maka bisa mengganggu perjalanan sperma. Langkah inseminasi ini akan memotong jalur tersebut dan menempatkan sperma langsung ke dalam rahim.

Sementara, pada kondisi wanita yang alergi sperma, sebenarnya jarang terjadi. Tapi, hal ini terjadi akibat ejakulasi dalam vagina yang menyebabkan kemerahan, perasaan terbakar, dan bengkak. Inseminasi menjadi cukup efektif menolong pada keadaan ini karena umumnya protein dalam cairan ejakulat juga akan tertuang pada pemrosesan sebelum inseminasi.

Rekan Barata, dr Alvin Setiawan SpOG, mengatakan, bila proses kehamilan terjadi maka tahapan berikutnya adalah perawatan asuhan antenatal. Perawatan ini merupakan suatu program konsentrasi ibu hamil sebelum proses melahirkan berlangsung.

"Program ini meliputi konseling dengan dokter, senam hamil, dan konsultasi gizi selama masa kehamilan. Tujuannya tak lain agar ibu bisa melahirkan dengan normal dan mengurangi risiko bayi lahir cacat," kata Alvin, dalam kesempatan  yang sama.

Konseling adalah proses interaktif antara tenaga kesehatan dan ibu serta keluarganya. Selama proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong ibu untuk saling bertukar informasi dan memberikan dukungan dalam perencanaan atau pengambilan keputusan serta tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu.

Anjuran untuk melakukan program ini ternyata sangat penting dan telah didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui penelitian di sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia. n c04 ed: dewi mardiani

***

Faktor Suami dalam Proses Kehamilan

Maraknya kasus perceraian yang dialami pasangan suami istri kerap dilandasi akibat faktor sulit memiliki keturunan. Dalam kondisi tersebut, banyak pria yang menyalahkan wanita sebagai penyebab masalah tersebut.

Padahal, menurut dr Batara Imanuel Sirait SpoG (K) FER, sebaiknya pria jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan tersebut sebelum melakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan bisa jadi gangguan infertilitas yang menyebabkan sulit memiliki keturunan ini juga bisa diakibatkan pria.

"Penting diingat, sebanyak 35 persen faktor penyebab infertilitas ini disebabkan oleh pria. Barulah 50 persen disebabkan oleh wanita sementara 15 persen lainnya diakibatkan oleh faktor yang belum diketahui penyebabnya," kata Batara.

Selain itu, menurutnya, faktor umur seseorang juga sangat berpengaruh terhadap gangguan infertilitas. Semakin seseorang bertambah usia maka tingkat kesuburannya juga semakin berkurang.

Untuk mengurangi dampak infertilitas ini, ia mengungkapkan, perlu ada kerja sama dan dukungan antara suami dan istri, tidak merokok, mengurangi konsumsi kafein, serta mengurangi berat badan agar tidak mengalami kegemukan. Hal ini penting di perhatikan karena tanpa disadari hal-hal tersebut juga sangat berpengaruh pada kesuburan, baik pada pria maupun wanita.

"Jadi, jangan cepat mengambil kesimpulan bahwa sulit memiliki anak diakibatkan dari pihak wanita karena pria pun bisa menjadi penyebabnya," tambahnya. n c04 ed: dewi mardiani

***

Manfaat Pengasuhan Antenatal dan Pemeriksaan USG

Setelah mengetahui betapa pentingnya pengasuhan antenatal sebelum masa persalinan, menurut dr Alvin Setiawan SpOG, ada baiknya ibu hamil juga melakukan beberapa tes USG berikut ini:

1. Lakukan pemeriksaan USG pada awal kehamilan

Pemeriksaan ini idealnya dilakukan sebelum usia kehamilan 13 minggu. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan usia kehamilan, viabilitas janin, letak, dan jumlah janin serta deteksi abnormalitas janin yang berat.

2. USG berguna untuk deteksi anomali janin

Hal ini juga bertujuan untuk mendeteksi kecatatan pada janin serta jenis kelamin sang jabang bayi.

3. USG berguna untuk melihat posisi janin

Posisi janin sangat menentukan jenis proses persalinan, sesuai dengan kondisi plasenta dan tali pusat. Umumnya, apabila bayi hanya mengalami satu kali lilitan tali pusat, dokter masih bisa melakukan persalinan normal.

4. USG berguna untuk mendeteksi komplikasi   

Apabila terdapat komplikasi yang mengancam jiwa, dapat dideteksi lebih awal. Selain itu, menurut data WHO, 70 persen ibu hamil yang diasuh dengan pola antenatal termasuk pemeriksaan USG lebih siap dalam menjalankan proses persalinan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement