Selasa 06 Oct 2015 12:00 WIB

Bahaya Asap Rokok

Red: operator
Asap rokok
Asap rokok

REPUBLIKA.CO.ID,Bahaya Asap Rokok

Indonesia menduduki peringkat pertama perokok aktif tertinggi di dunia. 

Pemerintah Indonesia sejak dahulu hingga sekarang semakin gencar mengampanyekan bahaya rokok bagi kesehatan. Soalnya, rokok sangat berbahaya, tak hanya bagi perokok aktif, namun juga bagi perokok pasif yang hanya menghirup asapnya.

Anak kecil dan ibu hamil kerap menjadi korban akibat asap rokok yang semakin tidak terkendalikan. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya zat adiktif dalam rokok semakin memperparah keadaan.

Robby Indra Wahyuda (27 tahun) adalah seorang perokok aktif sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Kedua orang tuanya tidak mengetahui kebiasaan anaknya tersebut. Akibatnya, pada usia 26 tahun pada Januari 2014, dia divonis terkena kanker laring stadium tiga. 

Kanker tersebut mengharuskannya menjalani operasi pengangkatan pita suara. Sehingga, pada di leher Robby terdapat lubang bekas operasi tersebut.

Namun, Robby tak mampu bertahan. Pada Juni 2015 lalu, Robby mengembuskan napas terakhirnya akibat kanker tersebut. Cerita tersebut dikisahkan langsung oleh ibunda Robby, Syaifatul Hadijah, dalam acara kampanye bertema "Rokok Itu Murah, Obatnya yang Mahal" yang diadakan di Jakarta, beberapa waktu lalu.

"Rokok sangat berbahaya. Sudah dibuktikan sendiri dari kisah anak kami. Semoga masyarakat Indonesia semakin sadar akan bahayanya agar tak ada lagi Robby-Robby yang lain nantinya," ungkap Syaifatul.

Senada dengan kisah Robby tersebut, Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Eni Gustina MPH juga menjabarkan bagaimana bahaya yang ditimbulkan oleh rokok. Diungkapkannya data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) pada 2011. Dari data tersebut dinyatakan bahwa Indonesia menjadi negara yang menduduki posisi pertama perokok aktif tertinggi di dunia dengan prevalensi 67,0 persen pria dan 2,7 persen wanita.

"Sungguh ironis memang, apalagi angka prevalensi perokok wanita terhitung cukup tinggi. Hal ini bisa diakibatkan oleh gaya hidup, kebiasaan di lingkungannya, serta akibat mindset dari promosi iklan rokok yang salah," ujarnya.

Menurut Eni, merokok dapat meningkatkan risiko kematian sebanyak lebih dari 2,5 kali lipat, setara dengan penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Merokok 10 batang atau kurang tiap harinya dapat menurunkan tingkat harapan hidup selama rata-rata lima tahun.

"Tak hanya itu, merokok juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru hingga 20 kali lipat. Di Indonesia saja, prevalensi kematian akibat rokok kurang lebih sebanyak 20 persen setiap tahunnya," ungkap Eni.

Tidak hanya dapat menimbulkan kanker paru, lanjut Eni, pada ibu hamil yang merokok maupun yang hanya menghisap asap rokok secara pasif dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah (BLBBR). Bayi yang lahir dengan berat badan rendah ini akan sulit bertahan hidup karena organ tubuhnya belum terbentuk secara sempurna dan belum dapat berfungsi normal.

Meski begitu, faktor BLBBR ini diketahui tak hanya berasal dari ibu yang merokok atau menghirup asap rokok. Namun, juga bisa disebabkan oleh ayahnya yang menjadi perokok aktif. Untuk itu, Eni mengimbau masyarakat untuk berhenti merokok agar masa depan masyarakat Indonesia ke depannya semakin membaik.

Sementara itu, menurut dr Theresia Sandra dari Kasubdit Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, saat ini Kemenkes sudah memiliki undang-undang kesehatan terkait pengendalian rokok dan tembakau di Indonesia. Salah satunya, yakni Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2009, yang menyatakan produk tembakau dianggap zat adiktif dan akan diatur untuk melindungi kesehatan individu, keluarga, masyarakat, serta lingkungan.

"Selain itu, saat ini ada lebih dari 20 pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, dan kota) yang telah membuat peraturan daerah untuk kawasan tanpa rokok (KTR). Hal ini dilakukan sebagai wujud dari kepedulian terhadap kesehatan masyarakatnya," kata Sandra, dalam kesempatan yang sama.

Kegiatan kampanye seperti yang dilakukan saat ini juga merupakan wujud kepedulian pemerintah untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian mengenai bahaya merokok dan asapnya kepada masyarakat. Kisah Robby juga diangkat sebagai wujud nyata dari bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, agar masyarakat semakin sadar akan dampak yang ditimbulkan dari rokok tersebut. n c04 ed: dewi mardiani

***

Remaja Semakin Keranjingan

Data dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) di Indonesia pada 2014 menunjukkan bahwa 36,2 persen remaja laki-laki dan 4,3 persen remaja perempuan yang berumur 15 tahun sampai 20 tahun saat ini aktif mengonsumsi tembakau dari rokok. Sebanyak 43,2 persen remaja merokok di usia 12-13 tahun.

Selain itu, hampir tiga dari lima siswa (57,3 persen) terpapar asap rokok di rumah mereka. Sedangkan, 60,1 persen terpapar asap rokok di tempat umum tertutup.

Tentu saja fakta tersebut sangat ironis, mengingat para remaja ini merupakan cikal bakal penerus bangsa. Memang sangat disayangkan jika kehidupannya dirusak justru secara sengaja dengan memasukkan asap rokok ke dalam tubuhnya sendiri.

Kasubdit Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr Theresia Sandra MPH mengungkapkan bahwa niat dan keinginan seseorang untuk berhenti merokok sangat diperlukan guna mengurangi dampak-dampak negatif tersebut. Sayangnya, hal tersebut terbilang sulit dilakukan karena rokok masih bebas dijual di pasaran dengan harga yang relatif murah.

"Di Singapura harga rokok sangat mahal, sekitar Rp 150 ribu satu kotak. Sementara, di Indonesia dijual murah, hanya sekitar Rp 15 ribu-Rp 20 ribu saja. Hal ini yang membuat remaja dapat dengan mudah mengonsumsi rokok," katanya.

Data dari Kemenkes saat ini menunjukkan sekitar tiga dari lima siswa (58,2 persen) yang merokok umumnya membeli rokok di toko atau warung secara eceran. Sebanyak 64,5 persen siswa tersebut tidak mendapatkan penolakan ketika membeli rokok di tempat-tempat tersebut.

Padahal, asap dari rokok itu, menurut Sandra, mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia berbahaya. Ratusan di antaranya sangat beracun dan memiliki dampak negatif pada organ tubuh manusia, seperti menyebabkan kanker.

"Perlu adanya niat dalam hati untuk berhenti dan menghindari rokok. Bahayanya sudah banyak yang merasakan, paling cepat sekitar enam bulan perokok aktif bisa terlepas dan berhenti merokok. Namun, tak jarang juga banyak yang terhitung tahunan untuk berhenti merokok. Sekali lagi, semua tergantung niat dari individu itu sendiri," ungkapnya. n c04 ed: dewi mardiani

***

Trik Berhenti Merokok

Bagi yang sedang berusaha berhenti merokok, dr Theresia Sandra MPH mengungkapkan beberapa cara untuk membantu para perokok aktif untuk berhenti merokok. Cara-cara tersebut di antaranya sebagai berikut:

1. Kuatkan niat untuk berhenti merokok. Bagi seseorang yang sudah kecanduan rokok, berhenti merokok memang akan terasa sangat sulit. Langkah pertama yang harus dilakukan jika memutuskan untuk berhenti merokok, yaitu dengan menguatkan niat dan tekad untuk berhenti merokok.  

2. Perlu dukungan dari keluarga. Dapatkan dukungan dari keluarga dan teman dekat untuk berhenti merokok. Minta mereka untuk selalu mengingatkan bahaya merokok untuk kesehatan tiap kali keinginan untuk merokok datang lagi. 

3. Beri target waktu pada diri sendiri agar benar-benar bisa dapat berhenti merokok.

4. Hindari kebiasaan untuk memancing rasa ingin merokok. Beberapa kebiasaan yang bisa memancing keinginan untuk merokok di antaranya minum kopi, alkohol, dan begadang.

5. Cari kesibukan agar terhindar dari keinginan diri untuk merokok. Isi kegiatan kosong dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti berolahraga dan lainnya.

6. Minum lebih banyak air putih. Dengan mengonsumsi air putih yang banyak, akan membuat racun rokok dalam tubuh berkurang. Air putih berguna sebagai zat detoksifikasi zat-zat yang berbahaya dari rokok. 

7. Sibukkan diri setelah makan. Banyak perokok yang setelah makan lebih memilih untuk menghisap rokok, namun hal tersebut dapat dihindari dengan menggosok gigi atau mengonsumsi buah segar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement