Jumat 02 Oct 2015 16:00 WIB

Penyakit yang Booming di Asia

Red:

Kanker hati merupakan salah satu jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh orang Asia. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO) pada 2012, kanker hati menjadi pembunuh paling mematikan nomor dua di dunia.

 

Penyakit ini merupakan sel ganas yang menyerang organ hati manusia, yang dalam istilah kedokterannya biasa disebut karsinoma hepatoseluler. Ada banyak penyebab kanker hati, termasuk hepatitis B, dan hepatitis C, dan konsumsi alkohol yang berlebihan.

 

Konsumsi alkohol yang berlebihan, menurut spesialis penyakit hati dari Gleneagles Hospital Singapura, Dr Cheah Yee Lee, merupakan penyebab paling umum untuk kanker hati. Soalnya, konsumsi alkohol dapat menyebabkan sirosis hati, yaitu suatu kondisi medis yang ditandai dengan terbentuknya jaringan parut pada hati. Jaringan parut ini terbentuk akibat hati mengalami kerusakan fungsi yang berkepanjangan.

 

"Hepatitis B dan C juga menjadi salah satu penyebab kanker hati. Virus-virus hepatitis B dan C ini memiliki materi genetik yang dapat mengganggu materi genetik normal pada sel hati sehingga menyebabkan sel hati menjadi sel kanker," kata Cheah Yee lee, dalam acara diskusi kesehatan tentang cara mengatasi kanker hati di Jakarta, beberapa waktu lalu.

 

Dokter muda ini juga menjelaskan bahwa ada dua tipe kanker hati, yakni primer dan sekunder. Kanker primer dimulai dari organ hati sendiri. Sedangkan, kanker sekunder berasal dari organ lain, seperti lambung dan kolon yang menyebar ke hati. Kanker hati sekunder lebih umum terjadi dibandingkan kanker primer dan penyakit ini umumnya membunuh hampir semua penderitanya dalam kurun waktu satu tahun.

 

Selain itu, Cheah juga mengungkapkan, tingginya jumlah penderita kanker hati di Asia ini memang banyak juga dipicu oleh hepatitis B dan C. Hal ini disebabkan oleh tingginya risiko penderita hepatitis untuk terkena kanker hati. Penderita hepatitis B dan C memiliki kemungkinan 100 kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang normal yang tidak terinfeksi hepatitis.

 

Sebagian pengidap hepatitis B dan C menderita gejala yang sama dengan yang diidap penderita kanker hati. Mereka juga berisiko mengalami luka parut yang meluas pada organ hati.

Orang Asia yang terinfeksi hepatitis B dan C memiliki risiko lebih tinggi di atas rata-rata terkena kanker hati, terlepas dari mereka menderita sirosis hati atau tidak. "Faktor etnis diduga berpengaruh pada risiko pengidap infeksi hepatitis B dan C yang banyak diderita orang Asia. Kombinasi merokok dan mengidap hepatitis ini juga membuat risiko terkena kanker hati menjadi lebih tinggi," ungkapnya.

 

Secara global, sebagai dokter yang ahli di bidangnya, Cheah juga mengungkapkan bahwa kanker hati primer umumnya terjadi pada pria dua kali lipat lebih sering dibandingkan pada wanita. Dalam kasus penyakit ini, wanita menempati urutan kelima, sedangkan pria menempati urutan ketujuh se-Asia dengan jumlah penderita kanker hati terbanyak.

 

"Negara-negara Asia mempunyai 80 persen pasien kanker hati primer secara global, di mana sekitar 600 ribu kasus terdiagnosis setiap tahunnya," ujar Cheah.

 

Sementara itu, faktor lain yang menjadi pemicu kanker hati di antaranya aflatoxin (racun yang ditemukan pada kacang yang berjamur, gandum, dan kedelai), kondisi yang diwariskan (penyakit genetik), dan penyebab sirosis (luka sepanjang hati), seperti hepatitis autoimun atau primary biliary cirrhosis.

Banyak kasus tentang kanker hati di dunia dapat dicegah melalui peran masyarakat dalam mengurangi paparan terhadap faktor-faktor risiko yang telah diketahui tersebut. Namun, jika kita sudah terkena penyakit kanker hati, menurut Cheah, disarankan untuk melakukan pengobatan sesegera mungkin. Soalnya, para penderita kanker hati umumnya masih memiliki harapan untuk sembuh. n c04 ed: dewi mardiani

***

Ragam Pilihan Atasi Sel Hati yang Ganas

Tidak semua pasien kanker hati memiliki gejala-gejala yang sama. Namun, pada umumnya gejalanya adalah terjadi pembengkakan perut akibat cairan (ascites), encephalopathy (berubahnya kondisi mental), dan sakit kuning (hepatitis B dan C). Selain itu, terjadi pula pendarahan pada sistem saluran pencernaan yang dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya sel kanker di organ hati.

 

Di samping itu, beberapa pasien juga mungkin merasakan rasa nyeri pada perut bagian atas, kehilangan berat badan, mudah kenyang, letih lesu, anoreksia, atau benjolan yang dapat dirasakan pada perut bagian atas. Jika pasien sudah mengalami gejala-gejala tersebut, menurut Dr Cheah Yee Lee, sebaiknya segera ditangani ke dokter.

 

"Seperti jenis kanker lainnya, jika kanker hati ini diketahui semakin dini apa penyebab dan tingkat stadiumnya, semakin tinggi peluang pasien untuk dapat sembuh," ungkap sang dokter.

 

Apalagi, dengan teknologi kedokteran yang sudah semakin canggih, bila seseorang sudah telanjur mengidap penyakit kanker hati, mereka dapat melakukan tindakan operasi maupun nonoperasi sebagai bagian dari pengobatan.

 

"Paramedis banyak yang menyuguhkan ragam pilihan untuk mengatasi penyakit ini meliputi metode operasi dan nonoperasi, termasuk penggunaan terapi radiasi. Ini berguna untuk meningkatkan kualitas hidup pasien lebih lama dan tentunya mengobati penyakit yang dideritanya," ungkapnya.

 

Cheah juga mengungkapkan, pada stadium awal, jika jumlah sel kankernya masih sedikit, pasien kanker hati dapat disembuhkan dengan tindakan operasi reseksi liver. Namun, jika kanker sudah berada pada stadium lanjut, transplantasi hati menjadi satu-satunya cara yang paling ampuh guna mengobati pasien.

 

Tingkat keberhasilannya juga mencapai 90-95 persen. Sehingga, banyak pasien dengan stadium lanjut banyak yang sudah memercayai tindakan transplantasi yang dilakukan oleh para dokter yang ahli di bidangnya tersebut.

 

"Selain itu, dalam tindakan nonoperasi dapat dilakukan dengan cara embolisasi transarterital (TACE) yang merupakan proses injeksi langsung obat ke dalam kanker melalui arteri hepatica yang dapat mengontrol bahkan menyusutkan tumor," jelasnya.

 

Tindakan nonoperasi lainnya adalah dengan menggunakan metode selective internal radiation therapy (SIRT). Metode ini menggunakan radiasi langsung ke tumor. Sedangkan, metode radio frequency ablasi (RFA) dilakukan dengan menggunakan panas ekstrem yang dihasilkan listrik yang berguna untuk mematikan sel-sel kanker. c04 ed: Dewi Mardiani

***

Lakukan Pemeriksaan Berkala

 

Seseorang yang berisiko terkena kanker hati, terutama dari faktor genetik, kiranya perlu menjalani pemeriksaan secara berkala. Dr Cheah Yee Lee menyarankan agar mereka rutin menjalankan pemeriksaan berkala setiap enam bulan sekali. Pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

 

1. Pemantauan untuk deteksi kanker hati secara intensif

Seseorang yang berisiko tinggi mengidap kanker hati, seperti penderita sirosis, disarankan untuk melakukan pemeriksaan berkala setiap enam bulan sekali. Pemeriksaan biasanya melalui dua tahap, yaitu tes darah dan ultrasonografi (USG).

Tes darah berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidak adanya protein di dalam darah yang disebut alfa fitoprotein (AFP). Selain itu, ultrasonografi atau USG dilakukan untuk mengetahui kelainan pada organ hati.

 

2. Tes konfirmasi diagnosis

Ada beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis kanker hati, yaitu MRI scan, CT scan, biopsi, dan laparoskopi. Meski demikian, mereka tidak perlu menggunakan semua jenis tes ini untuk memastikan diagnosis tersebut.

 

3. Atur pola makan sehat

Hindari terlalu sering mengonsumsi makanan mentah, terutama untuk jenis protein merah. Ini disebabkan akan memberatkan cara kerja hati kita.

 

Selain itu, jika mengonsumsi sayuran hijau, lebih baik untuk segera dihabiskan saat itu juga dan tidak disimpan dalam waktu lama. Hindari juga konsumsi makanan berpengawet tinggi, seperti mi instan juga penting untuk dilakukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement