Senin 31 Aug 2015 16:00 WIB

Kurang Serat Pencetus Kanker Usus

Red:

Kanker usus merupakan suatu penyakit dengan kasus yang cukup tinggi di dunia. Penyakit yang berawal dari tumbuhnya tumor ganas yang menyerang organ pencernaan, terutama usus besar manusia. Namun, pertumbuhan sel yang tidak normal ini juga bisa terjadi di usus kecil dan anus.

Menurut ahli bedah perut RS Siloam Kebon Jeruk dr Errawan R Wiradisuria SpB(K)BD, siapa pun bisa saja terkena kanker usus. Namun, kebanyakan kasus terjadi pada orang berusia di atas 40-70 tahun, baik pria maupun wanita. Walau secara statistik, pria sedikit lebih rentan terkena kanker usus dibandingkan wanita. Belum ada penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.

Dikatakannya, kanker usus kebanyakan terjadi di area rektum atau bagian usus besar paling bawah. Orang sering kali mengira ini merupakan penyakit hemoloid atau ambeien.

"Pada stadium yang lebih lanjut, jika dibiarkan, tumor tersebut akan semakin membesar dan mengakibatkan sering buang air besar berdarah, sulit buang air besar, sering mencret, tidak bisa buang angin, dan mengakibatkan perut menjadi kembung," kata Errawan dalam diskusi Bahaya Kanker Usus di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurutnya, jika sudah seperti itu, jalan satu-satunya yang harus dilakukan adalah membedah perut dan mengeluarkan kotoran dari dalam usus. Namun, kasus kanker usus biasanya didiagnosis dengan metode kolonoskopi.

Faktor penyebab utama penyakit ini sebenarnya belum diketahui lebih jelas. Dugaan sementara penyakit ini timbul akibat pola hidup yang tidak sehat melalui konsumsi makanan, faktor genetik, obesitas, dan jarang makan sayur dan buah pun terkadang dapat menjadi pemicu kanker usus.

Hal ini karena makanan yang kurang serat nabati akan menyebabkan proses pencernaan menjadi kurang sehat. Sehingga, makanan yang terlalu banyak mengandung lemak, protein kolesterol, dan kalori tinggi bisa membuat usus bekerja terlalu keras dan menimbulkan masalah penyakit kanker usus.

Bagi mereka yang terkena kanker usus, Errawan menyarankan agar pasien segera berkonsultasi dengan dokter ahli. Hal ini bertujuan untuk mengetahui letak tumor ganas yang menyerang tubuh, apakah di usus besar kanan, tengah, atau kiri. Selain dari letak tumor, kata dia, lamanya operasi bergantung dari jenis operasi yang dilakukan, baik itu melalui laparoskopi maupun pembukaan perut.

Dari situ dokter akan melakukan rencana tindakan pembuangan total atau tidak. Jika bisa dibuang, usus akan dipotong dan langsung disambung dengan suatu alat atau jahitan sehingga anus dapat berfungsi normal dan pasien hanya perlu melakukan kemoterapi lebih lanjut.

"Bila sambungan itu terlalu dekat anus dan dikhawatirkan terjadi kebocoran, dokter biasanya membuat saluran pembuangan sementara melalui usus sebelah kanan (BAB melalui kantong buatan sekitar delapan-10 pekan). Setelah itu, dokter akan melihat kondisi usus, jika sudah normal, akan disambung lagi ke saluran anus," ungkapnya.

Errawan menjelaskan, tindakan operasi memang dianggap suatu tindakan yang sangat tepat guna menolong pasien kanker usus. Namun, bisa tidaknya operasi terhadap pasien, bergantung pada stadium kankernya. Semakin lanjut stadium yang diderita pasien, semakin besar risiko tindakan tersebut. 

"Penting untuk mengetahui tingkat stadium tersebut sedini mungkin sehingga penanganannya pun tentu akan lebih mudah dilakukan," katanya.

Untuk mencegah berkembangnya kanker, baik pada pasien kanker pascaoperasi maupun mereka yang belum terkena, adalah dengan mengonsumsi makanan mengandung serat baik, seperti padi, jagung, kentang, jagung, wortel, sayuran, serta buah-buahan. Konsumsi air sebanyak air putih dua liter sehari juga membantu melancarkan proses pencernaan.

Pengaturan pola makan ini dirasa sangat penting. Soalnya, pada pasien kanker usus berstadium lanjut dan dilakukan operasi, ada kemungkinan sel-sel ganasnya bisa menyebar ke organ lain. Sel tersebut bisa menyerang lever, tulang, dan paru-paru.

Pengalaman inilah yang dirasakan Sunaryo (58 tahun). Usai melakukan operasi kanker usus, beberapa bulan kemudian dia didiagnosis menderita kanker hati. "Sulit dibayangkan, saya pikir setelah operasi kanker, usus saya dapat terbebas dari jeratan kanker. Namun, malah menyebar ke organ tubuh lain," kata bapak dua anak tersebut.

Meski begitu, Sunaryo tetap optimistis suatu hari dia dapat terbebas dari kanker. Saat ini, dia tetap beraktivitas seperti biasa sebagai pengusaha kerupuk pasir. Namun, dokter menyarankan agar Sunaryo tidak melakukan aktivitas terlalu berat. Karena, jika pasien mudah lelah, penyakit kankernya akan semakin parah. n c04 ed: dewi mardiani

***

Selamanya akan Kanker? Tentu Tidak

Kanker usus wajib dicegah dan dilakukan oleh setiap orang, mengingat penyakit tersebut tak jarang juga dapat menyebabkan kematian. Sama seperti penyakit sistemik, kanker usus juga diam-diam dapat menjadi pembunuh yang dapat menelan korban jiwa.

Kanker usus tidak mudah untuk disembuhkan, tak jarang kebanyakan pasien yang melakukan operasi banyak yang malah kankernya menjalar ke organ vital lainnya. Walau tak jarang pula yang berhasil sembuh dan bertahan hidup.

Menurut spesialis bedah perut, dr Errawan R Wiradisuria SpB(K)BD, kesembuhan tiap pasien penderita kanker memang tergantung dari tingkat stadiumnya. Namun, sejauh ini memang belum ditemukan adanya pasien yang terbebas dari jeratan penyakit kanker yang menyerang organ tubuh manapun.

"Once cancer, forever cancer. Tapi, semua itu tergantung bagaimana individu tersebut merawat tubuh dan kesehatannya. Walau menderita kanker, banyak pula orang yang berhasil survive pascaoperasi dengan tetap menerapkan pola hidup sehat dan tidak stres," ungkap sang dokter.

Pola hidup sehat dan mengatur pola pikir agar tidak stres sangat penting bagi penderita kanker. Hal ini berguna meningkatkan kualitas hidup mereka agar lebih baik dan kesempatan untuk hidup lebih panjang. "Banyak orang berpikir bahwa jika sudah terkena kanker hidupnya tidak akan lama lagi, padahal tidak sesederhana itu," tambahnya.

Stadium si penderita kanker sangatlah menjadi penentu umurnya. Maka itu penting untuk mendeteksi dini tentang stadium kanker seseorang jika sudah terdiagnosis kanker, termasuk untuk kasus kanker usus.

Menurut data World Health Organization (WHO), 50 persen penyakit kanker dapat disembuhkan secara kuratif tanpa kambuh lagi. Namun Errawan menegaskan sekali lagi, semua itu bergantung pada jenis kanker dan stadium yang diderita. "Masalahnya adalah masyarakat Indonesia belum paham betul mengenai manfaat deteksi dini penyakit kanker melalui medical check-up. Sedangkan gejala awal kanker kadang tak disadari oleh para penderitanya," tambah dia.

Anita Triasinta (44) salah seorang penderita kanker usus stadium dua mengungkapkan penyesalannya karena tidak mendeteksi dini penyakitnya. Apalagi, berat badannya yang tergolong overweight itu tidak ditangani dengan baik.

"Awalnya saya pikir, mungkin saya ini hanya menderita diabetes saja akibat berat badan berlebih. Namun, saat saya melalukan operasi usus buntu, dokter mengatakan ada sel kanker di dalam usus besar bagian kiri saya," kata dia.

Perkataan dokter itu jelas membuatnya kaget. Dia pun langsung mendapatkan diagnosis kanker usus stadium dua. Padahal, dia mengaku tidak ada gejala awal yang signifikan pada tubuhnya terkait penyakit tersebut.

Namun di balik semua itu, kasus ini tentu dapat menjadi pembelajaran bagi siapa pun tentang pentingnya mendeteksi kanker sejak dini. Tentunya hal ini bertujuan agar penyakit tersebut lebih mudah diobati sejak dini.  c04 ed: Dewi Mardiani

***

Delapan Cara Pencegah Kanker Usus

1. Tidak Merokok

Zat nikotin pada rokok tidak akan bisa diuraikan oleh usus. Nikotin akan menempel di dinding usus dan menjadi toksin yang berbahaya, sehingga dapat menimbulkan kanker.

2. Tidak minum alkohol

Alkohol dibuat dari bahan kimia yang berbahaya. Mengonsumsinya secara berlebihan mengakibatkan seseorang rentan terkena penyakit kronis, seperti kerusakan hati, jantung, dan kanker seperti pada usus dan kolorektal. Untuk menghindarinya, hindari konsumsi alkohol.

3. Konsumsi kalsium dan vitamin D

Mengonsumsi cukup kalsium dan vitamin D dapat mencegah terjadinya kanker usus. Selama ini kalsium dan vitamin D dipercaya membantu untuk pertumbuhan dan kekebalan tubuh terhadap penyakit kritis seperti kanker.

4. Ukur lingkar perut

Orang dengan lingkar perut lebar di atas 90 cm menyebabkan dirinya mudah terkena resiko kanker usus besar. Lingkar perut lebar itu dicurigai memiliki sel prakanker di kedua titik perutnya, yaitu di usus besar dan rektum. Besarnya lingkar perut disebabkan obesitas yang sering dikaitkan dengan risiko seseorang terkena kanker usus besar.

5. Hindari konsumsi daging merah

Daging merah merupakan makanan yang berat untuk diproses di usus. Mengonsumsi daging merah olahan, seperti sosis dan daging asap bisa menyebabkan seseorang terkena risiko penyakit kanker usus besar.

6. Terapkan pola hidup sehat

Pola hidup sehat bisa dilakukan dengan mengonsumsi sayuran dan buah setiap hari. Olah raga diperlukan selama 30 - 45 menit per hari agar terhindar dari risiko kanker usus besar.

7. Perbanyak minum air putih

Air putih sangat penting untuk menjaga agar usus tetap bersih dan bebas dari bakteri mematikan. Air putih berfungsi membantu melancarkan pencernaan dan membuat sisa–sisa makanan yang ada di usus cepat terurai.

8. Hindari konsumsi makanan instan

Mi instan memang lezat, tapi makanan itu tidak baik bagi usus. Tingginya bahan pengawet dan zat berbahaya lainnya menyulitkan usus untuk menyerap makanan. Selain itu, minuman bersoda dan makanan olahan lainnya yang berpengawet dicurigai dapat memicu kanker usus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement