Kamis 27 Aug 2015 18:00 WIB

Kondisi yang Memprihatinkan

Red:

Berdasarkan peraturan Kementerian Kesehatan tahun 2010, air minum yang layak konsumsi harus memenuhi syarat yang ditentukan. Sayangnya, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 33 persen rumah tangga di Indonesia masih menggunakan fasilitas yang tidak layak dalam memperoleh air minum. Bahkan, kondisi air minumnya kerap berbau tidak sedap.

Kondisi ini sudah lama diprediksi oleh beberapa pakar lingkungan. Dr Ir Firdaus Ali MSc juga mengungkapkan, sejak terjadi penurunan permukaan air tanah yang mencapai 80 persen, masyarakat mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Ini diperparah lagi dengan defisit air bersih di sebagian besar wilayah di Indonesia, seperti di pulau Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur akibat populasi penduduk meningkat dan tidak maksimalnya pengelolaan sumber daya air.

"Kondisi air di Indonesia sudah tercemar berat. Diperkirakan pada 2030 nanti Indonesia tidak memiliki ketersediaan air bersih. Kondisi ini akan mengantarkan kita ke masalah krisis air berkepanjangan. Tapi, untungnya saat ini Indonesia memiliki banyak waduk yang sementara waktu dapat berguna menampung kebutuhan air bersih kita," kata Firdaus.

Sementara itu, menurut data dari Sucofindo pada 2010, akibat tercemarnya air, lima dari 10 sumber air tanah di kawasan Jabodetabek dan Bandung positif tercemar bakteri e-coli. Hal ini lantaran masyarakat banyak yang membuat saluran pembuangan akhir septic-tank tidak layak, yakni berdekatan dengan sumber air sehingga bakteri e-coli mudah mencemari air tanah.

Prof dr Umar Fahmi Achmadi MPH PhD juga mengungkapkan, menurut data dari UNICEF Indonesia pada 2012, angka diare akibat air tercemar e-coli pada anak tercatat 34 persen lebih tinggi. Mereka itu umumnya dari rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum.

"Perlu juga diperhatikan bahwa memasak air hingga mendidih saja tidak akan cukup untuk menghilangkan zat-zat kimia berbahaya, seperti logam berat yang terkandung dalam air. Kualitas air berbeda-beda di tiap daerah dan dapat mengandung logam berat, zat radioaktif, dan kadmium yang tinggi. Akibatnya adalah berbagai penyakit pada manusia, termasuk batu di dalam saluran ginjal," ungkapnya.

Bagi yang tidak menyadari bahaya mengonsumsi air tak layak minum, sudah pasti tidak akan menyangka bahwa berbagai penyakit sedang mengincar tubuh mereka. Dessy Narwati (26 tahun), ibu rumah tangga muda ini, bahkan tidak tahu bahwa ia pernah mengalami sakit perut dan diare akibat meminum es batu di sebuah warung makan pinggir jalan. Es itu rupanya dibuat dari air yang tidak layak minum.

"Saya pernah mengalami diare usai makan di sebuah warung makan pinggir jalan. Awalnya saya pikir akibat sambal yang saya makan terlalu pedas, ternyata setelah ke dokter diare saya timbul akibat di feses saya terdapat bakteri e-coli. Setelah saya usut, bakteri tersebut di dapat usai meminum es batu yang memang baunya tidak sedap," ungkap Dessy.

Karena itulah, kata Umar Fahmi, masyarakat sudah selayaknya mulai selektif dan memperhatikan air yang dikonsumsinya. Jika tidak, berbagai penyakit dari yang ringan hingga yang berbahaya jelas akan menghantui mereka. n c04 ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement