Senin 22 Dec 2014 16:00 WIB

Debu Pemicu Alergi

Red:

Jarang membersihkan rumah berdampak buruk bagi kesehatan. Debu yang menumpuk menjadi sumber penyakit, terutama bagi para pengidap alergi debu.

Di negara tropis seperti Indonesia, tungau debu rumah menjadi penyebab utama alergi pada hidung. Tungau debu rumah masuk ke dalam tubuh melalui udara yang terhirup saluran napas.

Tungau ini dikenal dengan nama Dermatophagoides pteronyssinus. Binatang ini berukuran sangat kecil, bahkan lebih kecil dari kutu. Ukurannya berkisar 0,1-0,3 mm dan tidak terlihat mata biasa. Imunolog RSCM Iris Rengganis menerangkan, tungau debu rumah termasuk alergen. Alergen adalah zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi.

Pencetus alergi pada hidung adalah kotoran yang dikeluarkan oleh tungau. Debu rumah biasanya bercampur dengan kotoran tungau. Protein yang terkandung dalam kotoran inilah yang menyebabkan alergi. Ketika debu beterbangan kemudian terhirup, timbullah reaksi alergi. Maka, tak heran apabila penderita alergi akan bersin-bersin ketika membersihkan debu.

Tungau hidup di tempat lembab dan di sudut-sudut rumah, terutama yang menyimpan debu. Karpet juga menjadi tempat favorit tungau. Di karpet, tungau dapat hidup dan berkembang biak dalam waktu yang lama dan bersatu dengan debu. Karena itu, penderita alergi debu tidak disarankan menggunakan karpet di dalam rumah.

Faktor keturunan

Sembilan puluh persen penyebab alergi, termasuk alergi debu, berasal dari faktor genetik. Faktor kedua penyebab alergi dipengaruhi oleh lingkungan. Iris menerangkan apabila salah satu orang tua mengidap alergi, kemungkinan anak-anaknya akan menderita alergi mencapai 30 persen.

Jika kedua orang tua mengidap alergi, kemungkinan anak menderita alergi mencapai 50 persen. Apabila kedua orang tua tidak mengidap alergi, masih ada kemungkinan anak mengidap alergi sebesar 15 persen. "Orang yang punya bakat alergi kalau lingkungannya mendukung, maka akan kambuh karena terjadi reaksi alergi," kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Lebih lanjut Iris menjelaskan, alergi dapat muncul ketika masih anak-anak atau menginjak usia dewasa. Lamanya reaksi alergi dipengaruhi sensitivitas setiap orang yang berbeda-beda. Alergi adalah reaksi yang timbul karena paparan berulang. Alergi debu tidak akan hilang seumur hidup sehingga para penderita sebisa mungkin menghindari kontak dengan debu.

Dokter spesialis THT dari RSUP Dr M Djamil Padang, Sukri Rahman mengatakan, antibodi E atau Immunoglobin E yang berlebih dalam tubuh menjadi penyebab munculnya alergi. "Immunoglobulin E memiliki peran yang besar pada alergi atau hipersensitivitas," katanya.

Spesialis THT dari RSCM, Nina Irawati menuturkan, penderita alergi dapat meredakan reaksi alergi dengan meminum obat antihistamina. Sebab, alergi didasari faktor genetik, maka hanya bisa dikontrol dengan menghindari penyebab alergen dan mengonsumsi obat-obatan. Obat yang digunakan untuk meredakan reaksi alergi ada yang diminum dan ada pula yang disemprotkan ke hidung, disuntikkan, atau diteteskan di bawah lidah yang disebut imunoterapi.

Menurut Nina, penderita alergi tidak perlu khawatir akan terjadi adiksi pada obat-obatan. Sebab, obat alergi tidak menimbulkan ketergantungan, tetapi berguna untuk mengontrol peradangan alergi yang terjadi di rongga hidung.

Jaga kebersihan

Penderita alergi debu sangat penting menjaga kebersihan lingkungannya. Lingkungan yang bersih dan tidak berdebu ampuh mencegah kambuhnya alergi. Iris mengatakan, pengobatan utama alergi adalah pencegahan dengan menghindari alergen.

Dewasa ini, semakin banyak anak yang mengidap alergi debu. Salah satu penyebabnya karena orang tua menerapkan western lifestyle. Keluarga di negara-negara Barat terbiasa menggunakan karpet di dalam rumah karena cuaca yang dingin. Padahal, Indonesia adalah negara tropis yang hangat sehingga tidak perlu menggunakan karpet sebagaimana negara subtropis.

Dokter yang juga berpraktik di RS Mayapada Jakarta ini mengingatkan agar setiap keluarga memiliki penyedot debu. Penyedot debu yang dipilih sebaiknya yang bisa menjangkau sudut-sudut rumah dan memiliki daya isap yang kuat. Karpet dan sofa setiap hari perlu dibersihkan dengan penyedot debu.

Kamar tidur menjadi salah satu zona penting yang harus diperhatikan. Seprai harus dicuci dan diganti seminggu sekali. Penderita alergi debu sebaiknya menggunakan seprai khusus dengan pori-pori yang sangat rapat.

Para penderita alergi debu disarankan tidak tidur di kasur dan bantal dari kapuk. Karena, kapuk menjadi tempat bersarangnya tungau debu rumah. Iris menepis anggapan bahwa menjemur kasur dapat mematikan kuman dan tungau. Kebiasaan menjemur kasur justru dinilai tidak efektif. Tungau akan mati pada suhu 60 derajat celcius. Sedangkan, cahaya matahari di Indonesia tidak mencapai suhu tersebut.

Menurut Iris, perkumpulan imunologi dunia sudah sepakat mengenai cara paling efektif untuk menghilangkan tungau di kasur, yakni dengan menggunakan penyedot debu. "Menjemur kasur malah mengakibatkan debu-debu lain menempel pada kasur," katanya menambahkan. c88 ed:khoirul azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement