Senin 10 Nov 2014 14:00 WIB

Rokok Elektrik Lebih Berbahaya

Red:

Rokok elektrik makin digemari. Kabarnya, rokok ini lebih aman dan bisa membantu para  penikmat rokok meringankan taraf kecanduannya. Rokok jenis ini juga diklaim lebih sehat daripada merokok gaya konvensional.

Tapi tidak.  Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Silaom Hispital Jambi Sudarto mengatakan bahwa rokok elektrik hanyalah bentuk modern dari rokok bakar. Bahaya yang dikandung, sebenarnya tidak jauh berbeda.

Rokok elektrik  adalah alat berbentuk rokok dengan tenaga baterai. Alat ini memang dipasarkan sebagai sarana  bantu untuk mengurangi kecanduan rokok. Ia dirancang untuk menghasilkan nikotin tanpa membakar tembakau.

Dengan alat ini, pengguna hanya akan mengisap saripati nikotin cair. Meski begitu, sensasi merokok akan tetap dirasakan oleh penggunanya.

Dalam prosesnya, nikotin cair dipanaskan dengan baterai. Kemudian  dilarutkan dengan senyawa tertentu. Hasil pembakarannya  berupa uap alih-alih asap.

Namun, fungsinya yang membantu untuk mengurangi kecanduan rokok itu hanya awalnya. Lama kelamaan penggunanya menjadi tidak terkontrol. "Itu jadi cuma untuk gaya-gayaan akhirnya," papar Sudarto.

Dari segi penggunaan, dengan adanya kandungan nikotin di dalamnya, seharusnya   disertai kontrol yang jelas. Seseorang yang ingin berhenti merokok biasanya akan mengurangi nikotin secara berkala.

Nyatanya, rokok elektrik sering kali disalahgunakan. Kini rokok elektrik digunakan secara bebas. "Seharunya ada penurunan dosis perlahan, tapi ini bisa jadi malah terus bertambah tanpa standar," papar Sudarto.

Sudarto menjelaskan, nikotin dalam rokok elektrik meskipun dalam jumlah yang sedikit, nyatanya  tetap mengandung zat  tersebut.  Maka, bisa saja jika dikatakan bahwa alat ini hanyalah merupakan cara baru memasukkan nikotin dalam tubuh. Bahkan, bisa dalam jumlah yang tidak disadari.

Padahal, nikotin punya efek buruk terhadap tubuh.  Seperti halnya pada rokok konvensional, nikotin membuat adrenalin menjadi meningkat, yang memicu peningkatan pula pada tekanan darah. Parahnya zat ini justru membuat pengisapnya ketagihan.

Selain itu, meski sedikit, nikotin yang menumpuk dalam jangka waktu lama tetap akan berefek sama dengan rokok konvensional.  Tanpa standar pemakaian yang jelas, nikotin akan terakumulasi dalam tubuh. Akibatnya, bisa mengganggu peredaran darah dan berujung pada sesak napas.

"Sekarang banyak digunakan, pada remaja juga, lalu kebablasan, dosisnya tidak terkontrol, akhirnya keracunan nikotin," tutur Sudarto.

Terlebih lagi, kandungan yang ada pada rokok elektrik tidak hanya nikotin. Cairan nikotin ini juga mengandung zat yang dikatakan oleh Sudarto dapat membuat iritasi dan reaksi alergi. Begitupun uapnya yang terisap dan masuk ke saluran pernapasan.

Tidak hanya itu,  zat pelarut yang ada pada bahan isi ulang rokok ini mengandung senyawa yang bersifat karsiogenik. Menurut Sudarto, senyawa dengan sifat ini tidak lain adalah pemicu kanker.

Membantah prasangka umum, Sudarto menegaskan bahwa penggunaan rokok elektrik tidak masuk ke dalam program berhenti rokok. Maka, ia pun sama sekali tidak menyarankan penggunakan rokok jenis ini. "Salah persepsi seperti ini yang justru paling mengkhawatirkan," cetus dia.

Lebih berbahaya

Tidak berbeda, Herudian Ahmadin, dokter spesialis paru dari RS Paru Rotinsulu, Bandung, menyatakan bahwa zat apa pun selain oksigen bila masuk ke paru-paru bisa dianggap berbahaya. "Paru-paru itu steril."

Menurutnya, sedikit banyak kandungan nikotin yang ada, tetap bergantung pada kuantitas pemakaian. Padahal, rokok elektrik jelas tidak memiliki standar. "Apa pun yang namanya rokok tidak pernah direkomendasikan," tegasnya.

Ia pun cukup heran, mengapa rokok elektrik banyak disukai. Pasalnya, rokok ini terbilang mahal. Harganya berkisar Rp 200 ribu-500ribu per buah.

Bahkan, katanya, kandungan nikotin cair sebenarnya justru lebih berbahaya dibanding pembakaran langsung dari tembakau padat. Menurutnya, struktur zat cair akan lebih mudah terserap oleh paru-paru.

"Ya apa pun lah, namanya zat sisa masuk ke dalam tubuh jelas berbahaya," tuturnya.

Ia pun menyarankan, jika ingin berhenti merokok, pilihlah cara sehat. Misalnya, perokok bisa memilih permen sebagai penolong rasa pahit yang sering muncul akibat tidak merokok. Ia  meminta para perokok untuk menambah kegiatan positif. Keduanya untuk mengalihkan pikiran si perokok dari keinginannya merokok.

Selain itu, usaha untuk berhenti merokok, menurut dokter ini, harus dilakukan sesegera mungkin. Pasalnya semakin lama dilakukan, si perokok akan semakin sulit lepas dari rasa kecanduannya.

Namun, yang terpenting adalah motivasi. Begitupun dukungan dari orang sekitar yang juga akan sangat membantu.

Sementara secara umum, meningkatkan kasus kecanduan rokok di Indonesia, membuat tren penyakit paru berubah dalam beberapa tahun terakhir. Kata Heru, dulunya pasien paru terbanyak disebabkan infeksi, misalnya, penyakit TBC. c69 ed:khoirul azwar

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement