Senin 15 Sep 2014 15:30 WIB

Ancaman Kehidupan Bayi Prematur

Red:

Saat paling berbahaya dalam hidup bagi seorang  bayi prematur adalah ketika ia baru saja terlahir ke dunia. Persalinan prematur atau preterm merupakan salah satu penyebab terbanyak kematian bayi, selain karena infeksi. Periode satu menit setelah lahir sangat menentukan tindakan selanjutnya.

Angka kematian bayi  di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, yakni  32 : 1.000 kelahiran. Sementara itu, data WHO memperlihatkan bahwa sebanyak 15 juta bayi terlahir prematur setiap tahun. 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Lucky.R/ANTARA

Bayi Prematur

Di Indonesia, data WHO tahun 2013 menunjukkan angka kelahiran bayi pada  2010 sebanyak 4.371.800 jiwa. Dari jumlah tersebut,  satu dari enam yang lahir mengalami prematur atau  15,5 per 100 kelahiran hidup (675.700 jiwa) terlahir prematur. "Indonesia masuk lima besar dunia yang angka kelahiran prematurnya  tinggi," kata Esther Herlina Situmeang, dokter spesial anak RS Mitra Keluarga Bekasi Timur, pada acara Media Workshop "Kelahiran Bayi Prematur dan Penanganannya" di Jakarta, pekan lalu.  Kelahiran prematur masuk dalam delapan  besar penyebab kematian bayi.

 

Menurut Esther, tingkat kejadian persalinan prematur pada ibu hamil masih cukup tinggi. Data RSCM tahun 2013 menunjukkan 38,5 persen bayi terlahir prematur, sedangkan di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur, pada tahun yang sama, sebanyak 12 persen bayi lahir  prematur.

Bayi prematur  termasuk dalam kelompok bayi berisiko tinggi. Mereka terlahir di usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan barat badan kurang dari 2.500 gram. Hal itu membuat organ tubuh bayi belum cukup matang. Dengan tingkat kematangan tumbuh yang belum sempurna, bayi prematur berisiko tinggi mengalami  masalah kesehatan.

Esther menggambarkan bayi prematur sebagai bayi yang belum matang. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan  mulai dari suhu tubuh, saluran pernapasan, sistem jantung dan pembuluh darah, sistem saraf, metabolisme, dan pencernaan. Selain itu juga berakibat pada  terganggunya sistem kekebalan tubuh, pendengaran,  dan  penglihatan. "Karena itu, diperlukan penanganan dan perawatan khusus bagi bayi prematur," ujarnya.

Bayi prematur, Ester melanjutkan, membutuhkan penyesuaian suhu ruangan dan incubator. Pasalnya bayi ini terlahir dengan suhu tubuh yang rendah akibat kekurangan lemak tubuh. Suhu bayi harus dijaga untuk menjauhkan potensi hipotermi.

Kondisi hipotermi dapat merusak semua sistem dalam bayi. Kerusakan dapat terjadi seperti pada enzim dan oksigen yang gagal mengalir dengan baik.

Selain itu, sebanyak 25 persen bayi yang terlahir prematur tidak memiliki usaha napas yang baik. Petugas kesehatan harus memberikan surfaktan  untuk pematangan paru-paru. Ini dilakukan pada empat jam pertama ketika bayi lahir.

Sementara, otak bayi prematur hanya sebesar 2/3 ukuran otak bayi normal. Akibatnya, prematuritas otak ini akan menyebabkan mudah terkena cedera. Misalnya pendarahan otak yang diderita 12-15 persen bayi prematur.

Di samping itu, bayi prematur juga berpotensi  menderita gagal jantung dan hipotensi. Masalah gagal jantung akibat Patent Ductus Arteriosus (PDA) diderita 30 persen bayi prematur. PDA menyebabkan bercampurnya darah yang teroksigenasi dan yang belum teroksigenasi sehingga  meningkatkan tekanan arteri pulmonal. 

Ada juga risiko jangka panjang yang akan menghantui bayi prematur yang hidup. Esther menyebutkan, adanya risiko kelemahan sistem syaraf, gangguan pertumbuhan, problem tingkah laku, kegagalan di sekolah, dan  kejiwaan.

Deteksi kehamilan

Angka kelahiran prematur di Tanah Air  tinggi karena beberapa hal. Di antaranya kurangnya asupan gizi baik pada janin maupun sang ibu. "Kondisi di perkotaan  lebih mendukung karena banyaknya dokter spesialis yang bisa mendekteksi lebih dini, juga fasilitas yang lebih memadai tentunya," kata dokter  spesialis kebidanan dan kandungan RS Mitra Keluarga Bekasi Timur, Herman Trisdiantoro.

Ia menjelaskan, bagi wanita dengan riwayat keguguran atau melahirkan prematur harus mewaspadai kehamilan setelahnya. Wanita dengan keadaan ini lebih berisiko untuk kembali melahirkan bayi prematur. Faktor usia ibu juga berpengaruh. Semakin muda, kian berisiko ibu melahirkan prematur.

Selain itu, kondisi emosi juga berperan dalam hal ini. Terutama aktivitas padat yang berpotensi peningkatan stres hingga depresi. Begitu juga yang terjadi pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan.

Herman menambahkan, pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi. Salah satu faktor kelahiran prematur adalah adanya infeksi, yang disebabkan gaya hidup dan kebersihan organ.

Sebenarnya, lanjut dia, kelahiran prematur  bisa dideteksi melalui USG trans vagina. Hal itu dilihat melalui panjang cerviks. Semakin pendek yang terlihat pada kehamilan muda, risiko ini semakin tinggi.

Terdapat klasifikasi bayi prematur dari tingkat ekstrem ke yang paling ringan. Untuk tingkat ringan, bayi prematur terlahir antara 33 dan 34 minggu kehamilan (masa gestasi). Sedangkan berat lahirnya antara 1.500 dan 2.500 gram. Pada bayi prematur tingkat sedang, bayi terlahir antara 28 dan 32 minggu kehamilan, dan berbobot 1.000 dan 1.500 gram. Untuk bayi yang lahir sebelum 28 minggu  dengan berat lahir kurang dari 1.000 gram, berarti termasuk dalam prematur ekstrem. rep:c69 ed:khoirul azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement