Selasa 07 Apr 2015 15:00 WIB

inspirasi- Resika Cesaria, Si Ratu Cimol dari Banyumas

Red:

Hari-hari itu terasa bagai kemarin. "Sebelum berangkat sekolah saya goreng cimol dan membungkusnya, lalu titip di kantin," kata Resika Caesaria saat ditemui usai acara Bincang Inspiratif dalam rangka kick off program SATU Indonesia Awards 2015, di Jakarta, Selasa (24/3).

Hari-hari itu cukup lama berselang, saat Cika, sapaan akrabnya, masih du duk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Saat itu, ia harus memutar otak untuk membiayai sekolahnya, masih segar dalam ingatannya pada 2005 lalu, ketika ia dan keluarga tak mempunyai uang untuk membayar uang sekolah.

Perempuan asal Banyumas, Jawa Tengah, ini menjual cimol di sekolah. Usaha kecil-kecilan ini berjalan. Begitu ada tambahan sedikit modal, Cika menggunakan gerobak dan berjualan di depan rumahnya.

Kelezatan cimol buatan Cika sudah terkenal di antara teman-teman sekolahnya. Tak jarang, rekan-rekannya da tang ke rumah dan membelinya lang sung. Kebetulan rumah Cika dekat dengan sekolah. "Semenjak jualan di rumah, mereka lebih sering beli di sana karena mencari cimol yang masih hangat," ucap perempuan berusia 24 tahun ini.

Tahun berganti tahun. Dari modal awal Rp 120 ribu, kini Cika mampu me raup omzet Rp 90 juta per bulan. Bila sepuluh tahun lalu Cika kesulitan mencari biaya sekolah, namun kini berkat bisnis cimolnya, Cika mampu menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi, bahkan bisa merenovasi rumah dan membeli kendaraan.

Bukan dadakan

Peruntungan tak melalui jalan lempeng. Sebelum menjual cimol, Cika sempat menjajal peruntungan di bisnis batagor, namun kurang berhasil. "Lebih booming pasaran cimol," ujarnya. Cika menamai usaha kecilnya ini dengan nama Made Arizka yang merupakan singkatan dari nama-nama adik dan kakaknya, yaitu Maksi, Dewi, Agus, Riza, dan Cika. Cimolnya memiliki be berapa varian rasa, di antaranya pedas, jagung manis, balado, barbekyu, keju, dan piza.

Kini, Cika bukan lagi pedagang cimol gerobak. Ia menjelma menjadi ratu cimol yang memiliki 72 mitra bisnis dengan sistem waralaba. Berbeda dengan waralaba pada umumnya, Cika memberikan inventaris secara gratis mulai dari gerobak motor atau dorong, wajan, tempat bumbu, alat capit, sorok, hingga motor kepada para pemegang waralabanya.

Uniknya lagi, ia tidak mengambil hasil laba karena seluruh keuntungan diberikan kepada pelanggan dan pembayarannya dapat dilakukan setelah barang habis terjual. "Saya hanya meng ambil keuntungan dari penjualan bahan baku, itu pun hanya sedikit sekali," ucap perempuan yang memiliki empat karyawan ini.

Lewat caranya itu, Cika membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Mitra bisnisnya hanya berasal dari golongan ekonomi lemah. Ia tidak me neri ma calon mitra bisnis dari golongan menengah ke atas. "Saya hanya meneri ma mitra yang akan berjualan cimol sendiri, bukan mereka yang punya modal besar dan merekrut karyawan lagi untuk menjualkannya," jelas Cika.

Sebelum menyetujui kerja sama bisnis, biasanya ia menyurvei kehidupan si calon mitra. Para pengangguran yang ingin berbisnis tapi tidak memiliki modal juga bisa bekerja sama dengan Cika.

Cika merasa perekonomiannya sudah tertolong oleh kehadiran kudapan berbahan baku tepung singkong ini. "Saya sudah tertolong oleh cimol, saya juga ingin cimol ini menolong orang lain," kata dia.

Pernah suatu kali, Cika didatangi sa lah seorang mitranya. Ia berterima ka sih karena telah membuka jalan re zeki sehingga ia bisa menguliahkan tiga anaknya hingga menjadi sarjana. "Beliau datang membawa sebuah durian. Saya bersyukur karena bisa menjadi penghubung rezeki dari Allah untuk mereka. Ini kebahagiaan tersendiri untuk saya," ujarnya.

Tahun ini, Cika ingin mengembangkan sayap ke bisnis lain, tetapi ma sih dalam dunia kuliner. "Saya su dah menyiapkan dua jenis kuliner lain," ucapnya tanpa mau menyebut kannya.

Cika adalah lulusan dari salah satu sekolah tinggi di bidang kesehatan. Na mun, ia lebih memilih menjadi peng usaha dibanding berkarier di bidang ilmu yang dipelajarinya. Cika tak merasa ilmu yang diperolehnya sia-sia dan akan tetap bermanfaat bagi dirinya. Toh, ia sering diundang menjadi pembicara kesehatan di beberapa kesempatan. "Mudah-mudahan ilmu nya bisa bermanfaat dengan cara lain," harapnya. ¦ ed: nina chairani

***

‘Saya Yakin Rezeki Pasti Ada Saja’

Resika Caesaria berharap waralaba gratisnya dapat memudahkan masyarakat mewujudkan impian mereka. Untuk satu mitra, biasanya Cika mengeluarkan biaya Rp 4-5 juta. Uang sebesar itu untuk membiayai segala keperluan berdagang sang mitra. Semua biaya tersebut dalam tanggungan Cika. Kondisi ini terkadang membuat ia kesulitan. "Kendala bisnis ini adalah kekurangan modal, tapi saya yakin rezeki pasti ada saja," ucapnya.

Dalam menjalankan kemitraan, ia membuat perjanjian dengan rekan bisnisnya bahwa pembelian bahan baku berasal dari Cika. Jika di tengah jalan mitra tersebut berlaku "nakal", misalnya membeli bahan baku dari pihak lain atau membuatnya sendiri, Cika tak ambil pusing. "Saya niatnya mau menolong, kalau nanti ada yang berbuat begitu, itu urusan dia sama Allah SWT karena kan sudah berjanji," ucapnya.

Produksi cimol dilakukan di Banyumas. Made Arizka mampu memproduksi sekitar 50 ribu butir cimol per harinya. Sejauh ini kemitraan hanya ada di Banyumas dan Cilacap. Namun, Cika berharap, ke depannya kemitraan bisa menyebar ke seluruh nusantara sehingga dapat memberikan kesempatan bagi orang-orang yang butuh.

Guna mengembangkan inovasi cimolnya, Cika tak tanggung-tanggung menyambangi Bandung, Jawa Barat, yang menjadi tempat asal cimol. Sayangnya, Cika agak kesulitan mencari inspirasi di sana. Pasalnya, di Kota Kembang sendiri cimol sulit ditemukan sehingga tidak mudah mengembangkan varian cimolnya. "Saya pikir di Bandung banyak cimol, tapi ternyata susah menemukannya. Rotasi kuliner di Bandung cepat sekali," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement