Selasa 30 Dec 2014 17:00 WIB
money savvy

Investasi Barang Bermerek

Red:

Perempuan mana yang tak senang menenteng tas berlabel Louis Vuitton, Gucci, Hermes, atau Chanel? Ketika memiliki barang tersebut, rasa bangga terhadap penampilan pasti ada. Namun, kini gaya hidup kaum sosialita tersebut tak lagi sekadar demi penampilan.

Ragam merek dari tas branded tersebut bisa menjadi satu investasi. Harga jual tas bisa naik sekitar 30 persen setiap tahunnya. Sementara, harga barang second bisa naik sekitar 20 persen dari harga beli lima tahun sebelumnya.

Mengoleksi tas sekaligus investasi menjadi kegemaran bagi selebriti dunia sekaliber Victoria Beckham. Penyanyi sekaligus desainer busana ini memang kerap tampil stylish dengan busana dan aksesori dari brand ternama dunia.

Dilansir dari femalefirst.com, istri dari pesepak bola David Beckham ini malah rela menginvestasikan uangnya sekira Rp 23,7 miliar untuk sebuah tas Hermes bertabur berlian. Apalagi, tas tersebut khusus dibuatkan untuknya.

Victoria saat ini memiliki kurang lebih 100 buah tas Hermes Birkin. Salah satu di antaranya koleksi limited edition Birkin Himalaya yang juga kado spesial dari sang suami. Tas bertabur berlian senilai 80 ribu poundsterling ini hanya ada beberapa buah saja di dunia.

Gemar membeli tas branded sekaligus berinvestasi juga melekat pada gaya hidup Nadya Mulya. Aktris dan presenter televisi ini kerap menabung cukup lama untuk membeli salah satu tasnya. "Saya memang koleksi tas bermerek dan juga sepatu," kata Nadya saat ditemui dalam acara peluncuran produk kecantikan.

Menurutnya, tak masalah membeli barang mahal lantaran pada akhirnya bisa menghasilkan. Misalnya, tas dan sepatu mahal yang ia beli bisa dipakai untuk bekerja dan memberikan penghasilan.

Nadya sadar betul harga tas bermerek, mulai dari Chanel, Louis Vuitton, hingga Hermes yang menjadi favoritnya, bisa mengalami kenaikan hingga 10 persen tiap tahun. Karena itu, model tas klasik selalu menjadi favoritnya.

Tas bergaya klasik tergolong timeless sehingga modelnya tak lekang oleh waktu. Bagi Nadya, membeli tas dengan harga mahal sepadan dengan pekerjaan yang dimilikinya saat ini. Apalagi, kelak tas-tas tersebut juga bisa diwariskan pada putrinya.

Investasi unik

Lantas, bagaimana sih strategi berinvestasi pada barang-barang bermerek? Saat ini ada berbagai instrumen investasi yang bisa kita pilih, mulai dari investasi di logam mulia, rumah, hingga barang-barang bermerek (branded).

Dari ketiganya, investasi barang bermerek menjadi yang paling unik. Bagaimana tidak, selain menjadi instrumen investasi, barang bermerek bisa menjadi pelengkap penampilan. "Dari barang itu, kita mendapat keuntungan. Bisa digunakan sendiri, disewakan, atau dijual lagi," ujar perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Financial & Business Advisory, Andy Nugroho.

Andy mengatakan, barang bermerek yang sering dijadikan investasi sering kali erat kaitannya dengan dunia fashion seperti tas. Bahkan, ada beberapa orang yang khusus membeli tas bermerek untuk kemudian disewakan kepada perempuan yang ingin tampil gaya. Selain tas, motor atau mobil mewah juga bisa dijadikan investasi.

Investasi pada barang-barang bermerek tidak selalu untuk disewakan. "Beberapa ada yang hanya dijadikan sebagai barang antik. Nah, nanti setelah agak lama baru dijual," ucapnya. 

Return yang diperoleh dari investasi barang bermerek tergantung dari seberapa jauh kita mengeksplorasinya dan tidak ada patokan baku. "Seandainya barang tersebut tergolong antik, maka return-nya bisa tinggi, di atas 10-20 persen," ujar Andy.

Semakin langka barang tersebut, maka peminatnya semakin banyak. Jika si pelaku ingin return yang lebih banyak, ia bisa sering-sering menyewakannya.

Misalnya, jika ia membeli tas seharga Rp 5 juta, ia bisa menyewakannya dengan harga Rp 300-500 ribu. Dengan begitu, keuntungan yang diperolehnya bisa banyak, bahkan jika diakumulasikan bisa jadi setara dengan harga pembeliannya.

 ed: endah hapsari

***

Perhatikan Ini

Saat berinvestasi barang bermerek, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. "Yang terpenting barang tersebut harus asli," kata perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Financial & Business Advisory, Andy Nugroho.

Pasalnya, tidak akan ada orang yang mau menyewa jika barang tersebut palsu atau berkualitas KW. Kemudian, perawatan barang tersebut harus terjaga baik sehingga orang tertarik menyewa.

Berinvestasi di barang bermerek memiliki keuntungan sekaligus kelemahan. Keuntungannya berasal dari sisi return investasi. Artinya, dari barang investasi tersebut kita bisa memperoleh penghasilan, bahkan bisa menutup nominal yang kita keluarkan pada saat membelinya. "Kalau ini terjadi, sama saja kita membelinya secara gratis," ucapnya.

Sedangkan kelemahannya, barang bermerek haruslah mendapat perawatan telaten dan seksama. Mengingat barang bermerek identik dengan barang konsumtif, maka harganya cenderung turun seiring jalannya waktu. "Ini berefek pada saat kita mau menjualnya. Harga akan turun dibanding saat waktu kita beli," kata Andy.

Tak hanya itu, barang konsumtif juga kerap mengikuti tren masyarakat. "Kalau barang jenis itu tidak tren lagi, harganya turun karena minat berkurang," ujarnya. Hal ini pula yang membuat si pelaku investasi tidak bisa memasang harga tinggi karena khawatir barangnya tidak laku terjual.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement