Selasa 16 Dec 2014 17:00 WIB

Tewkesbury, Kota Abad Pertengahan

Red:

Tewkesbury adalah sebuah kota kecil yang berada da lam wilayah Glou cester, Inggris. Ko ta berpenduduk hanya sekitar 10 ribu jiwa ini telah ada sejak abad pertengahan (abad 5-15 M). Abad pertengahan dibagi dalam beberapa era. Diawali era Saxon (Tahun 500-1066), era Norman (1066-1154), era Plantegenet (1154-1485), dan era Tudor (1485-1603).

Menurut catatan sejarah, ke lompok pertama yang mendu duki Tewkesbury adalah orang Saxon, pada abad ke-7 M. Dari abad ke abad penduduk setempat mendirikan bangunan.

Di Inggris, seni arsitektur ba ngunan memiliki nama dan ciri khas tersendiri. Sebut saja, Tew kes bury Abbey. Tempat peribadatan yang awalnya berfungsi se bagai biara ini dibangun pada awal abad ke-11 tepatnya tahun 1087 di era Norman. Maka dari itu, gereja ini berseni arsitektur Norman.

Namun, dari bangunan-ba ngunan tua di kota tua ini, banyak yang berseni arsitektur Tudor. Tentunya karena dibangun pada masa Tudor. Atau masa Raja Henry I hingga Henry VIII plus Ratu Elizabeth (putri Henry VIII) berkuasa.

Ciri khas bangunan Tudor ter lihat dari tulang-tulang ba ngun annya yang terbuat dari kayu solid berkualitas tinggi. Tulang kayu tersebut dicat hitam, sedangkan temboknya dicat putih. Alhasil, tembok dan kayu dalam dimensi rata tersebut terlihat kontras, hitam putih, natural. Mungkin itu karena pada masa itu hanya ada dua cat yang tersedia. Entahlah.

Karena penasaran ingin me rasakan nuansa abad pertengah an, maka ketika kota ini meng ada kan perhelatan bertajuk Tew kesbury Medieval Festival, saya se ngaja bertandang ke sana. Kebe tulan dari kediaman saya di Wor cester hanya berjarak 25 km dengan waktu tempuh 20 menit saja.

Setibanya di sana, Tewkesbury tampak ramai. Sebelum menuju pusat kotanya, mobil diparkir di area parkir dekat bazar terbuka. Tampak puluhan stan meramai kan suasana bazar.

Mulai dari stan makananminuman, arena bermain anakanak seperti korsel dan sejenisnya. Ada pula stan buah dan sayur, stan tanaman, stan pakaian, stan pernak-pernik, bahkan stan buku bekas juga ada.

Khusus stan tanaman dan stan buah-sayur banyak diserbu pengunjung. Maklumlah kala itu awal musim panas. Masanya untuk berkebun. Di sini harga buah dan sayur jauh lebih murah dibanding harga supermarket.

Dua keranjang stroberi dibande rol tiga poundsterling (Rp 60 ribu). Anggur satu baskom kecil dibanderol 1,5 poundsterling (Rp 30 ribu). Dan emak-emak seperti saya pun dibuat kalap. Walhasil, dua tas keresek besar berisi buah dan sayur berhasil saya jinjing.

Setelah memasukkan belanjaan ke dalam bagasi, saya me lang kah menuju jalan utama, Church Street. Tiba di persimpangan Church Street, ramai se kali orang lalu-lalang. Begitu pun kendaraan, berseliweran. Kesan pertama tiba di Church Street, tam pak tugu di tengah persimpangan jalan. Namanya The Tewkesbury War Memorial. Tugu setinggi 7,5 meter tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada pahlawan Tewkesbury yang gugur dalam Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Tak jauh dari tugu terdapat community centre (gedung serbaguna) yang sedang menggelar ba zar serta pergelaran busana ke cil-kecilan yang digarap pendu duk lokal. Suasana kekeluargaan terasa hangat. Mungkin karena kota kecil sehingga antarwarga saling mengenal. Lepas dari community centre, saya menyusuri Church Street. Tak jauh dari sana, terdapat beberapa bar dan kafe yang dipe nuhi pengunjung. Maklumlah, wak tunya makan siang. Bar dan kafe tersebut menempati bangun an Tudor.

Meski bangunan Tudor tersebut sudah tua, namun masih ber fungsi sebagai tempat niaga. Se perti dijadikan salon, butik, toko suvenir, galeri, bahkan hotel dan lain sebagainya. Beberapa rumah Tudor terlihat telah doyong (miring). Meski demikian, kerentaan bangunan tersebut membuatnya bertambah cantik, antik, artistik, dan bernilai lebih.

Sesuai nama gelarannya, Tewkesbury Medieval Festival, jejeran rumah-rumah Tudor ter sebut banyak menjual barangba rang antik bertema abad per tengahan. Banyak pemburu ba rang antik keluar masuk memilah, memilih, dan menaksir barangbarang tersebut.

Karena saya bukan penggemar barang antik, maka saya cu kup puas dengan hanya melihatlihat saja. Lagi pula harganya lumayan mahal. Contohnya, sebuah lentera tua dibanderol 25 poundsterling atau sekitar Rp 500 ribu.

Seperti saya, banyak wisatawan lainnya yang menenteng kamera atau mengalungkannya. Tampaknya mereka turis dari luar kota. Inggris memang pintar mengiklankan gelaran wisata yang menarik minat pe ngun jung untuk bertandang. Seperti saya yang sengaja datang dari kota sebelah setelah mengetahui event ini dari sebuah koran lokal Worcester. ¦ ed: nina chairani

***

Tempat Berbagai Bangunan Tertua Tewkesbury

Jika Tewkesbury Abbey adalah bangunan sekaligus gereja tertua, maka The Black Bear adalah pub/bar tertua di kota ini. Pub/bar ini mulai beroperasi sejak 1308. Hingga kini The Black Bear masih setia melayani pelanggannya.

Setelah gereja/bangunan tertua dan pub tertua, masih ada lagi bangunan tertua lainnya, yaitu hotel tertua dan hunian tertua. Hotel tertua di Tewkesbury namanya Royal Hop Pole Hotel. Menurut catatan sejarah, hotel yang masih dalam ruas Church Street ini dibangun pada abad ke-15.

Salah satu indikasi bangunan ini dibangun pada abad ke-15 karena pada salah satu struktur ruangannya terdapat sebuah ruang pesta bergaya abad pertengahan. Tapi, ada pula yang memberikan data bahwa hotel ini berdiri pada abad ke-18. Bisa juga dibangun pada abad ke-15 dan direno vasi pada abad ke-18. Entahlah.

Hotel Royal Hop Pole memiliki 28 kamar dengan variasi harga mulai dari 55 hingga 85 poundsterling. Tergantung jenis kamar dan hari. Jika Anda beruntung Hotel Royal Hop Pole kadang memberikan potongan harga hingga 10 persen.

Charles Dickens, seorang novelis kenamaan Inggris, yang tak lain adalah pencipta tokoh Oliver Twist, pernah memasukkan setting tempat Hotel Royal Hop Pole ke dalam novel pertamanya yang berjudul The Pickwick Papers yang diterbitkan pada 1836. Kemudian, dibuat filmnya pada 1952 dan dibuat drama seri TV pada 1985.

Untuk hunian tertua di Tewkesbury bernama Abbey Cottages, dibangun pada abad ke-15. Bangunan memanjang, tiga lantai, dengan belasan pintu ini masih tegak berdiri. Letaknya masih dalam ruas Church Street. Bersebelahan dengan kompleks Tewkesbury Abbey. Seperti halnya bangunan Tudor lainnya, bangunan Abbey Cottages dibuat bertingkat.

Kini Abbey Cottages dijadikan museum, tempat usaha, perkantoran, ada pula yang masih berfungsi sebagai rumah. Museum yang menempati Abbey Cottages ini bernama John Moore Museum. Untuk memasuki museum yang diangkat dari nama seorang penulis ini pengunjung dikenai tiket masuk 3 poundsterling/dewasa dan 2 poundsterling/anakanak, sedangkan untuk balita gratis.

Tak henti-henti saya takjub dan terus memotret ba ngunan-bangunan di ruas Church Street. Termasuk ba ngunan Tudor yang berada di seberang Abbey Cottages, yaitu Restoran Owens. Interior restoran yang mematok harga 10-24 poundsterling untuk santapan utama ini sangat kental arsitektur Tudor.

Tulang-tulang penyangga bangunannya dibiarkan menonjol. Seperti pada dinding dan langit-langitnya. Begitupun lantainya, beralas kayu. Pun tiang di tengah ba ngunannya itu sendiri. Semuanya dibiarkan seperti bentuk asalnya.

Keunikan lainnya, di samping restoran tersebut terdapat sebuah gang kecil menuju perumahan warga. Nama gangnya Smith Court. Ini bukan satu-satunya gang berada di ruas jalan utama ini. Ada lagi gang bernama Turner’s Court, Yarnell’s Alley dan masih banyak lagi. Tuanya usia gang-gang tersebut terlihat dari material jalannya yang terbuat dari batuan yang sudah mengilat dimakan usia. Keberadaan gang-gang di ini merupakan sebuah bukti kota tua yang kala itu belum tercipta konsep kendaraan.

Saya terus melangkah hingga ujung Church Street. Di sana terdapat hotel Tudor bernama The Bell. Letaknya berseberangan dengan Tewkesbury Abbey. Untuk bisa menginap di sana, wisatawan harus mengeluarkan antara 75-85 poundsterling, tergantung jenis kamar dan harinya.

Tewkesbury Abbey

Cukup lelah juga menyusuri Church Street dari ujung ke ujung. Untuk melepas lelah, saya pun masuk ke area Tewkesbury Abbey. Di halamannya yang luas terdapat bangku-bangku kayu dan hamparan rumput menghijau. Selain saya, banyak pula wisatawan yang duduk-duduk di sana sambil berjemur santai. Ada pula yang ikut tur ke dalam gereja ini.

Kata Abbey merujuk pada arti biara. Biara di sini umumnya biara laki-laki. Awalnya, Tewkesbury Abbey merupakan tempat para biara menimba ilmu agama. Namun, seiring waktu, seperti halnya kebanyakan Abbey di Inggris, meluaskan fungsi menjadi gereja. Begitu pun dengan Westminster Abbey di London sana yang juga digunakan untuk mengikat janji suci pernikahan keluarga Kerajaan Inggris. Seperti halnya Kate Middleton dan Pangeran William dulu.

Sejak dibangun pada 1087, Tewkesbury Abbey meng alami perbaikan demi perbaikan dari abad ke abad lantaran kerusakan dan penyempurnaan bangunan. Termasuk di antaranya bagian menara Tewkesbury Abbey. Konon, menara Tewkesbury Abbey merupakan menara bergaya arsitektur Romawi yang terbagus di seluruh Inggris. Gaya arsitektur norman, gaya arsitektur pada awalnya, masih bisa dicirikan dari lengkungan-lengkungan detail pada bagian pintunya. Tak lupa saya mengambil foto-foto di tempat terakhir perjalanan saya ini sebelum kembali ke tempat parkir.

***

Fish and Chips, yang Murah dan Meriah

Setelah cukup jauh meng ukur jalan sepanjang Church Street dan sudut Tewkesbury lainnya, perut saya mulai protes minta diisi. Ke betulan di dekat Tewkesbury War Monument terdapat kedai Fish and Chips, makanan khas orang Inggris yang tak lain adalah kentang goreng dan ikan goreng tepung.

Alhamdulillah, kurang dari lima poundsterling satu porsi kecil fish and chips membuat saya kenyang. Selanjutnya saya menuju tempat parkir yang kala itu diramaikan oleh anak-anak yang akan mengikuti karnaval. Plus hiburan drum band membuat suasana makin semarak.

***

Naik Apa Habis Berapa?

Bagi pengguna kendaraan udara, Birmingham International Airport adalah bandara terdekat. Jika membawa mobil (pribadi/sewa), masukkan saja kode pos GL20 5RZ pada GPS. GPS akan menuntun Anda ke kawasan Tewkesbury Abbey. Stasiun kereta Ashchurch for Tewkesbury adalah stasiun terdekat menuju Church Street. Jika menggunakan bus, silakan pilih bus nomor 41 ataupun 42. Menginap di Mana?

Meskipun kota kecil, Tewkesbury memiliki banyak hotel. Baik hotel yang menempati bangunan beratus tahun seperti saya sebutkan di atas tadi (Hotel The Bell dan Hotel Royal Hop Pole) maupun hotel yang menempati gedung modern seperti Premier Inn.

Namun, untuk bisa merasakan nuansa abad pertengahan hotel-hotel Tudor ini memberikan nilai lebih. Untuk harga per malamnya bervariasi mulai dari 40 sampai 80 poundsterling. Tergantung jenis kamar, hari, jumlah orang dan sebagainya. Meski menempati bangunan tua, hotel Tudor dilengkapi wifi, air panas, TV flat, dan fasilitas lain layaknya hotel di bangunan modern umumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement