Selasa 09 Dec 2014 13:00 WIB

kesehatan- Kebersihan Toilet Sekolah

Red:

Kondisi toilet sekolah di Indonesia secara umum masih jauh dari ideal. Gambaran yang sama tampak dominan pula di Ibu Kota. "90 persen sekolah tidak mempunyai toilet yang layak," ucap Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia, Naning Adiwoso, dalam konferensi pers Gerakan Toilet Higienis 2014 yang digelar Domestos pada akhir November (18/11) lalu di Jakarta.

Toilet sekolah di DKI Jakarta jumlahnya masih belum sebanding dengan jumlah siswa. Perbandingan idealnya, ada satu toilet untuk tiap 25 siswa SD, satu toilet untuk tiap 50 siswa SMP, dan perbandingan yang lebih banyak lagi untuk sarana pendidikan jenjang berikutnya. Di samping jumlahnya yang memang kurang, kondisi tersebut terjadi salah satunya akibat alih fungsi toilet.

Selain itu, masih banyak sekolah yang tidak menyediakan tempat cuci tangan di toiletnya. Ketersediaan air untuk membasuh dan menyiram toilet serta bau tak sedap juga menjadi masalah umum di sekolah. "Toilet sekolah pun kerap tak memiliki tempat sampah tertutup yang cukup," ujar Naning yang telah meninjau lebih dari 100 sekolah di Ibu Kota.

Secara desain, toilet sekolah semestinya dirancang sesuai dengan usia pemakainya. Toilet untuk anak usia sampai lima tahun sebaiknya bercat warna cerah, memiliki ventilasi yang cukup, mempunyai wastafel dengan ketinggian yang pas, dan tanpa kunci pintu. Anak usia delapan sampai 11 tahun memerlukan gambar-gambar panduan menjaga kebersihan untuk mengingatkannya tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Selanjutnya, untuk anak-anak di atas usia 11 tahun, privasinya harus terjaga dengan adanya pembatas antara toilet laki-laki dan perempuan. Tempat pembuangan pembalut juga mesti tersedia.

Toilet yang higienis mesti terjamin bersih, aman, dan kering. Kenyataannya, toilet sekolah sering kali kurang ventilasi dan cahaya sehingga lembab dan jamur mudah tumbuh subur di dalamnya. Lantai toilet sekolah pun banyak yang kemiringannya kurang pas. Alhasil, toilet menjadi becek.

Toilet sekolah bahkan kerap tidak dilengkapi peralatan dan pembersih yang memadai. Toilet sekolah harus mempunyai petugas kebersihan khusus yang mengerti cara membersihkan toilet yang benar. Petugas harus membersihkan toilet setelah tiga orang memakainya.

Toilet siswa sebaiknya berdekatan dengan toilet guru untuk menghindari terjadinya vandalisme oleh siswa. Menciptakan toilet higienis butuh komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, sekolah, orang tua, maupun siswa sebagai pengguna toilet. "Penggunanya harus bertanggung jawab dan sadar bahwa setelah ia akan ada orang lain yang memakai toilet," ucap Naning. ed: reiny dwinanda

***

Dampak Bagi Siswa

Gara-gara toilet di sekolahnya tidak higienis, banyak siswa yang merana lantaran memilih menahan "panggilan alam". Padahal, menahan buang air bisa mengganggu konsentrasi belajar. "Siswi yang sedang haid bahkan ada yang enggan masuk sekolah di tiga hari pertama menstruasi karena di toilet sekolah tak ada tempat untuk membuang pembalut bekas," ujar Naning menceritakan temuannya saat survei kelayakan toilet sekolah.

Data dari UNICEF menyebutkan, secara umum 37 persen populasi di dunia belum bisa menikmati fasilitas toilet bersih. Akibatnya, sepertiga persen masyarakat dunia terinfeksi cacing. "Selain itu, sebanyak 1.800 anak meninggal setiap harinya karena diare," kata dr Rouli Nababan SpA.

Di Indonesia, 45 persen penduduk belum menikmati toilet bersih, termasuk saat di sekolah. Toilet kotor dapat mengakibatkan kuman mudah tumbuh dan toilet pun menjadi sumber penyakit. Rouli menyebut setiap 20 menit kuman akan berkembang biak. Dalam 24 jam, kuman akan berkembang menjadi delapan juta sel.

Kuman-kuman di toilet bisa menyebabkan anak terjangkit penyakit, utamanya penyakit yang menular lewat air. Contohnya sakit perut, hepatitis A, cacingan, dan tifus. Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk, misalnya kaki gajah, juga rentan menjangkit pengguna toilet yang kotor. Demikian pula penyakit yang berhubungan dengan air, seperti demam berdarah. "Toilet sekolah yang kotor akan membuat anak sakit dan otomatis prestasi mereka menurun," ucap dokter spesialis anak ini.

Saat anak berada di toilet yang kotor, bakteri akan menempel di tangan mereka. Tanpa sadar anak kemudian menyentuh wajah, rambut, hidung, mata, dan bagian tubuh lain sehingga bakteri masuk ke dalam tubuh mereka. Bakteri-bakteri tersebut bisa menyebabkan berbagai penyakit. "Anak bisa terkena diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan cacingan," kata Rouli.

Diare disebabkan oleh bakteri Ecoli. Bakteri tersebut banyak berada di toilet. "Kalau anak tidak cuci tangan setelah ke toilet lalu kemudian makan, bakteri tersebut tanpa disadari ikut masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan diare. "Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir bisa menurunkan risiko diare hingga 31 persen," jelas Rouli.

Sedangkan ISPA, selain disebabkan oleh bakteri Streptococcus, juga bisa diakibatkan virus Rhino. Virus ini bisa menempel di tangan anak dan akan menjangkit ketika tangan yang kotor menyentuh hidung. Di saat ketahanan tubuh anak sedang lemah, ia akan lebih mudah terkena ISPA.

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan tidak dicuci dengan sabun akan terkontaminasi serta dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain. Untuk itu, penggunaan sabun saat mencuci tangan sangat dianjurkan. Memang, menggunakan sabun dalam mencuci tangan menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih lama di dalam toilet. Akan tetapi, langkah ini efektif membunuh kuman.

Bagaimana jika air di toilet sekolah kurang bersih? Air yang kotor telah terkontaminasi bakteri, tak patut digunakan untuk membasuh. Sebaiknya anak menggunakan tisu untuk menyeka kotorannya. "Jangan lupa mencuci tangan terlebih dulu," kata Rouli menyarankan.

Sebetulnya, dibandingkan menggunakan hand sanitizer, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir jauh lebih ampuh membunuh kuman. Apalagi, penggunaan hand sanitizer secara berlebihan bisa menyebabkan ketidakseimbangan antara kuman jahat dan kuman baik yang secara alami terdapat di tangan. "Namun, dalam kondisi darurat, seperti saat tidak ada air bersih untuk membersihkan tangan, hand sanitizer dapat menjadi solusi," jelasnya. rep: qommarria rostanti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement