Selasa 25 Nov 2014 20:37 WIB

jalan-jalan- Melihat Pemujaan Kartikeyi di Batu Caves

Red:

Penggemar serial Mahadewa yang ditayangkan di salah satu saluran televisi swasta, tentu tak asing dengan Kartikeyi. Dia adalah salah satu dewa Hindu, anak dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Kartikeyi memiliki banyak nama. Dia dikenal juga dengan nama Skanda, Subramaniyan, dan Murugan.

Nama yang terakhir ini digunakan oleh para penganut Hindu Tamil dan banyak dipuja di wilayah-wilayah yang penduduknya merupakan keturunan etnis Tamil, seperti di India bagian selatan, Sri Lanka, Mauritius, Malaysia, dan Singapura. Bahkan di Sumatra Utara dan Aceh pun terdapat keturunan Hindu Tamil yang memuja Dewa Murugan.

Perayaan pemujaan terhadap Dewa Murugan atau Kartikeyi ini dikenal dengan nama Festival Thaipusam. Thaipusam diadakan pada bulan Thai menurut penanggalan Tamil yang biasanya jatuh pada akhir Januari atau awal Februari.

Legenda Thaipusam

Ada beberapa versi mengenai legenda perayaan ini. Salah satunya adalah versi yang mengatakan bahwa Thaipusam merayakan peristiwa saat Dewi Parwati memberikan senjata tombak suci kepada Murugan untuk menghancurkan setan Soorapadman yang telah mengganggu ketenangan para dewa dan resi. Dewa Murugan akhirnya berhasil mengalahkan Soorapadman pada hari Pusam Nakshatra di bulan Thai dalam penanggalan Tamil.

Versi lainnya mengatakan bahwa Dewa Murugan menguji kesetiaan Idumban, salah seorang murid Maha Resi Agastya. Idumban diperintahkan oleh sang Maha Resi untuk membawakan dua buah bukit dari bumi yang merupakan milik Dewa Murugan. Dewa Murugan lalu berubah bentuk menjadi seorang anak kecil dan menantang Idumban yang berupaya mencabut bukit tersebut. Idumban terus mencoba melawan, namun akhirnya kalah.

Dewa Murugan pun akhirnya menampilkan wujud aslinya. Dia memuji kesetiaan dan pengabdian Idumban terhadap sang guru dan mengangkat Idumban sebagai pengawalnya. Dewa Murugan juga mengatakan bahwa siapa saja yang datang mempersembahkan kavadi kepadanya, maka akan mendapatkan berkah darinya. Kavadi yang dibawa oleh para peziarah saat ini adalah perwujudan dari bukit yang harus dipikul oleh Idumban. Simbol-simbol seperti tombak, bulu burung merak, dan pecahan buah kelapa yang menjadi ciri khas Thaipusam berasal dari legenda-legenda yang melatarbelakangi munculnya perayaan ini.

Perayaan Thaipusam di Malaysia   

Pada awal 2013 yang lalu, saya berkesempatan melihat langsung festival Thaipusam di Malaysia. Salah satu perayaan Thaipusam yang terkenal di Malaysia adalah di Batu Caves. Perayaan Thaipusam Malaysia yang terkenal lainnya diadakan di Penang. Ajang perayaan Thaipusam baik yang dilaksanakan di Batu Caves atau pun Penang, mampu menarik jutaan turis karena memang merupakan ajang tahunan. Saat itu kereta yang saya tumpangi menuju Batu Caves dipenuhi oleh turis mancanegara dan warga lokal yang ingin menyaksikan Thaipusam.

Warga lokal banyak yang datang bersama anggota keluarganya. Di wilayah-wilayah seperti Kedah, Kuala Lumpur, Putrajaya, Johor, Negeri Sembilan, Perak, Penang, dan Selangor, Thaipusam ditetapkan sebagai hari libur khusus oleh pemerintah setempat. Rangkaian kegiatan perayaan Thaipusam di Kuala Lumpur diawali di kuil Sri Maha Mariamman yang terletak di Bandar Road, lalu rangkaian prosesi akan berakhir di Batu Caves. N ed: nina chairani

***

Tibalah di Batu Caves

Batu Caves adalah sebuah situs kuil Hindu yang berjarak sekitar 13 kilometer di utara Kuala Lumpur. Batu Caves merupakan bukit-bukit kapur yang memiliki beberapa buah gua. Festival Thaipusam sudah diselenggarakan di Batu Caves sejak 1892. Para pengunjung tidak dikenakan tiket masuk apa pun untuk memasuki area festival.

Keluar dari stasiun kereta, kita langsung berhadapan dengan situs Batu Caves. Selain patung raksasa Dewa Murugan atau Kartikeyi setinggi 42,7 meter berwarna emas, di sana terdapat juga patung raksasa Hanoman berwarna hijau setinggi 15 meter.

Patung raksasa Murugan ini konon katanya adalah patung Murugan terbesar di dunia. Di bagian paling kiri kompleks situs Batu Caves terdapat kuil Hanoman, letaknya berdekatan dengan patung Hanoman. Pada hari-hari biasa, pengunjung bisa melihat banyak monyet berkeliaran di sekitar Batu Caves, namun saat itu saya tidak melihat satu monyet pun, mungkin karena terlalu ramainya pengunjung sehingga monyet-monyet pun enggan berkeliaran. N

***

Meriahnya Thaipusam   

Saat festival berlangsung, situs Batu Caves dipenuhi oleh stan-stan pedagang yang menjajakan mulai dari CD lagu-lagu dan film, pakaian, aneka aksesori, makanan, sampai stan yang menawarkan jasa lukis hena.

Untuk jasa lukis hena, biayanya berbeda-beda tergantung tingkat kerumitan gambar yang dipilih, berkisar antara 5 RM sampai 20 RM. Saya pun mencoba jasa lukis hena ini, pelukisnya sangat terampil melukis tangan saya mengikuti pola gambar yang saya pilih.

Jika selama ini Anda penasaran dengan manisan yang sering ditampilkan di film-film India, Anda bisa mencobanya di salah satu stan penjual manisan. Ada juga penjual yang memasak langsung makanannya, jadi Anda bisa melihat cara pembuatannya.

Sayangnya, banyak makanan yang dijajakan tidak ditutupi sehingga terpapar debu dan lalat. Saya jadi urung mencoba karena alasan tersebut. Area festival pun tampak kotor karena banyak sampah-sampah plastik berserakan sehingga mengganggu pemandangan. 

Musik terdengar bersahut-sahutan antara satu stan penjual CD dengan stan lainnya, masing-masing memutar musik dengan pengeras suara. Meski saya sendiri adalah penggemar budaya India, termasuk film dan lagu-lagu dari Bollywood, tapi tak satu pun lagu yang diputar akrab di telinga saya.

Ini karena mayoritas umat Hindu Malaysia berasal dari etnis Tamil dan berbahasa Tamil, maka lagu dan film yang lebih populer menggunakan Bahasa Tamil. Pusat industri film mereka di Kota Chennai, lebih tepatnya di daerah Kodambakkan atau yang disebut juga dengan Kollywood.

Sementara film-film dan artis India yang populer di Indonesia adalah yang menggunakan Bahasa Hindi dan pusat industrinya di Kota Mumbai atau yang sering disebut sebagai Bollywood. Selain stan-stan pedagang, terdapat juga arena bermain, saya sempat agak heran melihat satu bianglala besar beroperasi di sana.

Dalam festival ini, antara hiburan dan ritual ibadah bisa berjalan berdampingan. Di satu sisi, musik disko ala India berdentum keras, di sisi lain peziarah-peziarah dengan khidmat berdoa di kuil. Ternyata alunan musik yang menghentak juga menjadi salah satu cara menyemangati para pembawa kavadi yang sedang berjuang menuju puncak gua. n

***

Pendakian Para Pembawa Kavadi

Pusat acara ada di dalam gua di puncak Batu Caves, dilaksanakan para peziarah yang datang khusus untuk memberikan persembahan kepada Dewa Murugan. Dari jauh terlihat rombongan para peziarah membawa kavadi mengular membentuk barisan antrean dari bawah anak tangga hingga ke atas puncak Batu Caves.

Sebetulnya arti dari kavadi sendiri adalah beban. Namun, biasanya Kavadi ini berupa semacam kerangka yang dipikul di bahu para peziarah, terbuat dari kayu atau logam yang dibentuk menjadi sebuah dekorasi cantik dengan hiasan bunga dan bulu merak. Ada kavadi yang tingginya mencapai hingga dua meter. Bentuk kavadi ini pun berbeda-beda. Ada kavadi yang dilengkapi dengan pengait atau kawat besi yang dikaitkan ke tubuh pembawanya.

Menurut informasi yang saya baca, para pembawa kavadi ini harus melakukan ritual khusus beberapa hari sebelumnya. Seperti menjalankan selibat, tidak minum alkohol, dan puasa khusus. Ini dilakukan sebagai pembersihan diri. Biasanya para peziarah ini datang dengan rombongan keluarga serta teman yang menjaga dan mengawal si pembawa kavadi. Rombongan ini membawakan air minum dan juga kursi agar si pembawa kavadi bisa duduk sambil menunggu saat para peziarah ini harus berhenti sebentar dalam perjalanan menuju gua di puncak yang sangat panjang.

Anak tangga menuju ke puncak gua berjumlah 272 anak tangga. Diperlukan tenaga dan tekad yang luar biasa untuk bisa berjalan mendaki sambil membawa kavadi yang beratnya bisa mencapai puluhan kilogram tersebut. Di tengah hari yang panas, para pembawa kavadi ini berjalan tanpa alas kaki.

Banyak peziarah yang melukai dirinya dengan menusukkan besi atau mengaitkan kaitan logam ke tubuh mereka. Ini sebagai bentuk pengorbanan dan penyerahan diri kepada Dewa Murugan dan penyucian diri.

Selain membawa kavadi yang dihias dengan meriah, para peziarah ada juga yang datang dengan membawa susu yang ditaruh di dalam kendi perak, serta persembahan lainnya untuk Dewa Murugan. Bentuk penyerahan dan penebusan dosa yang juga banyak dipraktikkan adalah dengan mencukur habis rambut. Peziarah wanita pun banyak yang menggunduli kepala mereka. Peziarah-peziarah ini umumnya datang dengan permohonan tertentu, seperti disembuhkan dari penyakit, agar bisa lulus ujian, mendapatkan pekerjaan, dan lain-lain. Banyak para peziarah yang mengalami kondisi trans.

Mereka tidak hanya berasal dari Malaysia, tapi juga ada yang khusus datang dari India dan Sri Lanka untuk merayakan Thaipusam di Batu Caves. Pakaian berwarna kuning atau oranye adalah warna yang banyak dipilih oleh para peziarah.

Ada juga peziarah yang datang dengan memakai kostum khusus seperti kostum Dewa Siwa dan tokoh-tokoh dalam agama Hindu lainnya. Para peziarah yang datang tidak hanya bersembahyang dan berdoa di kuil, di dalam gua, dan di puncak, banyak juga peziarah lainnya yang berdoa di kuil-kuil yang tersebar di area situs Batu Caves.

Saya tidak ikut mendaki sampai ke gua di puncak, namun sudah terbayang pendakian yang pasti melelahkan itu, meski saya tidak membawa beban seperti yang dibawa oleh para peziarah. Saya pun takjub melihat kesungguhan mereka. n

***

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

Bagi Anda yang datang untuk menyaksikan meriahnya festival Thaipusam di Batu Caves, jangan lupa siapkan topi atau payung untuk melindungi kepala Anda dari teriknya sinar matahari. Festival ini diadakan di tempat terbuka dan jarang ada tempat untuk berteduh. Siapkan juga air minum untuk mencegah dehidrasi, Anda bisa membawa sendiri atau membeli di tempat. Banyak tersedia penjual makanan dan minuman saat festival berlangsung. Sebaiknya kenakan pakaian dari bahan yang mudah menyerap keringat. Dan karena ini adalah tempat ibadah, sebaiknya tidak memakai pakaian yang terlalu terbuka seperti hot pants atau rok mini. Lebih amannya kenakanlah pakaian yang panjangnya di bawah lutut.

Sebaiknya utamakanlah peziarah yang ingin berdoa karena ini adalah hari besar bagi umat Hindu dan kita sebagai turis harus pandai bersikap. Perhatikan area-area yang Anda datangi karena ada beberapa area yang mewajibkan para pengunjung untuk melepas alas kaki.

Jangan sampai Anda nanti dianggap sebagai turis yang tidak sopan hanya karena lupa melepas sepatu saat memasuki kuil. Jaga juga barang bawaan Anda, dengan ramainya pengunjung, kita harus berhati-hati agar tidak menjadi korban pencopetan karena aksi kejahatan bisa terjadi di mana saja, bahkan saat sedang berlibur. Sayang sekali kan kalau liburan Anda berantakan karena dompet Anda kecopetan.

Tahun depan, Thaipusam akan jatuh pada hari Selasa 3 Februari. Bagi Anda yang tertarik untuk menyaksikan festival ini, Anda bisa mulai mempersiapkan rencana liburan Anda dari sekarang. Kalau pun Anda tidak datang saat Thaipusam berlangsung, Batu Caves tetap layak menjadi salah satu tujuan wisata Anda jika sedang berkunjung ke Kuala Lumpur. Untuk berkunjung ke Batu Caves minimal luangkan waktu sekitar 2 sampai 3 jam. n

***

Naik Apa ?

Di bandara kota-kota besar Indonesia, seperti Bandung, Jogja, Balikpapan, dan Makassar sudah tersedia penerbangan langsung ke Kuala Lumpur. Dari Kuala Lumpur ada beberapa pilihan transportasi umum menuju Batu Caves.

Jika Anda memilih kereta, maka Anda bisa naik kereta komuter dari stasiun KL Sentral. Jika Anda menginap di Bukit Bintang, maka naik monorail ke KL Sentral, baru dilanjutkan dengan kereta ke Batu Caves.

Sebelum berangkat ke Kuala Lumpur, saya sempat riset sedikit tentang harga tiket dari KL Sentral ke Batu Caves dan info yang saya dapat tiketnya seharga 2 RM untuk satu kali jalan. Tetapi pada saat saya berkunjung ke sana, Pemerintah Malaysia memberikan harga khusus selama berlangsungnya festival Thaipusam. Saya hanya membayar 1 RM per tiket menuju Batu Caves. Barulah pada saat kembali ke KL Sentral, harga tiketnya normal yaitu 2 RM per penumpang. Perjalanan dengan kereta memakan waktu sekitar 30 menit.

Batu Caves juga bisa dicapai dengan menumpangi bus umum no 11 atau 11D dari Pudu Raya, atau bus no U6 dari Titiwangsa. Jika menggunakan bis, waktu tempuhnya sekitar 45 menit atau bahkan lebih karena kepadatan lalu lintas yang tidak bisa diduga. Begitu juga halnya jika Anda memilih menggunakan taksi. Jika ingin naik taksi di Kuala Lumpur, maka Anda harus pintar-pintar menawar jika ingin mendapatkan harga terbaik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement