Selasa 09 Sep 2014 16:00 WIB
siesta

Berbagi Cerita Perjalanan

Red:

Banyak Muslimah yang gemar melancong rajin menuliskan cerita perjalanannya. Mereka berbagi cerita melalui blog dan akun media sosialnya. Dari situ, kisah mereka menyebar luas hingga dimuat di media massa dan bahkan dibukukan. Ketiga travel writer berikut ini berbagi inspirasi untuk Muslimah lain yang ingin mengikuti jejak mereka.

***

Muslim di Eropa

Sering travelling, Irawati Prillia mulai tergerak menuliskan cerita perjalanan sejak 2009. Niat awalnya hanyalah membuat kenang-kenangan berdasarkan pengalaman wisata keluarganya. Cerita tersebut ia unggah di blog pribadinya www.keluargapelancong.net. Tiga tahun kemudian, ia melihat peluang membuat artikel wisata untuk media cetak. "Alhamdulillah sejak itu saya jadi rajin menulis artikel jalan-jalan."

Tak lama sejak mulai menulis, Ira mendapatkan tawaran menarik. Seorang editor majalah travelling memintanya untuk menuliskan pengalaman Ira saat melancong ke Maroko. "Ini mimpi penulis baru yang menjadi kenyataan," ujarnya bangga.

Sejak saat itu, Ira merintis jalan untuk menjadi travel writer yang tepercaya. Ia mencoba merespons cepat permintaan editor. Jika ada editor yang memintanya menulis, ia berusaha mengirimkan artikelnya sebelum tenggat waktunya berakhir. Demikian juga saat diminta membuat revisi. Ia kerjakan sebisa mungkin. Selain itu, ia belajar untuk menyunting karya sendiri sebelum dikirimkan.

Ira berjalan-jalan dengan biaya pribadi. Dengan begitu, ia merasa tak ada beban untuk menulis secara objektif. Namun, karena Ira tinggal di Jerman dan perjalanan yang ia lakukan sebagian besar di Eropa, maka cerita wisata yang ia tulis pun kebanyakan tentang Eropa. Ia senang menuliskan kehidupan Muslim di Eropa. Salah satu kisahnya menceritakan perkampungan yang dihuni kelompok Muslim di Barcelona, Spanyol, atau Brussel, Belgia. Untuk merasakan atmosfer Islami yang lebih kental, ia tak luput  mencari masjid yang bisa disambangi. Dari perjalanannya, ia bisa berbagi tip untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di Eropa, tak terkecuali tentang makanan halal yang bisa ditemukan di sana.

Tulisan Ira di blognya mendapat respons positif dari pembaca. Tak terbilang jumlah surel yang masuk mengabarkan artikelnya informatif dan menjadi pegangan pelancong yang ingin mengunjungi tempat yang sama. Ada pula yang mengabarkan mereka terinspirasi untuk berwisata ke lokasi yang Ira ceritakan. "Saya merasa bahagia bisa jalan-jalan dan menuliskan cerita perjalanan," tutur Ira.

Berjalan-jalan dan menulis merupakan passion Ira. Semangat dan minatnya yang besar pada kedua bidang tersebut membuatnya tak mudah patah arang ketika berhadapan dengan kendala. Perempuan kelahiran Jember, 5 April 1977, ini mengaku terkadang mood menulisnya naik-turun. "Kalau tak ada tenggat yang harus dipenuhi, biasanya saya beneran berhenti menulis sampai mood-nya datang lagi," ujarnya.

Sampai sekarang, Ira masih rajin menulis blog. Ia juga kerap menulis untuk majalah, koran, dan tabloid. Cerita perjalanan Ira telah dibukukan secara indie. "Isinya bukan saja artikel yang pernah dimuat di media massa, ada juga yang kisah lainnya."

***

Bepergian Bersama Anak

Muna Sungkar termasuk travel writer yang baru meramaikan jagat penulisan cerita perjalanan. Awalnya, ia sekadar mengisi waktu luang dan berbagi cerita tentang tempat-tempat yang asyik untuk dikunjungi. Mendapati ceritanya direspons positif oleh pembaca blog www.momtraveler.com, ia tergerak untuk menekuni dunia yang memang sudah dicintainya sejak dulu, yakni menulis dan travelling.

Setelah menjadi bloger yang cukup dikenal, Muna mencoba mendaftar sebagai penulis lepas di laman traveling. Sejak itu ia mulai rutin mengirim naskah ke laman tersebut. Selain itu, ia juga mengirimkan tulisannya ke sejumlah media cetak. "Semua alternatif saya coba untuk bisa memublikasikan cerita perjalanan saya."

Dari pengalamannya, Muna menyimpulkan jurus terampuh untuk dikenal sebagai penulis cerita perjalanan ialah rajin berbagi artikel di media sosial. Jurus berikutnya, bergabunglah dengan komunitas jalan-jalan. Berbekal dua jurus andalan, dalam tempo dua tahun, ia mampu menerbitkan buku solo dengan judul Momtraaveler's Diary pada Juni 2014. Buku tersebut merupakan catatan perjalanan seru Muna bersama si kecil. Meskipun belum setenar Trinity, ia mulai menjadi rujukan masyarakat pelancong, terutama yang ingin bepergian bersama anak.

Muna merasa perjalanannya semakin bermanfaat setelah berbagi cerita dengan pembacanya. Dengan berbagi informasi seputar traveling orang lain akan terpacu semangatnya untuk berwisata. "Minimal mereka bertambah ilmu dan makin cinta dengan Bumi yang indah ini."

Dengan menjadi travel writer, Muna mendapat banyak teman, makin sering berwisata, dan beberapa kali mendapat job review. Alhasil, selain ilmunya bertambah, kantong perempuan kelahiran Cirebon, 3 Juli 1983, inipun semakin tebal. "Seiring waktu, saya menemukan passion saya adalah menuliskan cerita perjalanan bersama anak dan itulah spesialisasi saya," ujar perempuan yang juga berprofesi sebagai dosen di Fakultas Komunikasi Unissula Semarang, Jawa Tengah.

Muna melihat belum banyak travel writer dengan spesialisasi yang sama sepertinya. Kebanyakan penulis cerita perjalanan fokus pada solo travelling. "Saya adalah seorang ibu dan dunia ibu pastinya nggak jauh dari anak. Sejak ananda masih bayi, dia selalu ikut ke manapun saya melancong. Pengalaman itulah yang saya bagikan dalam tulisan."

Agar pembaca dapat memetik banyak manfaat dari tulisannya, Muna berusaha memuat informasi selengkap mungkin. Ia tak luput memberi tahu akses menuju lokasi, aktivitas yang bisa dilakukan anak di lokasi wisata, kuliner khas yang wajib dicoba, bujet yang diperlukan, dan aneka tip. "Saya ingin pembaca terbantu untuk merancang perjalanannya dengan membaca tulisannya saya."

Dalam menulis, Muna mengutamakan prinsip jujur dan informatif. Ia rajin memperbarui blog dan menjawab semua pertanyaan dari pembaca melalui blog dan media sosial terkait wisata. "Mungkin karena saya responsif maka banyak yang sering bertanya kepada saya."

Bagaimana cara Muna mempertahankan objektivitas dalam menulis? Muna mengaku terkadang susah juga untuk objektif mengulas lokasi wisata yang memukau. Agar tak terlalu memuji, ia berusaha menyampaikan sisi minus sebuah tempat wisata. "Supaya artikelnya berimbang, terkadang saya juga memberikan perbandingan."

***

Pengalaman yang Berbeda

Shintaries Nijerinda Mirantaura sudah sering travelling saat masih kuliah. Dua tahun silam, ia terjun ke dunia penulisan cerita perjalanan. Ia memulainya dengan menulis blog www.shintaries.com. Ia berpendapat, tulisan itu penting karena pengalaman setiap orang selama melancong pasti berbeda-beda, meski ada juga yang sama. "Saya berharap tulisan tersebut bermanfaat untuk menjawab keingintahuan wisatawan dan memberikan pengalaman melancong bagi pembaca," ucap perempuan kelahiran Grobogan, 10 April 1984 ini.

Ketika berwisata, Shinta menemukan banyak pengalaman. Tak semuanya berlangsung mulus. Ia lantas menceritakan pengalamannya lengkap dengan solusi yang ia lakukan untuk mengatasi kendala. "Saya pikir, wisatawan perlu mengetahuinya dan saya senang berbagi tip travelling," papar ibu dua anak ini.

Pembaca tulisan Shinta akan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai cara berkunjung ke suatu tempat wisata. Pencarian tiket murah, pengurusan dokumen, persiapan, dan perlengkapan perjalanan tertera di artikelnya. Demikian pula dengan kisah perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. "Saya berusaha menulis dengan objektif dan jujur sehingga tulisannya dapat dipertanggungjawabkan."

Ketika menulis, Shinta tak ingin perasaannya mendominasi saat mengulas sisi negatif. Ia tak mau menambah atau mengurangi fakta. Sebisa mungkin ia tidak memberikan opini yang menyesatkan dan merusak nama baik dari pihak-pihak yang ia pakai jasanya dalam kegiatan travelling. "Tekankan saja pada hal positif agar yang lain terpacu untuk berbuat baik," kata perempuan yang bekerja sebagai web dan blog desainer.

Menjadi travel writer, Shinta merasa terkesan dengan respons masyarakat pelancong. Banyak sekali yang menemukan blognya melalui search engine. Pembaca menjadikan tulisannya sebagai rujukan, mengajak berdiskusi, dan berbagi solusi atas masalah yang dihadapi. Semakin lama jumlah pembacanya semakin banyak dan kepercayaan terhadap objektivitas Shinta pun kian meningkat. "Inilah pengalaman paling berkesan buat saya."

Selain itu, Shinta pun kerap memenangkan hadiah paket liburan dengan menulis artikel perjalanan wisata. Ia pun sering diundang ke acara peluncuran produk seperti ponsel cerdas ataupun restoran untuk kemudian memberikan review-nya. Di samping itu, ia juga menerima order penulisan berbayar. Selain itu, ada laman-laman wisata yang memintanya menulis mengenai situs mereka sebagai sponsor post di blognya.

Dua tahun menulis cerita perjalanan, Shinta sebetulnya masih kesulitan menulis secara ringkas. Tulisannya menjadi sangat panjang karena banyak detail yang ingin diceritakan. Ia menyadari hal itu dapat membuat pembaca bosan dan sulit mendapatkan poin terpentingnya. "Biasanya saya menyiasatinya dengan menuliskannya secara berseri sehingga artikelnya bisa lebih pendek."

Selain itu, Shinta masih kerap bingung mencari foto dokumentasi yang tepat untuk disandingkan dengan artikelnya. Tantangannya adalah menemukan foto yang tak membuat orang merasa cukup terpuaskan dengan keterangan visual saja, tak sampai membaca tulisannya. "Agar pengunjung blog tertarik membaca, saya sisipkan tip dan trik lalu foto yang dipajang selektif saja." rep:desy susilawati  ed: reiny dwinanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement