Selasa 02 Sep 2014 12:30 WIB
parenting

Beranjak ke Usia Dewasa Muda

Red: operator

Ada sejumlah pelajaran yang bisa dipetik orang tua dari kebebasan berekespresi yang ditunjukkan penyanyi pop Miley Cyrus.

Musik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Mereka dengan mudah menyerap tembang-tembang baru yang menduduki peringkat teratas tangga lagu di radio anak muda. Di antaranya, "Wrecking Ball" yang dibawakan Miley Cyrus, penyanyi yang pada akhir Agustus lalu menyabet Video Music Award MTV 2014.

Menjadi penggemar lagu tersebut, bukan mustahil anak-anak mencari video klipnya. Video musik yang tidak ditayangkan di TV nasional itu tersebut masih bisa dilihat dengan mudah melalui internet. Di Youtube, video klip "Wrecking Ball" telah disaksikan oleh puluhan juta pasang mata. Entah berapa di antaranya adalah anak di bawah umur yang tak mendapatkan pengawasan orang tuanya.

Berakting di "Wrecking Ball", Miley mengaku terinspirasi dengan cara penyanyi lawas Sinead O'Connor dalam video klip lagu yang juga bertema patah hati, "Nothing Compares 2U". Sebaliknya, sang inspirator justru menganggap penyanyi kelahiran 23 November 1992 itu kelewat batas. Salah satunya, dengan berpose tanpa busana sambil berayun di atas bola penghancur. Adegan itu berulang tampak di video klipnya. Sinead lantas membuat surat terbuka untuk Miley dan mengunggahnya ke laman pribadinya. “Saya prihatin melihat kamu karena orang-orang di sekitarmu mendorong kamu untuk berpose telanjang dan menganggap seolah itu keren. Padahal, gaya seperti itu hanya akan mengaburkan talentamu, membuatmu seolah menjadi pelacur di industri musik. Bisnis pertunjukan sekejam itu. Padahal, kamu berharga karena bakatmu, bukan sensualitasmu. Jjangan mau dieksploitasi secara seksual.” Demikian surat terbuka Sinead yang memosisikan dirinya sebagai sosok keibuan. Sinead juga mengingatkan Miley, sesama perempuan tak semestinya mendorong anak dan perempuan lain bertelanjang. “Ini dunia yang berbahaya. Perempuan bisa menjadi incaran pemangsa atau bahkan yang lebih bejat dari binatang.”

Tentunya, bukan cuma Sinead yang khawatir dengan kasus tersebut. Dengan alasan moral, pemerintah Dominika resmi membatalkan konser Miley yang semula dijadwalkan berlangsung pada 13 September. Pengasuh laman psychologytoday.com bahkan menganggap Miley yang telah menjadi aktris Disney sejak kecil itu untuk menyelesaikan kemelut pribadinya sebelum bertambah ruwet. “Beranjak dewasa, Miley mendapatkan tekanan untuk selalu tampil baik di depan publik, namun di lain sisi ia memiliki ketakutan, ketidaknyamanan, kecemburuan, dan PR emosional lain yang harus diatasi.”

Miley membuat video klip "Wrecking Ball", tahun lalu, saat ia berusia 20 tahun. Ia sedang dalam perjalanan meninggalkan masa remaja menuju usia dewasa muda. Bagi orang tua remaja lainnya, psikolog Alfa Restu Mardhika MPsi mengingatkan, pada usia tersebut anak rentan meniru tren maupun hal-hal yang hangat diperbincangkan kelompoknya. Bukan mustahil, kebebasan berekspresi tanpa memerhatikan batasan moral, seperti yang Miley tunjukan akan diikuti remaja yang mengidolakan bintang pop tersebut. “Remaja sudah mampu berpikir, tetapi masih mudah terpengaruh lingkungan dan cenderung ingin coba-coba.”

Remaja bisa saja meniru, bukan saja cara berpakaian idolanya, tetapi juga cara pikirnya. Memasuki usia 10 tahun, anak mulai cenderung meniru polah sang idola tanpa mencernanya dengan saringan moral terlebih dahulu. Mereka dapat saja luput mengingat untuk membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak. Andaikan hal tersebut dibiarkan, akan berdampak pada pelampiasan hawa nafsu, terlebih video klip itu sangat vulgar. “Penonton bisa terangsang hawa nafsunya terhadap lawan jenis dan efek terparahnya bisa mengarah pada pergaulan bebas,” kata Alfa.

Kematangan berpikir seseorang biasanya baru berubah ketika memasuki usia dewasa muda. Di Indonesia, perempuan masuk dalam kategori dewasa muda pada usia 21 tahun, sedangkan pria masuk kategori yang sama begitu berusia 25 tahun. Pada masa itu, mereka akan mulai berpikir dengan bijak dan matang dalam bersikap. “Oleh karena itu, ketika anak-anak belum mencapai usia dewasa muda, pendampingan orang tua masih sangat penting,” komentar psikolog yang juga dosen di Universitas Yarsi ini.

Dalam mengasuh buah hati, ayah dan ibu tak bisa menyerahkan tugas mulia itu kepada salah satu di antara figur orang tua. Ayah dan ibu mesti bekerja sama, mengasuh sesuai dengan tuntutan perannya masing-masing. Keduanya harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. “Jangan hanya menyuruh atau melarang, tetapi contohkan perilaku yang baik,” ujar Alfa.

Terhadap remaja yang dikhawatirkan akan melakukan tindakan yang tak sesuai dengan norma keluarga, orang tua sebaiknya melarang tanpa mengucapkan kalimat bernada perintah. Ganti kata "jangan" dengan kata lainnya. Pelarangan justru hanya akan menimbulkan rasa penasaran, ingin mencoba, dan akhirnya membuat anak terpicu melakukan hal yang dilarang.

Sebaiknya, ingatkan saja norma agama yang diadopsi keluarga. Sejak anak masih kecil, biasakan ia dengan gaya hidup Islami, termasuk cara berpakaian dan bergaul. Tanamkan bahwa Allah SWT selalu mengawasi kapan pun dan di manapun makhluk-Nya berada. “Dengan begitu, anak akan takut mengerjakan atau meniru suatu perbuatan yang dilarang agama, seperti melihat video porno atau klip yang vulgar,” tutur Alfa. ed: reiny dwinanda

***

Butuh Pendampingan

Pengajaran agama tentunya akan lebih terinternalisasi oleh anak jika orang tuanya sukses menciptakan komunikasi yang hangat dan terbuka. Bagaimana cara terbaik untuk menjadi dekat dengan anak? Berikut tips dari Alfa.

* Berusahalah mendekati anak sesuai dengan karakter mereka. Tunjukkan kecintaan orang tua pada anak. "Dari kedekatan ini akan tercipta sebuah kepercayaan seorang anak pada orang tuanya," ujar associate psikolog di Klinik Psikologi Universitas Indonesia ini.

* Orang tua juga mesti siap menjadi pendengar, sekaligus pusat informasi bagi anaknya. Biasakan anak bertanya kepada ayah dan ibunya mengenai informasi baru yang mereka temukan, terutama bila informasi yang didapat tidak sejalan dengan ajaran keluarga. Anak yang diasuh dengan cara seperti itu akan bersikap terbuka karena merasa nyaman dengan orang tuanya.

* Andaikan anak telanjur meniru polah penyanyi favoritnya yang gaya hidupnya bertolak belakang dengan norma keluarga, cobalah untuk tidak serta merta menyalahkannya. Demikian pula memiliki kesenangan menonton video porno. “Jangan panik, jangan marah, apalagi sampai memukul anak,” ucap Alfa.

* Orang tua harus bisa memaafkan perilaku sang anak. Bisa jadi, anak terjerumus dalam perilaku tersebut akibat kesalahan dari orang tuanya sendiri. Di era teknologi canggih saat ini, orang tua harus belajar ekstra keras untuk mengikuti perkembangan teknologi dan menjadi pendamping terbaik bagi anaknya. Sesekali, jadilah detektif bagi anak-anak. “Ketika mereka tertidur, mungkin menjadi waktu yang pas untuk memeriksa gadget milik anak, mengintip situs yang sering mereka buka dan kehidupannya dalam sosial media,” papar Alfa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement